Liputan6.com, Ankara - Pihak kepolisian Turki melaporkan telah menangkap 6 orang yang dicurigai membuat dan menyebarkan koin mata uang yang diterbitkan di wilayah yang dikuasai ISIS.
Dengan berpura-pura sebagai pembeli, mereka menyerbu pabrik mata uang yang terletak di Provinsi Gaziantep, dekat perbatasan Suriah. Petugas menemukan 56 koin, cetakan lempengan mata uang dan beberapa peralatan pembuatan uang logam lainnya.
Baca Juga
Keenam orang ini langsung ditahan pihak berwajib, seperti dilaporkan ABC.net.au, Kamis (8/10/2015)
Advertisement
November tahun lalu, ISIS mengatakan bahwa kelompoknya akan menerbitkan mata uang sendiri agar terhindar dari "sistem ekonomi global yang dikuasai iblis."
Profesor sosiologi dan kebijakan sosial di Universitas Sydney, Michael Humphrey, percaya bahwa ini adalah tanda-tanda ISIS untuk merusak tatanan sistem politik.
"Gerak-geriknya sungguh simbolis. Mereka sudah caplok teritori, punya bendera. Memiliki institusi dan mata uang adalah salah satu langkah lagi untuk menguasai daerah itu sebagai area kontrol mereka, " jelas Humphrey.
Penangkapan ini terjadi satu bulan setelah kelompok militan ini mengeluarkan video propaganda bahwa koin itu terbuat dari emas, perak, tembaga yang akan merusak sistem keuangan AS.
Namun, Humphrey mengatakan pernyataan itu terlalu berlebihan dan tidak mungkin terjadi.
"Sejauh memisahkan diri dari ekonomi global, tidak masalah. Maksud saya, mereka tidak bisa melakukan itu (pemisahan) karena mereka membutuhkan hal-hal dari luar, mereka melakukan perang dan uang tersebut akan digunakan untuk membeli itu," ujarnya.
#Raqqa the new coins that #ISIS say it will deal with it soon #Syria #IS #ISIL pic.twitter.com/7IdBNQuaOE
— Abu Ibrahim Raqqawi (@raqqa_mcr) June 22, 2015
Mata Uang  adalah 'Perilaku Klasik' Separatis
Profesor Sarah Percy, yang mengkhususkan diri dalam ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas Queensland mengaku tak terkejut mengetahui militan ISIS mencoba untuk membuat mata uang mereka sendiri.
"Ini adalah perilaku benar-benar klasik untuk kelompok-kelompok pemberontak yang berhasil mencaplok wilayah secara besar," kata Percy.
"Memegang banyak wilayah membutuhkan administrasi, dan administrasi memerlukan hal-hal seperti mata uang, sebagian karena tidak ada yang bisa menahan wilayah seluruhnya dengan paksa. Namun harus 'diiming-iming' sesuatu."
"Anda harus membeli kesetiaan orang-orang. Anda melakukannya dengan membuatnya mungkin bagi orang itu untuk melakukan kehidupan sehari-hari mereka dan bahwa jelas membutuhkan hal-hal seperti mata uang," terangnya.
"Saya pikir analogi terbesar yang kami lihat seperti FARC di Kolombia, di mana mereka berlaku seperti negara, menyediakan layanan sosial, mereka menyediakan pendidikan, mereka bahkan menyediakan potongan kesehatan dan mata uang."
Profesor Percy pun memperingatkan ISIS yang mulai melakukan semua hal tersebut, dan itu akan menjadi kesalahan yang nyata untuk hanya mempertimbangkan militan adalah sekedar kaum barbar.
"Saya tidak berpikir mereka akan berhasil, jika mereka tidak punya kekuatan yang sangat canggih," katanya.
"Jadi, saya pikir mereka mungkin sangat canggih. Mereka memiliki kapasitas perencanaan yang signifikan dan semakin mereka dapat berfungsi sebagai negara, semakin mudah bagi mereka untuk terus melakukan hal-hal yang mereka ingin lakukan," tutup Percy.
(Rie/Tnt)