Pentingnya Penanganan Inflamasi Akibat Diabetes Guna Menghindari Amputasi

Dokter spesialis bedah ortopedi Basuki Supartono mengatakan, tanpa disadari pasien diabetes dapat memiliki luka yang semakin lama semakin parah. Luka tersebut membesar, sulit sembuh, dan dapat berakhir dengan amputasi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Des 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2021, 14:00 WIB
FOTO: Melihat Latihan Tim Macan Amputasian di Tengah Pandemi COVID-19
Suasana latihan Tim Macan Amputasian di Jakarta, Sabtu (28/11/2020). Latihan tersebut dilakukan dalam rangka persiapan Piala Gubernur DKI tahun 2021 (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis bedah ortopedi Basuki Supartono mengatakan, tanpa disadari pasien diabetes dapat memiliki luka yang semakin lama semakin parah. Luka tersebut membesar, sulit sembuh, dan dapat berakhir dengan amputasi.

Luka diabetes yang sulit sembuh disebabkan inflamasi (pembengkakan) berkepanjangan. Pembengkakan ini tak kunjung usai karena gula darah terlalu tinggi.

Maka dari itu, dalam penyembuhan luka diabetes perlu ada pengendalian kadar gula darah dalam tubuh. Selanjutnya, inflamasi perlu dikendalikan agar tidak berkepanjangan.

“Kemudian, hindari tekanan berlebih karena orang dengan diabetes itu mudah terganggu saraf-sarafnya, jika ada tekanan berlebih maka dapat terjadi luka tanpa disadari,” kata Basuki dalam seminar daring yang ditayangkan saluran YouTube Pengajian Baitul Izzah, Minggu (26/12/2021).

Simak Video Berikut Ini

Teknik Rekayasa Jaringan

Setelah mengendalikan kadar gula, inflamasi, dan tekanan, maka hal selanjutnya yang bisa dilakukan adalah perawatan luka secara baik dan benar sesuai standar.

“Dan yang saya dalami, bagaimana kita merekayasa jaringan supaya jaringannya berfungsi. Jadi prinsipnya bagaimana kita memberi bantuan untuk menghidupkan jaringan dan membuat sel-selnya tumbuh.”

Hal ini juga berkaitan dengan stem cell yang dapat membantu penyembuhan luka di tubuh. Stem cell ini berada di sumsum tulang belakang dan akan mengalir ke lokasi cedera, tapi dalam kasus inflamasi luka diabetes stem cell ini tidak bisa sampai ke lokasi luka karena terhambat.

“Nah tentu kita perlu bantu dengan sel tambahan yakni dengan rekayasa jaringan.”

Dengan begitu, stem cell bisa sampai ke lokasi luka karena hambatannya sudah diatasi.

Tentang Inflamasi

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta ini menambahkan, diabetes yang tidak terkendali dapat berujung pada kerusakan jaringan, sendi, mengganggu pembuluh darah, dan saraf.

Ketika tubuh terkena luka, maka reaksi yang bisa timbul adalah inflamasi. Jika inflamasi berlangsung sebentar sekitar 3-7 hari saja, itu pertanda baik. Pasalnya, dalam proses pembengkakan tersebut tubuh secara alami mematikan kuman yang akan masuk pada pintu regenerasi jaringan.

“Namun, jika inflamasi terjadi berkepanjangan hingga 3 pekan maka ini tidak baik karena sel-sel tubuh atau jaringan tidak bisa beregenerasi.”

Inflamasi berkepanjangan dapat membuat luka tak kunjung sembuh. Akibatnya, tubuh tidak bisa membentuk sel, pembuluh darah, sel kulit, sel saraf dan sebagainya. Inflamasi berkepanjangan pada pasien diabetes terjadi karena gula darah terlalu tinggi dan jika tidak diatasi bisa berujung amputasi.

“Gula darah terlalu tinggi dapat membuat sel-sel tidak berfungsi, oksigen yang dibutuhkan kehidupan sel dan jaringan juga kurang sehingga saraf pun otomatis terganggu.”

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya