Liputan6.com, Peshawar - Sebagian korban tewas dalam serangan sekolah Peshawar, Pakistan dimakamkan. Setelah teror yang menelan 141 nyawa itu berakhir.
Suasana duka dan kemarahan mewarnai pemakaman pada Selasa 16 Desember 2014. Di Karachi, Pakistan warga menggelar doa dan renungan untuk memprotes pembunuhan oleh kelompok militan Taliban di sebuah sekolah yang dikelola militer itu.
Sementara puluhan orangtua mendatangi rumah sakit-rumah sakit di Peshawar, untuk mengetahui nasib anak-anak mereka dalam serangan oleh Taliban tersebut.
Salah satunya adalah Mohammad Hussain. Ia mempunyai dua putra yang bersekolah di Sekolah Umum Tentara itu. Satu orang yang berada di kelas tiga, katanya, sudah keluar dengan selamat.
"Saya baru menerima telepon bahwa anak saya yang lain terbaring di Rumah Sakit Militer Bersama. Saya akan pergi ke sana sekarang untuk memastikan kebenarannya," kata Hussain seperti dikutip dari BBC, Rabu (17/12/2014).
Sementara para ibu menangis histeris ketika mengetahui anak-anak mereka dibunuh.
Adapun Syed Jameel Shah kehilangan salah seorang keponakannya. "Keponakan yang berada di kelas 10 dibunuh," tutur dia.
Kelompok Taliban Pakistan menyerang sekolah dan menewaskan 141 orang, 132 di antaranya adalah anak-anak. Laman New York Daily News memuat jumlah korban tewasnya 145 orang.
Militer mengatakan semua penyerang yang berjumlah tujuh orang tewas.
Seorang juru bicara Taliban Pakistan mengatakan serangan terhadap sekolah yang dijalankan oleh militer itu merupakan pembalasan atas serangan-serangan terhadap militan Waziristan Utara.
Baca Juga
Selain pemakakaman, berbagai acara doa digelar oleh masyarakat Pakistan, termasuk di Karachi.
Advertisement
Serangan Membabi Buta
Salah satu saksi serangan sekolah Peshawar mengatakan insiden itu terjadi sekitar 10.00, ketika sekolompok orang bersenjata berat menyamar dalam seragam militer, menyelinap melalui kuburan militer dan melompati dinding belakang bangunan tersebut.
Dalam keterangan seperti dikutip dari New York Daily News, mereka merangsek melalui bangunan utama, menembak dan melemparkan granat, sebelum mencapai auditorium. Lalu melakukan penyerangan selama 8 jam di sekolah yang dikelola Angkatan Darat setempat.
1.100 Siswa di sekolah pada hari Selasa kemarin diminta berbaris dan dibantai dengan tembakan ke arah kepala. Lainnya ditembak mati saat mereka meringkuk di bawah meja mereka, atau dipaksa untuk menonton ketika guru mereka ditembaki.
Sedangkan di luar, para orang tua mereka berkerumun di sekitar gerbang sekolah. Mereka dengan sedih dan panik mendengarkan ledakan dan tembakan saat pasukan komando Pakistan menyerbu gedung, berdoa anak-anak mereka akan bertahan hidup.
Sebuah gelombang kemarahan melintasi batas-batas nasional, dengan pernyataan dukungan dan simpati datang dari seluruh dunia.
Bahkan kelompok militan lainnya juga mengomentari serangan sekolah Peshawar itu lebih sinis.
"Serangan itu tidak Islami," tulis salah seorang juru bicara Taliban Afghanistan melalui Twitter, mengkritik dan mengekspresikan rasa sakit yang dialami keluarga korban. (Tnt/Mut)