Liputan6.com, Jakarta - TikTok merupakan media sosial yang populer di kalangan penyandang disabilitas. Hal ini dikarenakan mereka bisa berbagi pengalaman dan bertemu dengan komunitas online disabilitas di sana.
Terkadang mereka merasa diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan di TikTok, mereka bisa menjadi diri mereka sendiri dan memberi edukasi kepada orang lain.
Baca Juga
Salah satu TikToker tersebut adalah Courtney R. Cole (@enleyentening). Cole yang pada awalnya tidak mengharapkan banyak respons positif, justru menjadi viral.
Advertisement
Dalam video tersebut, yang sekarang telah ditonton lebih dari 2,2 juta kali, Cole menjelaskan kesalahpahaman tentang kehidupan dengan kebutaan.
Dia juga meminta pengguna TikTok untuk menutup mata kiri mereka dan membuat bentuk teleskop di sekitar mata kanan dengan tangan agar bisa merasakan pengalaman sebagai seorang tunanetra.
"Meskipun saya masih memiliki sedikit penglihatan, tapi saya memiliki disabilitas serius yang sangat memengaruhi kehidupan saya. Saya ingin memberikan pemahaman kepada orang-orang tentang beragamnya keadaan kebutaan, karena saya sudah lelah dengan ketidakpercayaan orang lain terhadap identitas disabilitas saya,” kata Cole kepada Verywell Health.
Tempat untuk Edukasi dan Berkumpul
Cole dan ribuan orang lain yang memiliki disabilitas menggunakan TikTok untuk mengedukasi masyarakat tentang disabilitas. Tak hanya itu, mereka juga saling memberikan dukungan kepada komunitas tersebut.
Ketidakrepresentatifan masalah aksesibilitas di media dan kehidupan sehari-hari sering membuat penyandang disabilitas merasa tidak diperhatikan.
“Oleh karena itu, berbagi pengalaman di TikTok adalah kesempatan yang sangat berharga,” tutur Cole.
Meluruskan Kesalahpahaman tentang Penyandang Disabilitas
Tak hanya Cole, seorang konten kreator dengan disabilitas, Mya (@immarollwithit), juga menggunakan platform TikTok untuk menyuarakan isu-isu disabilitas, serta membangun komunitas di aplikasi tersebut.
Awalnya, Mya mulai membuat video di TikTok dengan harapan mengumpulkan dana untuk anjingnya.
Namun, video tersebut justru menyadarkan bahwa banyak orang yang memiliki pertanyaan dan pemahaman yang salah tentang penyandang disabilitas. Mya pun ingin meluruskan kesalahpahaman tersebut.
"Saya memulai seri berjudul 'Cara Berinteraksi dengan Orang Penyandang Disabilitas'. Seri ini terinspirasi oleh banyak hal yang saya pelajari setelah mengalami disabilitas," tutur Mya.
Selain membagikan video-video seru tentang kehidupan sehari-harinya sebagai pengguna kursi roda, Mya juga mendukung para konten kreator penyandang disabilitas lainnya dengan mengajak duet tentang berbagi pengalaman.
Advertisement
Satu Akun yang Menghubungkan Banyak Orang
Selain video-video di akun pribadi mereka, baik Cole maupun Mya juga pernah ditampilkan di akun TikTok organisasi advokasi disabilitas yang bernama Diversability (@diversability).
Diversability, yang didirikan oleh Tiffany Yu, berupaya menciptakan komunitas penyandang disabilitas dan mendorong aktivisme hak-hak disabilitas.
Manajer akun TikTok tersebut, Jessica Lopez, kerap membagikan konten edukatif tentang pengalamannya sebagai penyandang disabilitas dan menampilkan konten dari kreator penyandang disabilitas lainnya.
"Cerita dan pesan dari para penyandang disabilitas sudah ada sejak dulu. Namun, sekarang masyarakat sudah mulai mendengarkan," ujar Lopez.
Menurut Lopez, yang memiliki gangguan pendengaran dan penyakit kronis, serta lahir tanpa tangan atau kaki (Sindrom Hanhart), Diversability bertujuan untuk memperkuat suara para penyandang disabilitas dari berbagai latar belakang. Berkat media sosial, hal itu sangat mungkin untuk terjadi.
TikTok Masih Memerlukan Peningkatan
Meskipun TikTok telah menjadi wadah yang baik bagi para penyandang disabilitas untuk berbagi cerita dan membentuk komunitas, para kreator merasa bahwa TikTok masih memerlukan peningkatan layanan.
Mya, Cole, dan Lopez sepakat bahwa TikTok masih menghadapi masalah aksesibilitas.
Salah satu permasalahan yang mereka sadari adalah TikTok tidak menyediakan teks untuk suara atau lagu di aplikasinya, sehingga menyulitkan konten kreator seperti Lopez yang memiliki gangguan pendengaran. Hal ini dapat menjadi tantangan dalam memilih suara saat membuat video.
Selain itu, Lopez merasa bahwa teks otomatis yang dihasilkan seringkali tidak akurat.
Meski begitu, Lopez, Cole, Mya, dan konten kreator dengan disabilitas lainnya terus membagikan kehidupan mereka di TikTok.
Diharapkan hal ini dapat mendidik pengikut-pengikut mereka dan membuat para penyandang disabilitas di luar sana merasa tidak sendirian.
Advertisement