Liputan6.com, Jakarta - Pilu dialami warga Perumahan Villa Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, pasca banjir surut. Tak hanya berkutat dengan endapan lumpur dan puing-puing sisa banjir, warga kini juga sangat membutuhkan makanan hingga peralatan kebersihan.
Warga mengaku kesulitan membersihkan sisa-sisa lumpur banjir lantaran minimnya peralatan kebersihan karena semuanya terbawa banjir. Banyak warga yang juga mengeluhkan bantuan makanan dari pihak-pihak terkait yang belum tersedia.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sangat memerlukan makanan untuk warga terdampak dan peralatan kebersihan seperti serokan dan sarung tangan," ujar Yuda Suhendra, Ketua RT 01 RW 12 di Bekasi, Rabu (5/3/2025).
Advertisement
Yuda menyebut, warga terdampak banjir di RT 01 terdiri dari 15 KK. Mayoritas yang mengungsi adalah lansia hingga balita lantaran banjir mencapai tiga meter. Beberapa warga lainnya memilih bertahan di lantai dua rumah.
"Warga yang paling rentan, seperti ibu-ibu, bayi, dan lansia, terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih aman guna menghindari risiko kesehatan dan keselamatan," ungkapnya.
Yuda berharap pihak-pihak terkait segera memberikan bantuan logistik untuk para warganya. Banyak lansia, ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita yang saat ini sedang menanti ketersediaan makanan yang masih sulit diperoleh pascabanjir.
Puluhan titik banjir di Kota Bekasi diketahui sudah sepenuhnya surut. Banyak warga yang sudah kembali ke kediamannya untuk melakukan bersih-bersih lumpur sisa banji
Banjir besar melanda Kota Bekasi pada Selasa 4 Maret 2025 setelah hujan deras mengguyur sejak Senin malam. Sejumlah wilayah tergenang dengan ketinggian air mencapai 2,5 meter, menyebabkan ribuan warga terdampak. Perumahan Villa Nusa Indah 1 dan 2 menjadi salah satu lokasi terparah, dengan air yang hampir menutup atap rumah satu lantai.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa dari data Personal Weather Station (PWS) yang terpasang sejak 17 Februari 2025, tidak tercatat curah hujan dengan intensitas ekstrem di atas 100 mm hingga 150 mm per hari di Bekasi.
“Saya sudah cek data dari PWS yang ada di Kota Bekasi. Dalam satu bulan terakhir, tidak ada intensitas hujan ekstrem di atas 100 mm atau 150 mm. Tapi memang curah hujannya cenderung terjadi hampir setiap hari,” kata Erma dikutip Rabu (5/3/2025).
Erma menjelaskan bahwa hujan yang tercatat di PWS Kota Bekasi menunjukkan intensitas sekitar 40-50 mm, namun tidak setiap hari. Selain itu, pola hujan di Jabodetabek menunjukkan bahwa hujan yang turun di Jakarta cenderung bergeser ke timur, yaitu ke wilayah Bekasi.
“Hampir setiap hari hujan turun di Jabodetabek, tetapi Jakarta justru lebih jarang. Biasanya hujan yang terjadi segera bergeser ke timur, yakni ke Bekasi,” jelasnya.
Selain itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap banjir adalah pergeseran hujan dari wilayah Bogor dan Kabupaten Bekasi akibat angin monsun dari barat. Hujan yang terjadi di selatan Bekasi dan Bogor turut mempengaruhi kondisi banjir di Kota Bekasi.
“Angin monsun dari barat menyebabkan hujan secara sinoptik. Jadi, meskipun hujannya tidak terjadi langsung di Kota Bekasi, wilayah selatan seperti Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor tetap memiliki pengaruh,” tambahnya.
Lebih lanjut, Erma menyoroti faktor tata kelola drainase dan daerah aliran sungai (DAS) yang tidak mampu menampung air dalam jumlah besar. Menurutnya, faktor hujan hanya berkontribusi sekitar 30 persen terhadap banjir, sementara 70 persen disebabkan oleh kondisi DAS dan drainase kota yang tidak optimal.
“Banjir Bekasi ini bukan hanya akibat hujan lokal, melainkan juga dari sistem DAS yang sudah tidak mampu lagi menampung air, serta drainase kota yang tersumbat. Itu yang memperparah kondisi,” tegasnya.
Bekasi Lumpuh oleh Banjir
Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menyatakan, pemerintahan Bekasi lumpuh lantaran 8 kecamatan terdampak banjir. “Dari 12 kecamatan yang terdampak 8. Pagi ini kota Bekasi lumpuh,” kata Tri dalam rapat kooordinasi daring, Selasa (4/3/2025).
Tri mengaku sejak semalam warga sudah diminta evakuasi. Pagi ini pihaknya masih tahap mendata jumlah korban dan menjalankan evaluasi. “Dari semalam warga sudah kami minta evakuasi,” kata dia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menyebutkan, hujan deras yang turun sejak Senin (3/3/2025) malam menjadi pemicu banjir yang mengepung kota tersebut.
"Dipicu hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dalam durasi lama di wilayah hulu Kali Bekasi dan wilayah Kota Bekasi sejak sore hingga malam hari mengakibatkan peningkatan debit air dan menyebabkan banjir di beberapa wilayah Kota Bekasi pada hari Senin, 03 Maret 2025, Pkl. 23:07 WIB," demikian keterangan dari BPBD Kota Bekasi seperti yang dikutip, Selasa (4/3/2025).
Sementara, menurut data sementara Pemerintah Kota Bekasi, jumlah korban terdampak banjir mencapai 16.000 jiwa, dengan 5.000 jiwa di antaranya telah mengungsi.
Advertisement
20 Titik Banjir Bekasi
Sebelumnya, BPBD Kota Bekasi menyebut sedikitnya 20 titik banjir terjadi di delapan kecamatan, antara lain Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Rawalumbu.
Meluapnya Kali Bekasi dan tanggul jebol membuat banjir semakin meluas. Beberapa titik banjir terparah, di antaranya Kemang Pratama, Mega Bekasi Hypermall (Mal Giant) dan Pondok Gede Permai Jatiasih.
Banjir juga merusak sejumlah infrastruktur di lokasi terdampak. Seperti jembatan Kemang Pratama yang ambrol hingga membentuk lubang besar. Beberapa properti di Mal Giant juga hanyut terbawa derasnya banjir.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi bersama BPBD Kota Bekasi berkoordinasi untuk penanganan banjir, salah satunya menyediakan dapur umum bagi para warga terdampak. Hal ini ditinjau langsung oleh Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe.
"Kami mengintruksikan camat untuk segera siapkan dapur umum dan menerjunkan para petugas BPBD dan petugas kesehatan. Terpantau sejak dini hari, para petugas cepat dan tanggap untuk membantu masyarakat kita, dengan segera sudah didirikan dapur umum," ujar Bobihoe, Selasa (4/3/2025).
