Presiden Kagame dan Kisah Rwanda Bangkit dari Konflik

Di tangan Presiden Paul Kagame, Rwanda menjadi negara demokrasi dengan sistem presidensial setelah sempat dilanda genosida pada 1994.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 31 Okt 2014, 16:33 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2014, 16:33 WIB
Presiden Rwanda
Paul Kagame (Presiden Rwanda) (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Rwanda, negara di Afrika Tengah itu kini berhasil menjadi negara demokrasi, meski sebelumnya sempat dilanda konflik etnis yang bahkan menjadi genosida pada 1994. Presiden Rwanda Paul Kagame menceritakan bagaimana negara yang ia pimpin melakukan transformasi hingga menjadi negara yang berkembang saat ini.

Kini Rwanda telah menjadi negara demokrasi dengan sistem presidensial. Presiden Rwanda adalah kepala negara yang dipilih melalui pemilihan umum setiap 7 tahun sekali.

"Awalnya memang demokrasi belum berjalan di negara kami. Waktu itu, ada genosida tahun 1994. Kita kehilangan banyak orang karena genosida tersebut. Kini kami telah membangun kembali negara ini. Rwanda membangun norma untuk hidup bersama-sama membangun negara. Kami juga membangun pemerintahan yang baik (good governance), membentuk institusi demokrasi, memilih pemimpin secara demokratis," jelas Paul di Kantor Redaksi SCTV, Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

Namun, Presiden Kagame yang menjabat sejak tahun 2000 itu mengaku tidak mudah untuk mengubah Rwanda menjadi negara demokrasi seerti saat ini. Ada tantangan dan masalah yang harus dipecahkan.

"Yang menjadi tantangan adalah bagaimana menyatukan kepentingan politik yang terpecah, dan itu mesti disatukan kembali. Kami harus menyatukan kembali perbedaan. Kami harus menyatukan semuanya menjadi sebuah negara. Menjalani hidup bersama untuk masa depan, dan kami berhasil. Ada kemajuan yang berhasil kita tempuh," ujar Paul. "Kami menyamakan pola pikir dan pandangan kami untuk bersama-sama membangun negara."

Presiden Paul Kagame berhasil mengubah Rwanda menjadi negara yang berkembang, baik dalam segi demokrasi, sistem hukum maupun ekonomi.

Rwanda kembali menerapkan Gacaca, sistem pengadilan desa tradisional. Selama tahun 2000-an, perekonomian, jumlah wisatawan, dan Indeks Pembangunan Manusia Rwanda meningkat pesat. (Ein)



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya