Liputan6.com, Jakarta Ramadhan identik dengan ibadah puasa yang biasa dilakukan anak-anak hingga orang tua. Namun, apakah anak disabilitas seperti autisme memungkinkan jika diajarkan puasa?
Menurut dokter spesialis anak Caessar Pronocitro dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, hal ini tergantung pada kondisi anak. Pasalnya, setiap anak dengan spektrum autisme memiliki kondisi yang berbeda.
Baca Juga
“Kondisi spektrum autisme sangatlah bervariasi, dan masing-masing anak dengan autisme memiliki gejala yang berbeda-beda,” kata Caessar kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan elektronik ditulis Jumat (1/4/2022).
Advertisement
Sebagian anak autisme memiliki kesulitan komunikasi yang berat sehingga selalu membutuhkan pendampingan dalam melakukan interaksi sosial maupun aktivitas sehari-hari. Untuk keadaan seperti ini, maka mengajarkan berpuasa cukup sulit untuk dilakukan, katanya.
Sebagian anak dengan spektrum autisme lainnya dapat pula menunjukkan gejala yang ringan dalam berkomunikasi, mengenali ekspresi dan emosi, maupun berinteraksi sosial, sehingga dapat diajarkan berpuasa.
Simak Video Berikut Ini
Kenali Kondisi Anak
Mengingat setiap anak dengan spektrum autisme memiliki kondisi yang berbeda, maka orangtua perlu mengenali kondisi anak terlebih dahulu sebelum mengajarkan puasa.
“Orangtua yang ingin mengajarkan anak dengan spektrum autisme berpuasa, sebaiknya mengenali kondisi anak terlebih dahulu dan berkonsultasi dengan tenaga medis seperti dokter spesialis anak, psikiater anak, ataupun psikolog anak yang telah terbiasa menangani anak tersebut.”
Orangtua dapat mulai mempersiapkan anak untuk latihan berpuasa sebelum bulan Ramadhan datang. Pastikan anak berada dalam kondisi yang sehat, lanjut Caessar.
Advertisement
Langkah-Langkah Ajarkan Puasa
Ia juga menjelaskan langkah-langkah yang baik untuk mengajarkan puasa pada anak dengan spektrum autisme.
Pengajaran puasa dapat diawali dengan mengurangi jumlah porsi makan anak dalam sehari, kemudian diikuti dengan mengurangi frekuensi pemberian porsi makannya.
“Dengan demikian, tubuh anak memiliki waktu untuk beradaptasi secara perlahan-lahan. Kurangi juga kandungan gula dan garam yang dapat meningkatkan rasa haus maupun lapar.”
Saat bulan puasa tiba, pandulah anak untuk berbuka di jam-jam tertentu secara bertahap. Misalnya, diawali dengan jam 10 pagi. Apabila anak berhasil melakukannya dalam beberapa hari, perpanjang lama puasanya hingga waktu Zuhur, kemudian Ashar, dan seterusnya sampai dapat berpuasa penuh.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement