Liputan6.com, Jakarta Di antara sekian banyak desainer lokal yang mengusung tema modern dan minimalis demi mengikuti tren terkini, Joshan Dipra justru berani berkreasi dengan kain etnik dan permainan warna cerah yang diwujudkan menjadi sebuah label busana siap pakai bernama Lockture. Bagaimana kisah berdirinya Lockture dan caranya mempertahankan eksitensinya dalam berkiprah di dunia mode tanah air yang semakin kompetitif? Simak wawancara kami dengan Joshan berikut ini.
Sejak kapan Lockture berdiri dan bagaimana awal eksistensinya?
Baca Juga
Lockture resmi didirikan pada 2013 dan pertama kali mengikuti ajang Bandung Creative Week. Tahun ini, Lockture juga berkesempatan berpartisipasi dalam helatan mode akbar Indonesia Fashion Week 2015.
Advertisement
Â
Apakah yang menjadi fokus dari rancangan Lockture?
Kami fokus pada permainan material etnik seperti tenun dan batik, namun dengan potongan yang modern seperti mini dress, atasan dan lain-lain.
Â
Apakah tujuan Anda memilih kain etnik di antara berbagai koleksi modern yang beredar di pasaran?
Saya ingin membangkitkan kecintaan kaum muda kepada kain nusantara. Tapi agar tetap dapat dipakai untuk sehari-hari, saya hadirkan dalam berbagai siluet yang modern.
Â
Siapakah yang menjadi pangsa pasar dari Lockture? Dan berapakah kisaran harganya untuk seluruh koleksi ini?
Target market kami adalah wanita dewasa usia 20 sampai 45 tahun. Dengan kisaran harga 300ribu sampai 800ribu rupiah.
Â
Bagaimanakah proses pembuatan tiap pakaian rancangan Lockture?
Kami menggunakan alat tenun bukan mesin, dan semuanya diaplikasikan secara handmade, termasuk payet dan detail lainnya kami jahit menggunakan tangan. Bahkan tekstil yang sudah jadi saya hias lagi dengan menggunakan teknik tyedye.
Â
Sebenarnya apa sih kelebihan lockture dibanding brand lainnya? Mengingat sekarang banyak sekali desainer muda yang menciptakan lini busana siap pakai.
Selain mengusung tema etnik, yang membedakan saya dari desainer lainnya adalah saya hanya menciptakan satu pakaian untuk satu desain. Dan ukurannya pun costumized alias menyesuaikan dengan ukuran spesifik dari pelanggan. Walaupun desainnya mirip, tapi pasti saya akan memberikan detail yang berbeda di tiap bajunya.
Â
Kain tenun jenis apakah yang paling sering digunakan?
Saya paling sering mengeksplorasi kain Lurik, yaitu tenun motif garis dari Yogyakarta. Karena menurut saya walaupun motifnya sederhana, namun paling wearable dan mudah dipadupadankan.
Â
Rata-rata hasil rancangan Anda bermain pada warna-warna yang cerah dan playful. Adakah tip untuk padu padan dalam mengenakan koleksi Lockture supaya tidak terlihat too much?
Kuncinya adalah memadukan dengan nuansa warna netral seperti hitam, putih, abu- abu atau krem. Dan jangan lupa kenakan aksesori yang senada.
Â
Saat ini Lockture fokus pada lini siap pakai. Apakah nantinya akan merambah ke lini couture (adibusana) juga?
Sementara ini kami masih fokus pada ready to wear (siap pakai) karena saya masih memupuk eksistensi dengan menghadirkan koleksi yang wearable dan praktis. Mungkin jika Lockture semakin berkembang, ke depannya kami akan terjun ke bidang couture juga (adibusana).
      Â
Bagaimanakah caranya jika calon pelanggan ingin membeli koleksi Lockture?
Sementara ini kami belum ada butik resmi, hanya via online melalui instagram atau facebook. Kadang kami juga hadir di bazaar atau pameran di mal atau gedung perkantoran. Jika calon pelanggan tertarik dengan rancangan saya, bisa langsung menghubungi saya (kontak tertera di instagram dan facebook), nanti bisa datang ke workshop Lockture di cibubur atau bisa juga kami datangi ke tempat pelanggan.
Â
Tertarik dengan koleksi Lockture? Silahkan follow akun instagram-nya (@lockture), ya!
Â