Mahasiswa UGM Mengembangkan Tongkat Canggih Multifungsi untuk Lansia dan Penyandang Tunanetra

Mahasiswa UGM mengembangkan inovasi sebuah tongkat pintar multifungsi untuk deteksi kesehatan dan proteksi bagi lansia dan penyandang tunanetra.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2022, 18:00 WIB
Mahasiswa UGM Mengembangkan Tongkat Canggih Multifungsi untuk Lansia dan Penyandang Tunanetra
Mahasiswa UGM Mengembangkan Tongkat Canggih Multifungsi untuk Lansia dan Penyandang Tunanetra.

Liputan6.com, Yogyakarta Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi sebuah tongkat pintar multifungsi yang bisa mendeteksi kesehatan dan proteksi bagi lansia dan penyandang tunanetra.

Tongkat yang dinamai In- SWALST (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) ini dikembangkan oleh Kristian Bima Aryayudha (Elektronika dan Instrumentasi), Kenniskiu Fortino Kurniawan (Ilmu Komputer), Abdul Adzim Iftikar Mardiansjah (Teknik Mesin), Johana Gracia (Kedokteran), Yovanti Trifa Mivea (Elektronika dan Instrumentasi), Elmara Nugra Ristia (Kehutanan), Fatma Tiara Mahfudiani (Kehutanan), dan Adnindya Jeehan Azzara (Kehutanan).

Arya menyampaikan pengembangan tongkat pintar ini bermula dari keinginan tim untuk menciptakan suatu alat sederhana dengan banyak fungsi yang menguntungkan bagi penggunanya, yakni lansia dan tunanetra.

In-SWALST ini dikembangkan dengan sejumlah fitur penting. Beberapa diantaranya adalah sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real-time.

“Melalui tongkat ini, monitoring kesehatan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan praktis,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UGM.

Tongkat jalan ini juga memiliki banyak fungsi proteksi untuk memberikan keamanan lebih bagi para lansia dan tunanetra.

Tongkat In-SWALST akan bergetar saat terdapat objek di depan pengguna yang berjarak sekitar 75 cm. Dengan fitur tersebut dapat menurunkan risiko jatuh karena menabrak objek bagi para lansia dan tuna netra.

“Untuk menekan risiko jatuh pada lansia dan tunanetra kami mengintegrasikan sensor posisi sehingga saat tongkat maupun pengguna terjatuh maka alarm pada tongkat akan berbunyi sehingga orang sekitar bisa datang memberikan bantuan,” jelasnya.

 

Dilengkapi Banyak Fitur

Abdul Adzim menambahkan untuk mengurangi risiko terpeleset pengguannya, mereka melengkapi tongkat pintar dengan sensor yang bisa mendeteksi genangan air. Sensor ini bekerja dengan menghasilkan getaran yang bisa langsung dirasakan oleh para lansia dan tunanetra saat berada di genangan air.

In-SWALST juga dilengkapi dengan fitur GPS. Fitur tersebut berguna untuk mencari lokasi terakhir dari tongkat yang bisa diakses melalui website milik In- SWALST.

 

Melindungi Pengguna dari Kegelapan

Selain itu, saat pengguna berada pada kondisi kurang cahaya atau gelap, lampu LED yang tersedia pada tongkat akan otomatis menyala. In-SWALST merupakan sebuah terobosan baru yang dikembangkan sebagai bentuk kepedulian bagi lansia dan tunanetra.

Diharapkan In-SWALST dapat menjadi salah satu alat kesehatan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para lansia dan tunanetra.

“Kedepannya, kami juga berharap tongkat In-SWALST bisa terintegrasi dengan pihak rumah sakit dalam hal monitoring kesehatan pasien lansia dan tunanetra. Kami juga berharap dengan terealisasikannya PKM-KC ini, In-SWALST dapat berguna dan memudahkan para lansia dan tunanetra dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” ujar Arya.

Tongkat BlindStick

Pada 2017 lalu, lima mahasiswa UGM berinovasi membuat sebuah alat yang digunakan untuk membantu tunanetra dalam menentukan arah jalan.

Mereka adalah Ivan Falahul Alam, Dwinta Andika, Rahmad Kurniawan, Fahrul Putra Pratama dan Novemia Rizca Setyani dari Program Studi Diploma Teknik Elektro SV UGM yang mengembangkan alat yang membantu penyandang tunanetra agar tidak tersesat sehingga dapat meningkatkan kemandirian penyandang tunanetra dalam beraktivitas.

Alat yang diberinama BlindStick dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa 2017 di bawah bimbingan Muhammad Arrofiq, S.T.,M.T.,Ph.D.

Novemia menyebutkan bahwa tongkat tunanetra pada umumnya hanya digunakan untuk mengetahui medan yang ada di sekitarnya.  Dengan mengetuk-ngetukan tongkat kedaerah sekitar maka penyandang tunanetra akan mengetahui adanya benda disekitarnya. Akan tetapi hal tersebut akan sangat berbahaya ketika penyandang tunanetra tidak mengetahui kemana mereka akan sampai dan lewat mana mereka akan pulang.

"Kami mengembangkan BlindStick yang dilengkapi teknologi berupa GPS dan kompas. Dengan demikian memiliki kemampuan untuk membantu tunanetra untuk sampai pada tujuan," jelasnya, Jum'at (18/8) di UGM.

 

Memiliki Dua Komponen Utama

BlindStick memiliki dua komponen utama. Pertama, receiver yang berupa microphone dan earphone. Kedua, transimitter berupa tongkat yang dilengkapi dengan GPS, kompas, dan roda untuk membantu penyandang tunanetra menuju tempat tujuan.

Alat ini telah diuji coba oleh beberapa penyandang tunanetra dari Yaketunis. Kehadiran BlindStick mendapatkan respon positif dari para penyandang tunanetra di yayasan tersebut.

"Alat ini sangat membantu menuntun saya sampai pada tempat tujuan," kata Akbar, salah satu penyandang tunanetra Yaketunis. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya