Liputan6.com, Jakarta Busana modest mengalami perkembangan yang cukup besar pada dunia fashion. Sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia, Indonesia ditargetkan menjadi pusat mode muslim dunia pada 2020. Untuk itu, sejumlah desainer Indonesia gencar melakukan sejumlah pengenalan busana modest ke mancanegara.
Salah satu dengan menghadirkan busana modest di Contemporary Muslim Fashions Exhibition di de Young Museum, San Fransisco, Amerika pada 22 September 2018 hingga 6 Januari 2019.
Contemporary Muslim Fashions sendiri merupakan pameran mode muslim pertama yang mengeksplorasi gaya berpakaian wanita muslim yang kompleks dan beragam dari seluruh dunia. Sebanyak 53 desainer dari seluruh dunia menghadirkan busana bagi mereka yang menutup kepala maupun yang tidak.
Advertisement
Dari Indonesia, dipilih enam desainer ternama, seperti Dian Pelangi, Khanaan, Itang Yunasz, Rani Hatta, NurZahra, dan IKYK. Masing-masing desainer akan menampilkan keragaman dan ciri khas rancangannya.
"Mengusung kontemporer karena memang menghighlight busana muslim yang modern. Tidak hanya menampilkan busana muslim namun juga menceritakan perkembangan sejarah muslim dari seluruh dunia. Ini jadi next levelnya busana muslim tampil di internasional," ujar Dian Pelangi dalam konferensi pers Contemporary Muslim Fashions di Jakarta.
Â
Rancangan Dian Pelangi dan Khanaan
de Young Museum sendiri merupakan museum yang cukup populer di San Fransisco. Sehingga memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa mengenalkan busana muslim Indonesia ke mancanegara. Setelah dari San Fransisco, pameran ini akan dilanjutkan di Jerman, tepatnya di Museum Frankfurt Angewandte Kunst pada Januari-Juli 2019.
Keenam desainer pun dipilih setelah melalui proses kurasi yang cukup panjang. Masing-masing dinilai dari label busana, orisinalitas karya, karakter rancangan, dan cerita unik di balik rancangan busana. Masing-masing desainer dari Indonesia tentu memasukkan unsur Indonesia di setiap rancangannya.
Dian Pelangi misalnya. Ia membawa tiga koleksi dengan menggunakan kain songket Palembang di pameran ini. Dua di antaranya merupakan karya Haute Couture bertajuk "Eredita Srivijata" untuk Torino Modest Fashion Week. Sementara satu koleksi Alurrealist yang ditampilkan di New York Fashiom Week 2017.
Selain Dian Pelangi, Khanaan Shamlan juga menampilkan dua koleksi yang teinspirasi dari motif batik tradisional, yakni motif Kawung. Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat asal usulnya. Selain motif Kawung, Khanaan juga akan menampilkan motif galaran yang merupakan nama alas tempat tidur yang terbuat dari bambu. Pola arsitektur Islam juga menjadi inspirasi Khanaan dalam rancangannya.
Â
Advertisement
Rancangan Itang Yunasz
Terakhir, desainer senior Itang Yunasz yang akan menampilakan tiga koleksinya dalam pameran ini dengan mengangkat tema "Tribalux Sumba". Motif Sumba tidak hanya dalam bentuk kain namun juga printing dan embroidery. Penampilan yang dibuat mencerminkan muslim yang modern dalam ranah Sumba.
Menggunakan motif hewan dan manusia dengan rekayasa diometrik sehingga tetap bisa cocok dengan motif Sumba yang sebenarnya tidak boleh memperlihatkan motif hewan dan manusia. Itang sendiri akan menampilkan tiga rancangan berbeda dalam potongan kaftan, outer jacket long yang menggunakan beeding tangan, dan short jacket dengan gaya modern.
Dengan digelarnya pameran ini, Itang sendiri menilai menjadi sebuah pengakuan internasional terhadap industri busana modest. Kehadiran enam desainer di pameran ini turut memperkuat kedudukan Indonesia sebagai pusat busana muslim dunia.