5 Ciri Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak, Orangtua Perlu Tahu untuk Optimalkan Potensi Si Kecil

Menurut dokter spesialis anak konsultan neuropediatri Lies Dewi N, tumbuh kembang anak adalah suatu proses yang kompleks dan krusial, mencakup perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Sep 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2024, 14:00 WIB
5 Ciri Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak, Orangtua Perlu Tahu untuk Dorong Potensi Maksimal Si Kecil
5 Ciri Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak, Orangtua Perlu Tahu untuk Dorong Potensi Maksimal Si Kecil. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua perlu memahami tanda-tanda gangguan tumbuh kembang pada anak agar diketahui penanganannya sejak dini.

Menurut dokter spesialis anak Konsultan Neuropediatri Eka Hospital Cibubur Lies Dewi N, tumbuh kembang anak adalah suatu proses yang kompleks dan krusial, mencakup perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

“Sangat penting untuk memastikan anak dapat mencapai potensi maksimalnya,” ujar Lies dalam keterangan pers dikutip Selasa (10/9/2024).

Dia menambahkan, gangguan tumbuh kembang pada anak dapat dikenali melalui beberapa ciri, antara lain:

Keterlambatan Bicara dan Bahasa

Anak tidak mampu berbicara atau memahami bahasa sesuai dengan usianya. Ada beberapa red flags penting yaitu:

  • Usia 12 bulan tidak ada babbling, belum bisa menunjuk, serta mimik wajah yang kurang.
  • Usia 16 bulan belum ada kata-kata yang berarti.
  • Usia 24 bulan belum menguasai minimal 25 kosa kata, belum bisa menyusun kalimat pendek terdiri dari 2 kata yang dapat dimengerti.
  • Kehilangan kemampuan bicara dan kemampuan sosial pada usia berapapun (regresi).

Gangguan Motorik

Kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu, seperti tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan sesuai usianya. Berikut adalah red flags perkembangan motorik:

  • Usia 4 bulan kepala belum tegak (masih head lag)
  • Usia 9 bulan belum bisa duduk sendiri.
  • Usia 1 tahun belum bisa berdiri sendiri.
  • Usia 1,5 tahun belum bisa berjalan sendiri.

Keterlambatan Sosial dan Emosional

Ciri ketiga yang dapat menunjukkan gangguan tumbuh kembang pada anak adalah keterlambatan sosial dan emosional.

Dengan masalah ini, anak kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan emosi yang tidak sesuai, atau tidak merespons interaksi sosial.

Masalah Kognitif

Masalah kognitif juga menjadi salah satu ciri gangguan tumbuh kembang pada anak. Hal ini membuat anak kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru, mengingat, atau memecahkan masalah.

Gangguan Sensorik

Anak yang memiliki gangguan tumbuh kembang juga kerap memiliki masalah gangguan sensorik. Ini termasuk sensitivitas berlebih atau kurang terhadap suatu rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, atau sentuhan tertentu.

Apa Dampak Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak?

Lies menjelaskan, gangguan tumbuh kembang dapat memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada anak, di antaranya:

  • Kesulitan belajar: anak mungkin mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
  • Masalah perilaku: anak mungkin menunjukkan perilaku yang sulit diatur, seperti hiperaktif atau agresif.
  • Masalah sosial: anak mungkin kesulitan berteman atau berinteraksi dengan orang lain.
  • Kurang percaya diri: anak mungkin merasa rendah diri atau tidak mampu dibandingkan dengan teman sebayanya.

Bagaimana Cara Menangani Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak?

Jika orangtua mencurigai anak mengalami gangguan tumbuh kembang, lanjut Lies, segera konsultasikan dengan dokter anak atau ahli tumbuh kembang anak.

“Penanganan yang tepat akan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan gangguan.”

Beberapa pendekatan yang umum dilakukan antara lain:

  • Deteksi dini: memantau perkembangan anak secara rutin dan mengidentifikasi tanda-tanda gangguan sejak dini.
  • Evaluasi dan diagnosis: melakukan evaluasi jenis gangguan tumbuh kembang anak dengan bantuan profesional, seperti dokter anak, dokter rehabilitasi medis, atau psikolog.
  • Intervensi dini: program intervensi yang disesuaikan dengan jenis gangguan dan kebutuhan anak, seperti fisioterapi, sensori integrasi, terapi wicara, terapi okupasi, atau terapi perilaku.

“Pendidikan serta dukungan orangtua dan keluarga yang mengasuh agar terlibat dalam proses terapi dan mengulang home program yang ditugaskan di rumah,” pungkas Lies.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya