Kata-kata Terakhir WNI Jesse Lorena Sebelum Dibunuh di Hong Kong

Seorang teman menyayangkan pemberitaan media yang menyebut Jesse sebagai seorang pekerja seks komersial (PSK).

oleh Rizki Gunawan diperbarui 04 Nov 2014, 12:23 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2014, 12:23 WIB
Jesse Lorena alias Seneng Mujiasih
Jesse Lorena alias Seneng Mujiasih (Huffington Post)

Liputan6.com, Wan Chai - Nasib tragis menimpa 2 warga negara Indonesia (WNI) di Hong Kong, yakni Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena alias Seneng Mujiasih. Kedua wanita tersebut dibunuh secara sadis oleh seorang bankir, Rurik Jutting. Mereka ditemukan tewas di apartemen milik tersangka di Wan Chai, Hong Kong.

Teman Jesse di Hong Kong, Robert van den Bosch mengungkapkan, beberapa jam sebelum wanita itu dibunuh, ia mengatakan ingin bersenang-senang di sebuah pesta Halloween. Hal itu dikatakan Jesse kepada Robert saat bertemu di kelab pada Sabtu 1 November malam, sekitar pukul 20.45 waktu setempat.

"Kata dia, ingin bersenang-senang di pesta Halloween," kata Robert van den Bosch, DJ asal Belanda, yang bekerja di sebuah kelab malam dan mengenal Jesse selama 4 tahun, yang dimuat The Telegraph, Selasa (4/11/2014).

"Itulah kata-kata terakhirnya yang masih terngiang-ngiang di kepalaku," imbuh Robert. Setelah itu, kata dia, Jesse dilaporkan tewas dibunuh pada Minggu 2 November dini hari.

Van den Bosch mengaku sangat terkejut mendengar kabar kematian Jesse tersebut. Dia tak menyangka hidup temannya itu berakhir secara tragis. Padahal kata pria Belanda itu, dia orang yang baik.

"Dia orangnya sederhana, dan bukan pengguna narkoba. Tapi hidupnya harus berakhir seperti ini. Ini sungguh tragis. Dia orangnya periang dan perhatian."

Jesse diketahui telah bekerja di Hong Kong selama sekitar 8 tahun. Dia berasal dari Sulawesi. Awalnya wanita berusia 32 tahun itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan menetap di sebuah rumah kos yang letaknya tak jauh dengan tempat tinggal Jutting, si tersangka.

Van den Bosch menyayangkan pemberitaan media yang menyebut Jesse sebagai seorang pekerja seks komersial (PSK). Menurut dia, wanita itu punya cita-cita yang mulia.

"Dia selalu mengirimkan uang ke Indonesia untuk membangun rumah di kampungnya. Dia punya mimpi besar, untuk hidup lebih baik di negara asalnya. Dia akan kembali ke Indonesia segera mungkin ketika uangnya sudah cukup," ungkap dia.

Jasad Jesse alias Ruri awalnya ditemukan hidup di apartemen Jutting dengan luka tikaman parah di leher dan bokongnya. Namun wanita malang itu meninggal tak lama kemudian di lokasi kejadian.

Sementara, jenazah Sumarti Ningsih ditemukan dalam koper balkon apartemen milik Jutting pada Sabtu 1 November 2014. Dia diduga sudah tewas beberapa hari sebelumnya.

Saat ini, Rurik George Caton Jutting yang diduga sebagai pelaku pembunuhan sadis itu telah ditangkap kepolisian Hong Kong. Jutting dihadapkan ke pengadilan di wilayah timur Hong Kong pada hari Senin kemarin. Ia yang memakai kaus dan celana hitam terlihat terkulai di mobil tahanan.

Saat ditanya apakah ia memahami dakwaan yang dijatuhkan padanya, Jutting menjawab, "Ya."

Setelah sidang perdana, bankir tersebut akan tetap ditahan dan akan kembali dihadapkan ke depan hakim Pengadilan Hong Kong pada 10 November 2014 mendatang. (Ein)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya