Liputan6.com, New Mexico - Sebuah patung Yesus menjadi bagian dari kehidupan sebuah kota kecil sederhana di Meksiko selama 300 tahun ternyata menyimpan sebuah rahasia aneh: gigi manusia betulan.
Bagaimana bisa patung yang menggambarkan patung Kristus jelang penyaliban mengandung gigi manusia, masih jadi misteri.
Namun, bisa jadi, patung tersebut adalah contoh di mana bagian tubuh manusia disumbangkan ke gereja untuk kepentingan religius. Demikian menurut Fanny Unikel Santoncini dari Escuela Nacional de Restauracion, Conservacion y Museografía Instituto Nacional de Antropologia E Historia (INAH) Meksiko -- yang menemukan gigi-gigi di patung seperti dimuat Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (19/8/2014).
"Kita harus mengingat orang-orang tersebut sebagai sosok yang sangat religius. Mereka meyakini kehidupan setelah mati. Dan itu sangat penting bagi mereka," kata Unikel soal si empunya gigi dan mereka yang memasangkannya ke patung.
Pada pandangan pertama, patung Christ of Patience -- yang menggambarkan Yesus yang sedang duduk dan menatap sedih ke kejauhan -- tak berbeda dengan patung-patung lain di Meksiko.
Patung kayu yang berasal dari masa Abad ke-17 dan 18 mengenakan pakaian manusia dan wig. Pengerjaannya dipengaruhi teknik dan materi dari Eropa. "Di Meksiko, ada banyak patung seperti ini. Tak hanya Kristus tapi juga para santo dan Perawan Maria," kata Unikel.
Menggunakan bagian tubuh manusia dan hewan untuk patung-patung bukanlah hal luar biasa di masa lalu. Orang-orang menyumbangkan rambut mereka untuk dijadikan wig patung. Para seniman juga kerap menggunakan tanduk lembu sebagai paku.
Patung di Meksiko dikenal sering menggunakan gigi palsu dari tulang binatang. Arca iblis biasanya ditambahi gigi anjing. Tim Unikel juga menemukan patung bayi Yesus dengan 2 gigi kelinci menyembul dari 'gusi'-nya. Namun, yang menggunakan gigi manusia baru kali pertama ini dijumpai.
Siapa Pemiliknya?
Gigi manusia dalam patung Yesus ditemukan tanpa sengaja. Saat Christ of Patience dan patung-patung lain direstorasi oleh para peneliti INAH.
Sebagai bagian dari kerja restorasi, Unikel dan koleganya memindai patung dengan sinar-X. Saat itulah tim Antropolog melihat sesuatu yang tidak biasa: gigi manusia nyata.
"Saat itu kami berkata, 'Ah, itu tak mungkin'," kata Unikel pada LiveScience. Gigi seputih mutiara yang ada di dalam patung dalam kondisi baik. Yang membingungkan adalah, siapa yang rela menyumbangkan gigi-gigi sesehat itu untuk disertakan dalam patung. Padahal mulut patung tersebut bahkan tak terbuka.
Gigi-gigi itu bisa jadi berasal dari manusia hidup atau sebaliknya, sudah meninggal dunia.
Tak ada dokumen yang tersedia, yang memberikan informasi soal patung tersebut. Hal tersebut membuat para peneliti kesulitan melacak pemilik aslinya.
Salah satu kemungkinan, ada jemaat yang saleh secara keseluruhan atau beberapa orang berbeda menyumbangkan gigi-gigi itu. Bisa juga gigi-gigi itu diambil dari korban secara paksa.
Menyumbangkan bagian tubuh untuk gereja atau agama adalah praktik umum selama akhir Abad ke-17 dan 18. Misalnya, Uskup Guadalajara, Obispo Manuel Fernandez de Santa Cruz menyumbangkan jantungnya untuk para biarawati Convento de Santa Monica de Puebla setelah kematiannya pada 1699. Jantung itu bisa dilihat hanya oleh para biarawati.
Pejabat pemerintahan Spanyol, Raja Muda Viceroy Baltazar de Zuniga, Marquez de Valero juga menyumbangkan jantungnya.
"Bagi kita, itu terlihat gila," kata Unikel. "Namun, cara berpikir orang-orang masa lalu tentang raga mereka jauh berbeda dengan apa yang dipikirkan manusia modern."
Kini para peneliti sedang berusaha mengungkap orang misterius yang menyumbangkan gigi tersebut. Meski mereka tak bisa sekonyong-konyong mencabutnya dari patung, mereka berharap bisa mempelajarinya, untuk menentukan usia dan jenis kelamin pemiliknya.