Ciri Sakit Chikungunya: Gejala, Penyebab, dan Penanganan

Kenali ciri sakit chikungunya mulai dari demam tinggi, nyeri sendi parah, hingga ruam kulit. Pelajari penyebab, cara penularan, pengobatan dan pencegahannya.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Des 2024, 12:50 WIB
Diterbitkan 04 Des 2024, 12:50 WIB
ciri sakit chikungunya
ciri sakit chikungunya ©Ilustrasi dibuat AI

Apa Itu Penyakit Chikungunya?

Liputan6.com, Jakarta Chikungunya merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini ditandai dengan munculnya demam mendadak disertai nyeri sendi yang parah. Nama "chikungunya" berasal dari bahasa Kimakonde yang berarti "yang membungkuk", merujuk pada postur tubuh penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat.

Virus chikungunya pertama kali ditemukan pada tahun 1952 di Tanzania. Sejak saat itu, wabah chikungunya telah terjadi di berbagai negara di Afrika, Asia, Eropa, serta kepulauan di Samudra Hindia dan Pasifik. Di Indonesia sendiri, kasus chikungunya cukup sering terjadi terutama pada awal dan akhir musim hujan.

Meski jarang mengancam nyawa, gejala chikungunya dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya. Nyeri sendi yang intens bahkan bisa berlangsung hingga berbulan-bulan pada sebagian orang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri chikungunya sejak dini agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat.

Ciri Sakit Chikungunya

Gejala chikungunya biasanya mulai muncul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk yang terinfeksi virus. Berikut adalah ciri-ciri utama penyakit chikungunya yang perlu diwaspadai:

  • Demam tinggi mendadak, bisa mencapai 39°C atau lebih
  • Nyeri sendi yang parah, terutama di tangan dan kaki
  • Pembengkakan sendi
  • Ruam kemerahan di kulit
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Kelelahan
  • Mual dan muntah

Nyeri sendi merupakan gejala yang paling khas dari chikungunya. Intensitasnya bisa sangat parah hingga menyebabkan penderita kesulitan bergerak. Area yang sering terkena adalah pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pergelangan kaki. Nyeri ini bisa berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu.

Ruam kulit biasanya muncul 2-5 hari setelah demam. Ruam ini dapat ditemukan di wajah, tungkai, dan badan. Pada anak-anak, ruam chikungunya kadang mirip dengan perubahan pigmen kulit.

Gejala chikungunya umumnya akan membaik dalam 1-2 minggu. Namun pada sebagian orang, terutama lansia, nyeri sendi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini disebut chikungunya kronis.

Penyebab dan Cara Penularan Chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang termasuk dalam genus Alphavirus dari keluarga Togaviridae. Virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Proses penularan chikungunya terjadi sebagai berikut:

  1. Nyamuk Aedes menggigit orang yang terinfeksi virus chikungunya
  2. Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari
  3. Nyamuk yang telah terinfeksi menggigit orang lain dan menularkan virus
  4. Virus masuk ke aliran darah manusia dan mulai berkembang biak
  5. Gejala muncul setelah masa inkubasi 3-7 hari

Nyamuk Aedes aktif menggigit terutama pada siang hari, dengan puncaknya di pagi dan sore hari. Nyamuk ini berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, ember, kaleng bekas, dan pot tanaman. Oleh karena itu, daerah dengan sanitasi buruk dan banyak genangan air berisiko tinggi terjadi wabah chikungunya.

Chikungunya tidak menular secara langsung dari orang ke orang. Namun, orang yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan bagi nyamuk selama fase viremia, yaitu 2-3 hari pertama sakit. Oleh karena itu, penderita chikungunya perlu menghindari gigitan nyamuk selama fase akut penyakit.

Diagnosis Chikungunya

Diagnosis chikungunya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dokter akan melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat perjalanan dan gejala yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengecek tanda-tanda infeksi seperti demam, ruam, dan pembengkakan sendi.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan darah. Beberapa tes yang biasa dilakukan antara lain:

  • Tes serologi: Untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap virus chikungunya
  • RT-PCR: Untuk mendeteksi RNA virus chikungunya
  • Isolasi virus: Untuk mengkultur virus dari sampel darah pasien

Tes serologi biasanya positif setelah 5-7 hari onset gejala. Sedangkan RT-PCR efektif dilakukan pada fase awal penyakit (1-7 hari). Dokter juga perlu melakukan diagnosis banding dengan penyakit lain yang gejalanya mirip seperti demam berdarah dengue dan zika.

Pemeriksaan darah lengkap juga penting untuk memantau kondisi pasien. Pada chikungunya biasanya ditemukan penurunan sel darah putih (leukopenia) dan trombosit (trombositopenia ringan). Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal mungkin juga diperlukan untuk mendeteksi komplikasi.

Pengobatan dan Perawatan Chikungunya

Hingga saat ini belum ada obat antivirus khusus untuk mengobati chikungunya. Pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik, yaitu untuk meredakan gejala yang muncul. Berikut adalah langkah-langkah pengobatan chikungunya:

  • Istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi tubuh
  • Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi
  • Kompres dingin atau hangat untuk meredakan nyeri sendi
  • Obat pereda nyeri dan penurun demam seperti paracetamol
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi peradangan dan nyeri sendi
  • Terapi fisik untuk membantu pemulihan fungsi sendi

Penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid perlu hati-hati karena dapat meningkatkan risiko perdarahan. Konsultasikan dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Untuk kasus chikungunya kronis dengan nyeri sendi berkepanjangan, dokter mungkin meresepkan obat antireumatik seperti methotrexate atau hydroxychloroquine. Terapi fisik dan olahraga ringan juga penting untuk mempertahankan fleksibilitas sendi.

Selama masa pemulihan, penderita chikungunya disarankan untuk:

  • Banyak istirahat dan tidur yang cukup
  • Makan makanan bergizi seimbang
  • Minum air putih minimal 8 gelas sehari
  • Menghindari aktivitas berat yang membebani sendi
  • Melakukan peregangan dan gerakan ringan secara bertahap
  • Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk

Pemulihan total dari chikungunya bisa memakan waktu beberapa minggu hingga bulan. Penting untuk tetap berkonsultasi dengan dokter secara rutin selama masa pemulihan.

Pencegahan Chikungunya

Pencegahan chikungunya terutama dilakukan dengan mengendalikan populasi nyamuk Aedes dan menghindari gigitan nyamuk. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

PSN dilakukan dengan metode 3M Plus:

  • Menguras: Membersihkan tempat penampungan air secara rutin
  • Menutup: Menutup rapat tempat penyimpanan air
  • Mengubur: Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air
  • Plus: Menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik, dll

2. Perlindungan Diri dari Gigitan Nyamuk

  • Menggunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET
  • Memakai pakaian lengan panjang dan celana panjang
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi rumah
  • Menggunakan kelambu saat tidur
  • Menghindari beraktivitas di luar rumah saat puncak aktivitas nyamuk (pagi dan sore)

3. Pengendalian Vektor

  • Fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa
  • Larvasidasi atau penaburan bubuk abate di tempat perindukan nyamuk
  • Pelepasan nyamuk jantan mandul untuk mengurangi populasi

4. Edukasi Masyarakat

  • Sosialisasi tentang bahaya dan cara pencegahan chikungunya
  • Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan PSN
  • Peningkatan kesadaran untuk segera memeriksakan diri jika ada gejala

Pencegahan chikungunya membutuhkan kerja sama semua pihak, mulai dari individu, keluarga, hingga pemerintah. Dengan upaya pencegahan yang konsisten, risiko terjadinya wabah chikungunya dapat diminimalkan.

Komplikasi Chikungunya

Meski jarang mengancam nyawa, chikungunya dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius terutama pada kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan orang dengan penyakit kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

  • Radang otak (ensefalitis)
  • Radang selaput otak (meningitis)
  • Radang hati (hepatitis)
  • Radang jantung (miokarditis)
  • Gangguan penglihatan akibat radang mata (uveitis, retinitis)
  • Sindrom Guillain-Barré
  • Kegagalan ginjal akut
  • Perdarahan

Komplikasi jangka panjang yang paling umum adalah nyeri sendi kronis (artralgia kronis). Sekitar 30-40% penderita chikungunya mengalami nyeri sendi yang berlangsung lebih dari 3 bulan, bahkan bisa bertahun-tahun. Kondisi ini dapat sangat mengganggu kualitas hidup penderita.

Pada ibu hamil, infeksi chikungunya di trimester pertama kehamilan berisiko menyebabkan keguguran. Sedangkan infeksi menjelang persalinan dapat menular ke bayi dan menyebabkan komplikasi serius pada bayi baru lahir.

Oleh karena itu, penting untuk memantau kondisi penderita chikungunya secara ketat, terutama pada kelompok risiko tinggi. Penanganan dini dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi yang serius.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang mengarah pada chikungunya, terutama jika:

  • Demam tinggi yang tidak turun setelah 3 hari
  • Nyeri sendi yang sangat parah hingga mengganggu aktivitas
  • Muncul ruam yang meluas di seluruh tubuh
  • Terjadi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah
  • Mengalami penurunan kesadaran atau kebingungan
  • Nyeri perut yang hebat
  • Muntah terus-menerus
  • Gejala menetap lebih dari 1 minggu

Bagi kelompok risiko tinggi seperti bayi, ibu hamil, lansia, dan penderita penyakit kronis, sebaiknya segera ke dokter begitu muncul gejala yang mencurigakan. Diagnosis dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.

Jika Anda tinggal di daerah endemis chikungunya dan mengalami demam mendadak disertai nyeri sendi, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat.

Mitos dan Fakta Seputar Chikungunya

Berikut beberapa mitos dan fakta seputar penyakit chikungunya yang perlu diluruskan:

Mitos: Chikungunya sama dengan demam berdarah

Fakta: Meski sama-sama ditularkan nyamuk Aedes, chikungunya dan demam berdarah adalah penyakit yang berbeda. Chikungunya disebabkan virus chikungunya, sedangkan demam berdarah oleh virus dengue. Gejala khasnya pun berbeda.

Mitos: Chikungunya bisa menular dari orang ke orang

Fakta: Chikungunya hanya menular melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Tidak ada bukti penularan langsung antarmanusia melalui kontak fisik atau cairan tubuh.

Mitos: Chikungunya selalu menyebabkan kematian

Fakta: Kematian akibat chikungunya sangat jarang terjadi. Sebagian besar penderita akan pulih sepenuhnya, meski ada yang mengalami gejala berkepanjangan.

Mitos: Sekali terkena chikungunya, tidak akan tertular lagi

Fakta: Meski jarang, seseorang bisa terinfeksi chikungunya lebih dari sekali. Kekebalan yang terbentuk tidak selalu bertahan seumur hidup.

Mitos: Chikungunya hanya menyerang orang dewasa

Fakta: Chikungunya bisa menyerang semua kelompok usia, termasuk bayi dan anak-anak. Bahkan bayi dan lansia berisiko mengalami gejala yang lebih parah.

Mitos: Fogging adalah satu-satunya cara mencegah chikungunya

Fakta: Fogging hanya salah satu metode pengendalian nyamuk. Pencegahan yang efektif membutuhkan upaya terpadu termasuk PSN dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk.

Pertanyaan Umum Seputar Chikungunya

Q: Berapa lama gejala chikungunya berlangsung?

A: Gejala akut chikungunya biasanya berlangsung 7-10 hari. Namun, nyeri sendi pada sebagian orang bisa bertahan hingga beberapa bulan atau tahun.

Q: Apakah ada vaksin untuk mencegah chikungunya?

A: Saat ini belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah chikungunya. Beberapa kandidat vaksin masih dalam tahap uji klinis.

Q: Apakah chikungunya bisa disembuhkan?

A: Chikungunya umumnya sembuh dengan sendirinya. Pengobatan yang diberikan bertujuan untuk meredakan gejala. Sebagian besar penderita pulih sepenuhnya, meski ada yang mengalami gejala berkepanjangan.

Q: Bagaimana membedakan chikungunya dengan demam berdarah?

A: Chikungunya ditandai dengan nyeri sendi yang parah, sedangkan demam berdarah sering disertai penurunan trombosit dan tanda-tanda perdarahan. Namun, diagnosis pasti membutuhkan pemeriksaan laboratorium.

Q: Apakah penderita chikungunya perlu diisolasi?

A: Isolasi khusus tidak diperlukan karena chikungunya tidak menular langsung antarmanusia. Namun, penderita perlu menghindari gigitan nyamuk selama fase akut untuk mencegah penyebaran virus.

Kesimpulan

Chikungunya merupakan penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Meski jarang mengancam nyawa, gejalanya dapat sangat mengganggu terutama nyeri sendi yang intens. Pengenalan dini terhadap ciri-ciri chikungunya sangat penting untuk penanganan yang tepat dan pencegahan komplikasi.

Pencegahan chikungunya terutama dilakukan dengan mengendalikan populasi nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Upaya pemberantasan sarang nyamuk dan perlindungan diri perlu dilakukan secara konsisten. Dengan pemahaman yang baik tentang penyakit ini serta kerja sama semua pihak dalam upaya pencegahan, risiko terjadinya wabah chikungunya dapat diminimalkan.

Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, terutama demam tinggi disertai nyeri sendi yang parah, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Penanganan dini dan perawatan yang baik akan membantu proses pemulihan dan mencegah komplikasi jangka panjang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya