Liputan6.com, Jakarta Dalam memberikan pendidikan pada penyandang disabilitas, guru perlu memerhatikan cara dan alat yang tepat agar materi bisa tersampaikan dengan baik.
Setiap ragam disabilitas memiliki kebutuhan berbeda sehingga cara belajarnya perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Baca Juga
Cara mengajar sesuai ragam disabilitas telah diuraikan oleh Dinas Kesehatan DI Yogyakarta sebagai berikut:
Advertisement
Pendidikan bagi Anak dengan Disabilitas Intelektual
American Association on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan disabilitas intelektual sebagai kelainan fungsi intelektual umum di bawah rata-rata. Untuk itu, pendidikan bagi anak dengan disabilitas intelektual harus mengacu pada:
- Pemberian edukasi yang bersifat konkret dan realistik (langsung diperlihatkan pada situasi dan kondisi sesungguhnya).
- Pemberian edukasi dilakukan dengan banyak melakukan praktik menggunakan alat peraga sesungguhnya.
- Edukasi dan setting kelas dikondisikan sedemikian rupa sehingga tercipta suasana bermain sambil belajar.
- Edukasi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan berbagai macam pendekatan dan strategi edukasi.
- Edukasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek psikologis dalam hal menyikapi usia kronologis dan aspek kognitif dalam menyikapi hal usia mental.
- Edukasi tidak menitikberatkan pada aspek akademis melainkan pada kemampuan kemandirian dalam mengurus dan merawat diri, berinteraksi dengan lingkungan dan keterampilan sebagai modal untuk mencari penghidupannya kelak.
"Alat atau media yang dibutuhkan oleh anak dengan disabilitas intelektual yaitu media audio dan benda tiruan contohnya lagu/jingle, alat peraga, permainan," mengutip laman resmi Dinkes DIY, Rabu (8/5/2024).
Cara Belajar Anak Disabilitas Netra
Disabilitas netra atau tunanetra adalah hambatan dalam penglihatan. Maka, pendidikan bagi penyandang tunanetra harus mengacu pada:
- Pemberian pengalaman yang bersifat konkret.
- Pemberian pengalaman yang bersifat mendeskripsikan konsep visual.
- Pemberian pembelajaran terpadu antara teori dengan praktik sehingga memiliki konsep yang utuh.
- Pengalihan fungsi indera dari indera penglihatan menjadi indera peraba (taktual).
“Jadi media yang cocok untuk tunanetra yaitu berupa lagu/jingle, radio, podcast, video yang memiliki penjelasan voice over jelas, media dengan huruf braille, dan alat peraga,” mengutip buku Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus karya Mais Asroul (2016).
Advertisement
Pendidikan bagi Penyandang Tuli
Secara fisik, penyandang Tuli atau tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Dengan demikian, pendidikan bagi anak Tuli harus mengacu pada:
- Pemberian pembelajaran yang bersifat konkret.
- Penyampaian materi pembelajaran disampaikan dengan bahasa yang sederhana, lugas dan menggunakan kalimat yang tidak terlalu panjang.
- Pengenalan kosakata baru yang relevan dengan materi pembelajaran untuk menambah kosakata anak tunarungu.
- Pembelajaran dilakukan dengan praktik untuk membantu pemahaman konsep pembelajaran.
- Pembelajaran disajikan dengan lebih mengoptimalkan penggunaan media visual (gambar atau video) untuk membantu memahami pemahaman yang bersifat verbal.
Jadi media yang cocok untuk penyandang Tuli yaitu berupa alat peraga, media cetak, lukisan/gambar, video dengan juru bahasa isyarat.
Pendidikan bagi Anak dengan Disabilitas Fisik
Disabilitas fisik atau kerap disebut tunadaksa adalah keterbatasan seseorang berdasarkan kemampuan dan kelengkapan fisiknya. Maka dari itu, optimalisasi edukasi bagi penyandang disabilitas fisik harus mengacu pada:
- Rehabilitasi medis (terapis) yang bersifat promotif, preventif dan kuratif.
- Rehabilitasi sosial yang berorientasi pada pembangunan mental dan pemberian motivasi untuk menyikapi kondisi yang dihadapi dan implikasinya dalam kehidupan.
- Melakukan bimbingan dan konseling terhadap bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki anak disabilitas daksa.
Media yang efektif untuk penyandang disabilitas fisik yaitu manusia seperti guru dan pakar atau ahli di bidang tertentu.
Advertisement