'Senjata Baru' Irak Akan Usir ISIS dari Anbar

"Operasi akan mengerahkan tentara dan milisi bergerak ke selatan dari Provinsi Salahuddin, dan memotong kekuatan kelompok ISIS di Ramadi."

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Mei 2015, 09:45 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2015, 09:45 WIB
Irak Gelar Operasi Usir ISIS Dari Anbar
Kota-kota di Irak yang dikuasai ISIS. (BBC)

Liputan6.com, Baghdad - Pasukan pemerintah Irak secara resmi memulai operasi untuk mengusir kelompok ISIS dari Provinsi Anbar.

"Operasi akan mengerahkan tentara dan milisi bergerak ke selatan dari Provinsi Salahuddin, dan memotong kekuatan kelompok ISIS di Ramadi," kata juru bicara kelompok milisi sukarelawan Syiah yang dikenal dengan al-Hashd al-Shaabi -- yang bisa diartikan sebagai Popular Mobilisation, Ahmed al-Assadi, seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/5/2015).

"Operasi tak akan berlangsung lama, dan 'senjata baru' akan digunakan dalam pertempuran yang akan membuat musuh terkejut," tambah Ahmed al-Assadi.

Operasi itu dinamai "Labayk ya Hussein" ("At your service, O Hussein") - mengacu kepada Imam Syiah yang dihormati.

Secara terpisah, Assadi menyatakan bahwa gabungan pasukan dan milisi akan bergerak ke padang pasir di timur laut Ramadi, sebelum mengitarinya dan bersiap untuk mengambil alih.

Dalam wawancara dengan BBC, Senin 25 Mei 2015, Perdana Menteri (PM) Irak Heider al-Abadi mengatakan bahwa Ramadi akan direbut dalam beberapa hari. Ia juga membela keputusan 1.500 orang tentara yang dilaporkan telah mengungsi dari kota itu, ketika menghadapi serangan dari sekitar 150 orang militan ISIS.

PM Abadi menjelaskan bahwa pasukan amat terganggu oleh taktik serangan mengejutkan dari kelompok ISIS, dan mereka tidak kehilangan semangat bertempur -- seperti dituduhkan Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter.

"Saya yakin, Carter telah diberi informasi yang keliru," ucap PM Abadi.

"Mereka memiliki semangat berperang, tetapi ketika menghadapi serangan gencar ISIS dari mana-mana ... dengan truk penuh bahan peledak, efeknya seperti serangan bom nuklir mini -- memberi dampak yang amat sangat buruk terhadap pasukan kami," tutur PM Abadi.

Departemen Pertahanan AS mengatakan tentara Irak dan milisi Syiah sejauh ini sudah melakukan pengintaian di dekat Ramadi.

Pusat Kekuatan Sunni

ISIS merebut wilayah Ramadi yang terletak 100 kilometer ibukota Baghdad, bersama dengan kota tetangganya Falluja dan sebagian Provinsi Anbar awal bulan Maret, sesudah pasukan Irak mundur dari sana. Sejak itu, pasukan pemerintah menyusun kekuatan untuk serangan balasan dan sudah merebut kembali daerah di sebelah timur Tamadi dalam beberapa hari belakangan.

Menurut koresponden BBC Jonathan Marcus, AS menyambut baik operasi tersebut, dan wakil presiden Joe Biden menjanjikan dukungan penuh Amerika. Namun mereka tetap resah mengenai peran penting kelompok milisi Syiah, yang didukung oleh Iran.
 
Provinsi Anbar yang didominiasi Sunni ini meliputi wilayah yang luas di Irak, mulai dari Baghdad hingga perbatasan Suriah, dan di sana terhadap beberapa jalan penting yang menghubungkan Irak dengan Suriah dan Yordania.

AS juga mendesak pemerintah Irak agar tak mengirim milisi Syiah ke Anbar, karena berpeluang membuat penduduk Sunni Anbar untuk berpihak kepada ISIS.

Namun sesudah ISIS sepenuhnya menguasai ibukota provinsi, kelompok al-Hashd al-Shaabi dikerahkan dan hari Sabtu 23 Mei lalu, mereka merebut kembali kota Husayba di timur Ramadi. (Tnt/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya