Liputan6.com, Columbus - Seorang ibu asal Columbus, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, mempunyai taktik tersendiri dalam mendidik anaknya. Ibu yang bernama Chiquita Hills itu bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk membuat anaknya, Sean, jera dengan perbuatan nakalnya.
Sebelumnya, guru sekolah Sean sempat datang ke rumah keluarga Hills dan memberitahukan kepada sang ibu tentang perilaku Sean yang sangat nakal di sekolah. Sean kerap berlaku kasar, tidak sopan, tak mendengarkan guru, sering mengobrol di dalam kelas, dan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan.
Sang guru pun telah menasihati bocah berusia 10 tahun itu. Namun sepertinya wejangan sang guru 'masuk kuping kanan keluar kuping kiri'
bocah tersebut.
Lantaran perilaku Sean ini, maka ibu berusia 33 tahun itu memutuskan untuk menelepon polisi dan berpura-pura untuk menangkap anaknya.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (14/6/2015), pada awalnya anaknya tidak percaya ancaman ibunya. Namun tawanya segera berubah menjadi air mata ketika polisi muncul di pintu depan rumahnya dengan lampu mobil polisi yang menyala.
Advertisement
Sean pun menangis histeris saat polisi memborgol kedua tangannya dan memasukkannya ke dalam mobil patroli.
Chiquita mengatakan bahwa dia harus melakukan taktik tersebut pada anakya karena telah kehabisan pilihan. "Saya tahu saya harus melakukan sesuatu untuk memberikan pelajaran," kata dia kepada ABC News.
Dia mengatakan bahwa dia takut jika anaknya tidak mematuhi gurunya hal itu bisa meningkat menjadi tidak menghormati otoritas orang dewasa, sesuatu yang dia percaya bisa mengancam jiwa. "Semuanya terjadi begitu cepat," kata Chiquita. "Dia bahkan tidak sempat bereaksi apa-apa...Dia ketakutan."
Setelah 'drama penangkapan' berakhir, petugas membiarkan Sean keluar dari mobil dan dia pun segera berlari ke dalam rumah dan memeluk erat ibunya. Chiquita tidak tahu kata-kata apa yang diucapkan polisi kepada Sean dalam mobil patroli, tapi Sean mengatakan, "Aku tidak akan pernah melakukannya lagi."
Setelah polisi pergi, dia berbicara dengan anaknya dan menjelaskan perilaku dan tindakannya dapat mempengaruhi orang-orang di sekelilingnya. "Saya senang telah melakukan ini," ujar dia kepada ABC News.
Sang ibu memahami bahwa anaknya akan melalui proses perubahan, tetapi dengan semua hal yang terjadi selama ini dia ingin menghentikan kenakalan anaknya yang sudah keterlaluan. Terutama saat sang anak masih muda dan mudah dipengaruhi.
"Aku sedang berusaha untuk mendapatkan titik temu ke anak saya, jika Anda menjadi tidak sopan dan kasar, inilah yang terjadi ketika orang jahat melakukan hal-hal yang buruk," kata Chiquita, membela metode disiplinnya, mengetahui bahwa ada adalah orang-orang yang tidak setuju dengan dia.
"Ada konsekuensi untuk semuanya," tukas dia.
Namun demikian, tampaknya Asisten Kepala dari Departemen Kepolisian Columbus, Lem Miller, tidak terkesan dengan tindakan petugasnya. Dalam sebuah pernyataan ia mengatakan bahwa petugas melakukan itu tanpa persetujuan penyelia dan tanpa sepengetahuan mereka.
"Kami sungguh mengerti bahwa mereka berusaha untuk melakukan hal yang baik. Tapi pada dasarnya, kita tidak dalam tugas berpura-pura untuk menangkap seseorang," ujar dia.
"Ini bisa berarti baik, memberi pesan kepada anak-anak agar kembali ke jalan yang lurus. Tetapi, di sisi lain, mungkin bisa malah menyakiti mereka dan membuat mereka memiliki kesan yang lebih buruk terhadap kami, para polisi," sambung Miller.
Miller pun telah menjelaskan kepada sesama petugas bahwa meskipun seluruh 'skenario' itu bermaksud baik, dia tidak akan membolehkan para polisi untuk 'berpura-pura menangkap' seseorang lagi. Apalagi, Kepolisian Colombus tidak mempunyai program untuk menakut-nakuti anak-anak nakal.
Mereka mengatakan orangtua dapat menghubungi Dinas Urusan Kenakalan Remaja jika mereka khawatir bahwa anak mereka terlibat dalam tindakan sembarangan atau perilaku melawan hukum.
Sementara Chiquita mengatakan bahwa sejak kejadian itu, telah terjadi perubahan yang nyata dalam perilaku anaknya. Guru Sean pun memanggilnya akhir pekan ini dengan laporan yang melegakan.
Gurunya mengatakan bahwa Sean menjadi jauh lebih baik di kelas dan dia begitu menghormati teman-teman sekelas dan gurunya. (Dsu/Ans)