Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas di Malang, Jawa Timur yang tergabung dalam Difabel Pencinta Alam (Difpala) merayakan Hari Tongkat Putih Sedunia dengan mendaki gunung bersama.
Hari Tongkat Putih Sedunia atau White Cane Day jatuh setiap 15 Oktober diperingati sebagai harinya para penyandang disabilitas netra. Tongkat putih sendiri adalah alat bantu yang menjadi simbol dan identitas para penyandang tunanetra.
Menurut Project Officer Jasa Guide Pendakian dan Camping Difpala, Muhammad Hirza Barizi, peringatan Hari Tongkat Putih Sedunia berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat. Khususnya untuk mengakui peran alat bantu seperti tongkat dalam memungkinkan difabel untuk hidup setara dengan masyarakat lainnya.
Advertisement
Peringatan ini juga mencoba menyoroti kemampuan penyandang disabilitas netra dalam beraktivitas yang seringkali masih diragukan.
“Hari Tongkat Putih seharusnya juga disikapi sebagai panggilan untuk pemangku kepentingan lainnya. Bahwa kecakapan difabel netra dalam mengoperasikan tongkat adalah satu bagian. Bagian satunya adalah dukungan dari pemerintah dan masyarakat secara umum untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengguna tongkat,” ujar pria yang karib disapa Hirza dalam keterangan yang diterima Disabilitas Liputan6.com, ditulis Senin, 16 Oktober 2023.
“Lingkungan di mana pengguna tongkat dapat berjalan tanpa takut terjatuh ke selokan, atau terserempet kendaraan saat menyeberang, dan bahaya lain yang masih sangat nyata mengancam kami,” tambahnya.
Rayakan Hari Tongkat Putih dengan Mendaki Gunung
Guna merayakan sekaligus menyebarkan kampanye inklusif, Difpala melakukan pendakian di Gunung Wedon, Malang.
“Di Hari Tongkat Putih Sedunia ini kami melakukan kampanye, yang mungkin beberapa tak lazim. Istilahnya kami memakai cara darurat untuk menyadarkan diri kami dan masyarakat. Cara-cara yang bisa memberi pecutan yang lebih kuat baik bagi diri sendiri sebagai difabel maupun orang awam,” ucap Hirza.
Menurutnya, sebagian difabel masih memiliki keraguan pada diri sendiri. Hal ini menyebabkan mereka enggan mencoba hal-hal yang dianggap tidak lazim dilakukan penyandang disabilitas. Salah satunya mendaki gunung.
“Kami ingin membuktikan bahwa keterbatasan terletak sebagian besar di pikiran, alih-alih di fisik. Pesan yang sama ingin kami sampaikan kepada masyarakat.”
Advertisement
Peluncuran Jasa Guide Pendakian dan Camping Difpala
Selain mendaki gunung, dalam kegiatan ini juga dilakukan pra peluncuran jasa pemandu (guide) untuk pendakian dan kemah inklusif.
Hirza pun menjelaskan pola dan tujuan bisnis yang tengah dirintis. Menurutnya, bisnis selain sebagai bentuk pemberdayaan anggota Difpala, juga sebagai alat kampanye inklusi sosial.
“Berawal dari diskusi dengan Pak Ken Kerta selaku Founder LINKSOS, saya sebagai mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya yang sedang magang, mengambil inisiatif untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi di kelompok Difabel Pecinta Alam,” katanya.
“Bertepatan dengan Hari Tongkat Putih Sedunia atau White Cane Day, saat ini di Gunung Wedon Lawang, kami Difpala meluncurkan Paket Jasa Guide Pendakian dan Camping. Ini pre launching, grand launching nanti bulan Desember bertepatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2023.
Saat ini, tersedia Paket Hiking seharga Rp350 ribu dengan jumlah peserta lima orang. Serta Paket Camping seharga Rp625 ribu dengan jumlah peserta lima orang.
“Lokasi pendakian dan camping saat ini baru tersedia di Gunung Wedon,” imbuhnya.
Tentang Difpala
Terkait Difpala, ini merupakan unit pemberdayaan masyarakat Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) di bidang pelestarian alam dan lingkungan.
Kegiatan unit ini di antaranya mendaki gunung, penghijauan, merawat sumber air, pembersihan sampah hingga pelestarian situs bersejarah.
Difpala beranggotakan penyandang disabilitas dari berbagai ragam. Termasuk Hirza yang menyandang disabilitas netra.
Anggota Difpala sudah terlatih dan mampu mendaki gunung. Kemampuan difabel dalam mendaki gunung didukung kerja-kerja tim inklusif.
“Difpala adalah tim inklusif pendaki gunung yang terlatih dan teruji oleh waktu sejak tahun 2020. Tim ini terdiri dari penyandang disabilitas dan non disabilitas yang memiliki kemampuan setara dan saling melengkapi,” ujar Pendiri Difabel Pecinta Alam (Difpala) Ken Kerta dalam keterangan yang sama.
Sejak masa pandemi tahun 2020 hingga saat ini, Difabel Pecinta Alam konsisten melakukan pendakian gunung dan perawatan lingkungan rata-rata satu bulan sekali.
“Saya sangat apresiasi dengan adanya inisiatif jasa paket pendakian dan camping ini. Selain sebagai bentuk pemberdayaan anggota Difpala sekaligus hal ini sebagai bentuk edukasi masyarakat.”
“Harapannya, yang pertama kegiatan Difpala akan semakin memberikan makna dan kontribusi positif terhadap peringatan Hari Tongkat Putih Sedunia. Yang kedua, semoga inisiatif bisnis berdampak sosial yang dilakukan Difpala melalui jasa paket Hiking dan Camping ini akan bermanfaat dan berkelanjutan,” pungkas Ken Kerta.
Advertisement