Liputan6.com, Jakarta Biasanya, kebanyakan anak bermain dengan teman sekelas atau tetangga yang tumbuh bersama. Namun lain halnya bagi Afsheen Gul, anak bungsu dari tujuh bersaudara, yang tidak pernah pergi sekolah ataupun bermain dengan teman-temannya karena disabilitasnya.
Dilansir dari BBC, ia mengalami kecelakaan, jatuh dari gendongan saudara perempuannya ketika ia baru berusia 10 bulan, membuat lehernya bengkok 90 derajat.
Baca Juga
Sayangnya dokter yang didatangi orang tuanya hanya sekedar memberinya beberapa obat dan mengikatkan ikat pinggang di lehernya untuk menopang. Kemudian bukannya membaik, kondisinya justru memburuk seiring waktu.
Advertisement
"Ia tidak bisa berjalan, makan, atau berbicara. Ia biasa terbaring di lantai dan kami biasa membantunya dalam segala hal," kenang ibu Afsheen, Jamilan Bibi, seraya menambahkan bahwa mereka tidak mampu membayar perawatan lebih lanjut.
Afsheen juga jadi menderita cerebral palsy, yang membuatnya baru bisa berjalan ketika berusia enam tahun dan baru bisa bicara ketika berusia delapan tahun, yang semakin membuat dirinya lebih terbelakang dari anak-anak lain seusianya.
Selama 12 tahun, Afsheen menghabiskan hidupnya terkurung di rumahnya di Mithi, hampir 300 km (186 mil) dari kota Karachi, dalam kondisi yang menyakitkan ini.
Namun, hidupnya berubah pada bulan Maret ketika seorang dokter India berhasil mengoperasi lehernya yang melengkung. Dr Rajagopalan Krishnan, seorang spesialis bedah tulang belakang kompleks di Apollo Hospital di Delhi, menawarkan untuk melakukan operasi Afsheen secara gratis.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisinya sempat membaik
Empat bulan kemudian, Afsheen akhirnya bisa berjalan, berbicara, dan makan sendiri. Luka operasinya telah sembuh. Dr Krishnan memeriksanya melalui Skype setiap minggu.
"Ia sedikit lemah, dan masih belum bisa pergi ke sekolah, tetapi dokter mengatakan bahwa itu akan membaik seiring waktu," kata saudara laki-laki Afsheen, Yaqoob Kumbar.
"Kami sangat senang, dokter menyelamatkan nyawa saudara perempuan saya. Bagi kami ia adalah malaikat," kata Kumbar.
Afsheen menderita dislokasi rotasi atlanto-aksial, rotasi tulang belakang yang menyebabkan gangguan leher. "Ini mungkin kasus pertama dari jenisnya di dunia," kata Dr Krishnan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Dapat sorotan media asing pada 2017
Kondisinya mendapat perhatian dunia pada tahun 2017, ketika sebuah artikel di situs berita menyoroti kisahnya.
Aktor Pakistan terkemuka Ahsan Khan berbagi foto Afsheen di Facebook, mendesak orang untuk membantu, sementara ibu Afsheen diundang ke acara pagi populer yang diselenggarakan oleh Sanam Baloch. Penggalangan dana online pun akhirnya dibuat oleh penyelenggara di AS untuk membantu keluarganya membiayai operasi.
Pada November 2017, Naz Baloch, seorang anggota parlemen dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang berkuasa, men-tweet bahwa pemerintah Sindh akan memberikan perawatan lengkap kepada Afsheen.
Ia pun dirawat di Agha Khan University Hospital, rumah sakit swasta terbesar di Pakistan, di Karachi pada Februari 2018, di mana para spesialis mengatakan mereka akan mengoperasinya, sekaligus mengusahakan memberinya peluang 50% untuk bertahan hidup, jelas Kumbar.
Orang tua Afsheen meminta waktu kepada dokter untuk memikirkannya dan membawanya pulang. "Tapi kami sibuk dengan pernikahan saudara perempuan saya dan perawatannya tidak dapat diselesaikan," kata saudara laki-lakinya.
Tuan Kumbar menambahkan bahwa setelah pernikahan, keluarga menghubungi pejabat pemerintah untuk melanjutkan perawatan Afsheen tetapi sudah terlanjur kecewa ketika mereka tidak menerima tanggapan positif.
Namun, Baloch mengatakan ia mencoba yang terbaik untuk mengatur perawatan Afsheen, termasuk menghubungi LSM di luar negeri, dan hanya menarik diri ketika LSM internasional turun tangan untuk membantu keluarga tersebut.
Upaya kedua
Afsheen kembali menjadi berita pada tahun 2019 ketika seorang jurnalis Inggris, Alexandria Thomas, melaporkan kondisinya dan posisi keuangan keluarganya.
Jurnalis tersebut juga menghubungkan keluarga dengan Dr Krishnan di Delhi, yang berbicara dengan Tuan Kumbar dan mengatakan kepadanya bahwa ia bersedia membantu Afsheen.
Keluarga tersebut mengajukan visa dengan alasan medis dan tiba di India pada November tahun lalu. Sebuah organisasi pengasuhan anak independen, Darul Sukoon, membantu mereka dalam proses tersebut.
"Itu adalah waktu yang sangat sulit bagi Afsheen dan keluarganya. Dr Krishnan memberi tahu kami bahwa jantung atau paru-parunya mungkin berhenti berdetak selama operasi," kenang Kumbar.
Ada juga masalah keuangan, keluarga Afsheen tidak punya uang untuk membayar perawatannya. Jadi mereka mengandalkan penggalangan dana online untuk memenuhi biaya.
Tapi Dr Krishnan memberi harapan keluarga. Kumbar mengatakan dirinya telah melakukan kontak dengan beberapa dokter selama periode ini, tetapi tidak ada yang "sensitif dan baik" seperti Dr Krishnan.
"Karena upaya dan pengawasannya, operasi itu pun berhasil," tambahnya.
Afsheen menjalani dua operasi besar sebelum operasi leher utama, yang diikuti oleh operasi besar lainnya.
Operasi utama berlangsung pada bulan Februari. Dr Krishan mengatakan kepada BBC bahwa ia dan timnya menempelkan tengkorak Afsheen ke sumsum tulang belakangnya selama operasi enam jam. Tengkorak itu kemudian dilekatkan pada tulang belakang leher menggunakan tongkat dan sekrup untuk menjaga leher tetap lurus.
Setelah operasi berhasil, Dr Krishnan mengatakan kepada wartawan bahwa Afsheen tidak akan hidup lama tanpa perawatan.
Tapi kini ia bisa tersenyum dan berbicara, kata Kumbar pada bulan Juli ketika ia memposting foto saudara perempuannya yang tersenyum di Facebook sehari sebelum Idul Fitri.
Namun ada beberapa komplikasi, ia masih lebih lambat daripada anak-anak lain, banyak di antaranya sering menghakiminya karena itu, kata saudara laki-lakinya.
"Tapi itu akan membaik seiring berjalannya waktu. Untuk saat ini, saya hanya senang saudara perempuan saya masih hidup dan bahagia."
Advertisement