Makanan Tak Habis Kemudian Dipanaskan untuk Sahur, Emang Boleh?

Apakah menghangatkan makanan memiliki dampak negatif bagi kesehatan?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 01 Mar 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2025, 20:00 WIB
daging sapi panggang
Makanan Tak Habis Kemudian Dipanaskan untuk Sahur, Emang Boleh? Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Makanan yang dimasak dalam jumlah besar terkadang tidak habis dalam sekali makan misalnya saat buka puasa. Guna menghindari buang-buang makanan, biasanya para ibu menghangatkan hidangan itu untuk disantap saat sahur atau hari berikutnya.

Lantas, apakah menghangatkan makanan memiliki dampak negatif bagi kesehatan?

Menurut dokter spesialis gizi klinik RS EMC Tangerang, Kristina Joy Herlambang, tidak semua makanan baik untuk disimpan kemudian dipanaskan ulang.

“Kalau memanaskan, kalau protein sebetulnya tidak terlalu terpengaruh. Yang terpengaruh dengan panas biasanya vitamin, sayuran, makanya kalau sayuran biasanya harus habis. Kecuali kalau fermentasi ya (contoh kimchi), dia kan diawetin dan bakterinya udah lain lagi tuh emang untuk disimpan,” jelas Joy kepada Health Liputan6.com saat ditemui di kantor KLY Jakarta Pusat, Senin, 24 Februari 2025.

Topik soal menghangatkan makanan juga sempat dibahas oleh ahli gizi komunitas Tan Shot Yen. Menurutnya, menghangatkan makanan tidak disarankan apalagi makanan bersantan.

“Enggak dosa makan makanan bersantan, asal santannya jangan dihangatkan berulang,” ujar Tan dalam video singkat yang diunggah dalam kanal YouTube Dr. Tan & Remanlay Institute, dikutip Senin (17/5/2021).

Ia menambahkan, kelapa dan santan sama sekali tidak mengandung kolesterol. Jadi, tidak boleh dihangatkan berulang supaya tidak menjadi lemak jenuh.

 

Hindari Kontaminasi Makanan

Saat buka bersama, Joy juga mengingatkan agar tidak menggunakan sendok yang sedang dipakai untuk mengambil lauk pauk. Bukan tanpa alasan, hal ini bisa membuat lauk pauk tersebut terkontaminasi bakteri.

Bakteri yang berasal dari air liur bisa menempel di sendok. Ketika sendok digunakan untuk mengambil lauk pauk, maka air liur itu bisa mengontaminasinya. Saat lauk pauk tak habis dan disimpan untuk makan sahur atau hari berikutnya, maka bakteri dari air liur bisa berkembang biak dan jika disantap lagi bisa menyebabkan keracunan.

“Bakteri itu bukan cuma bakterinya, tapi toksin bakterinya juga bisa bikin keracunan. Jadi menjaga makanan itu penting, jangan kena bekas liur kita, jangan ngambil pakai sendok yang udah dipakai,” kata Joy.

 

Manfaat Puasa Ramadhan untuk Kesehatan

Sebelumnya, Joy menjelaskan bahwa puasa Ramadhan dikenal memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Beredar pula anggapan bahwa puasa dapat membuat kadar gula darah dalam tubuh menjadi normal.

Menurutnya, anggapan ini secara singkat dapat disebut fakta tapi dengan banyak catatan.

“Singkatnya fakta, tapi dengan banyak catatan. Tergantung kondisi pasiennya seperti apa, kontrol gula darahnya seperti apa, dan puasanya seperti apa,” kata Joy.

Hal ini tentu tidak berlaku bagi orang yang puasa tapi saat berbuka banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana.

“Konsumsi minuman manis yang kandungan gulanya tinggi, makanan banyak tepung mengandung gula, rendah serat, tidak ada nutrisi vitamin dan mineralnya, proteinnya kurang, ya itu enggak menjadi puasa yang bermanfaat, malah bisa jadi memberatkan kondisi pasiennya,” jelas Joy.

Sebaliknya, jika puasa disertai dengan konsumsi makanan yang sehat secara bijak, maka ini akan bermanfaat baik termasuk menormalkan kadar gula darah.

“Kalau kita puasanya yang benar, dengan konsumsi bahan makanan yang tinggi serat, tinggi protein, bahan makanannya segar, mengandung nutrisi tinggi, banyak vitamin dan mineralnya juga, tentu saja itu bermanfaat dan justru gula darahnya akan jadi lebih baik,” ucapnya. 

 

Apa Pasien Diabetes Boleh Puasa?

Joy menambahkan, kondisi gula darah tinggi menentukan seseorang boleh menjalani puasa atau tidak.

“Nah ini harus kita lihat dulu, gula darah tingginya tuh setinggi apa, nah kita harus lihat bagaimana sih kontrol gula darahnya dia. Kita lihat hasil lab-nya, kalau HbA1c-nya tuh masih oke, kalau kontrol gula darahnya bagus, sebetulnya puasa itu justru akan bermanfaat bagi dia.”

“Jadi kita pantau dan kita kasih saran juga pengontrolan makanannya itu seperti apa selama puasa, saat buka, saat sahur, yang boleh dan enggak bolehnya, yang harus dihindari itu apa aja,” jelasnya.

Sebaliknya, bagi pasien yang gula darahnya belum stabil dan masih menggunakan insulin, maka pasien harus hati-hati sekali.

infografis journal
infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya