Liputan6.com, Kathmandu - Jumlah korban longsoran salju di kawasan Puncak Everest, Pegunungan Himalaya, bertambah. Sedikitnya 12 pemandu pendaki gunung tewas. Kecelakaan tersebut adalah terburuk yang terjadi di gunung tertinggi di dunia itu dalam 2 dekade terakhir.
Seperti dikutip Liputan6.com dari VOA News, Sabtu (19/4/2014), salju longsor itu menimpa para pemandu pendaki gunung pada Jumat dini hari waktu setempat. Ketika itu para sherpa itu hendak berkemas mengangkut perbekalan dan menyiapkan tali yang diperlukan bagi para pendaki gunung dari luar negeri.
Dipendra Paudel dari Kementerian Pariwisata Nepal Bidang Pendakian Gunung pun memastikan bahwa semua korban adalah penduduk setempat. "Waktu itu pukul 06.30 pagi terjadi salju longsor dan mengubur semua orang. Para pendaki gunung membawa peralatan memasak ke kemah di kawasan pendakian. Tidak ada pendaki asing. Salju longsor terjadi di antara base camp dan first camp," beber Paudel.
Paudel mengungkapkan pula, lebih dari 50 orang, termasuk tentara dan polisi, turut dalam upaya penyelamatan di lereng gunung yang tinggi. Sedikitnya 3 pemandu ditarik dari bawah salju dan dibawa dengan helikopter ke Kathmandu, Nepal.
Sementara, para pendaki mengatakan, salju longsor itu melanda pada tingkat yang relatif rendah di suatu daerah yang dikenal sebagai `ladang berondong jagung`.
Kecelakaan pada Jumat itu adalah yang terburuk terjadi belakangan ini. Terakhir pada 1996, 8 pendaki gunung hilang saat salju longsor.
Bencana pada Jumat itu terjadi saat permulaan musim pendakian Gunung Everest. Dan, terjadi di lokasi yang disebut Jalur Col Selatan, yan digunakan pendaki gunung yang berhasil menundukkan puncak gunung yang berketinggian 8.850 meter dari permukaan laut (mdpl) itu. Rute itu terus populer di kalangan para pendaki Barat.
Lebih jauh Paudel mengatakan, saat ini base camp itu penuh sesak karena masa 2 pekan dimulai pertengahan Mei 2014, merupakan salah satu saat terbaik untuk mendaki gunung itu. Para pendaki, pemandu lokal dan awak pendukung mendirikan kemah sekarang ini untuk menyesuaikan diri dengan iklim setempat.
"Lebih dari 1000 pendaki gunung berada di sana sekarang ini," tutur Paudel.
Selama bertahun-tahun, atap dunia itu menjadi sangat populer, sebagian orang bahkan mengatakan bahkan sangat ramai. Selama 2 dekade terakhir, jumlah pendaki gunung tahunan, sebagian besar warga asing, berjumlah dari 100 sampai 500.
Â
Tahun silam, ada laporan bahwa para pendaki harus bergilir untuk mendaki atau turun. Sebab, hampir 150 pendaki mencapai bentang terakhir dalam kurun waktu hanya beberapa jam.
Sekadar informasi, sejak tahun 1953, lebih dari 4.000 orang telah mendaki gunung itu. Puncak Everest yang disebut warga Nepal dengan Sagarmatha itu pertama kali digapai Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay pada 29 Mei 1953. Hingga saat ini, upaya menaklukkan Puncak Everest itu telah mengakibatkan ratusan orang tewas, baik itu pendaki maupun pemandu.
Longsor di Puncak Everest, 12 Pemandu Tewas
Kecelakaan tersebut adalah terburuk yang terjadi di gunung tertinggi di dunia itu dalam 2 dekade terakhir.
Diperbarui 19 Apr 2014, 06:33 WIBDiterbitkan 19 Apr 2014, 06:33 WIB
Pemerintah Nepal sudah mengharuskan pendaki untuk membawa turun sampah mereka. Jika tidak deposit US$ 4.000 dolar terancam melayang. ... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Google Akui Bayar Samsung agar Gemini Terpasang di HP Galaxy
Melihat Transformasi LG Electronics, Punya Pabrik Canggih Gabungkan Robot Otonom hingga Teknologi AI
Buntut usai Siswa di Kudus Temukan Ulat dan Lauk Basi Sajian MBG
Karomah Abah Guru Sekumpul, Beri Bantuan untuk Warga Palestina Meski Telah Wafat 10 Tahun
Istri Rugi Rp100 Juta Gara-gara di-Prank Suami, Menyesal Bertindak Gegabah
Top 3 News: Prabowo ke Sumsel, Luncurkan Gerakan Indonesia Menanam
6 Fakta Menarik Gunung Liangpran di Kalimantan Timur yang Kaya Ragam Bunga Anggrek
5 Model Rambut Layer Pendek 2025, Tampil Fresh dan Kekinian
Cuaca Besok Jumat 25 Maret 2025: Langit Jabodetabek Siang Hari Diprediksi Berawan
GAC Buka Peluang Hadirkan MPV Mewah untuk Pasar Indonesia
Bursa Saham Asia Melejit Ikuti Wall Street, Imbas Trump Melunak ke China
Pelaku Kasus Mayat dalam Karung di Daan Mogot Ditangkap, Polisi Ungkap Motif Pembunuhan