Kantong Anti-Ledak, Penemuan Canggih Pencegah Bom Pesawat

Dalam upaya mencegah bencana ledakan pesawat, ilmuwan menciptakan kantong anti-ledak untuk pesawat.

oleh Indy Keningar diperbarui 15 Des 2015, 11:06 WIB
Diterbitkan 15 Des 2015, 11:06 WIB
Kantung Anti-Ledak, Penemuan Canggih Pencegah Bom Pesawat
Dalam upaya mencegah bencana ledakan pesawat, ilmuwan menciptakan kantung anti ledak untuk pesawat.

Liputan6.com, Sheffield - Tim ilmuwan berhasil menciptakan kantong penahan ledakan, yang nantinya digunakan untuk menahan ledakan di barang bawaan penumpang pesawat.

Kantong Fly-Bag dibuat dari beberapa lapis kain dan bahan-bahan yang memiliki kekuatan tinggi dan anti-sobek, dan tahan panas. Kain dilengkapi dengan bahan Aramid, serat anti-panas dan kuat yang digunakan di industri pesawat terbang, juga menjadi perisai tubuh balistik.

Fleksibilitas pelapis meningkatkan daya tahannya dalam menahan peledak dan pecahan dari ledakan, menurut Dr Andrew Tyas dari Departement of Civil and Structural Engineering, yang memimpin riset di University of Sheffield. Tyas menambahkan bahwa Fly-Bag bertindak sebagai membran lentur dan bukannya kontainer yang bisa terpecah dengan benturan, menurut Entrepreneur, Selasa (15/12/2015).

Konsultan keamanan utama Inggris Matthew Finn menyatakan bahwa Fly-Bag bisa menjadi pengaman anti-gagal dalam situasi yang memungkinkan untuk menyelundupkan alat peledak di pesawat udara.

"Risiko yang kita miliki dalam keamanan penerbangan, adalah seseorang bisa menyelundupkan sesuatu di penerbangan. Waktu dan perhatian kami difokuskan untuk mengurangi risiko tersebut. Yang dilakukan oleh Fly-Bag adalah menerima kenyataan bahwa bisa saja ada keadaan di mana seseorang berhasil membawa barang berbahaya tersebut walaupun dengan keamanan ketat. Dengan demikian, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa mengurangi efek dari alat yang meledak di ketinggian," ungkapnya.

Bencana Lockerbie 1988. (foto: NBC News)

Perlunya mengurangi risiko alat peledak di penerbangan ditekankan dengan peristiwa yang terjadi pada 30 Oktober 2015, ketika sebuah bom menghancurkan pesawat penumpang dari Rusia di atas Mesir, menewaskan 224 orang di penerbangan. ISIS mengklaim ledakan tersebut terjadi karena perbuatan mereka, dan merilis foto kaleng minuman ringan Schweppes yang dikatakan digunakan untuk membuat bom yang menghancurkan pesawat Rusia tersebut.

Ahli bahan peledak mengatakan mungkin bagi alat tersebut menjadi alat peledak, tergantung di mana meletakkannya dan kepadatan bahan peledaknya. Lokasi paling rentan termasuk di bagian bahan bakar, kokpit, dan di mana pun yang dekat dengan bagian luar pesawat.

Serangan di pesawat Rusia tersebut serupa dengan pengeboman Pan Am Flight 103 oleh Libia di langit kota Lockerbie, Skotlandia, 1988. Investigasi menemukan peledak disembunyikan dalam kaset dan diletakkan di barang bawaan, ukurannya hanya setelapak tangan, dan berhasil merobek 50 cm lubang di badan pesawat. Pesawat pun terbelah di udara diakibatkan oleh pelepasan tekanan.

Finn, direktur manajer konsultan keamanan Augmentiq, yang menawarkan saran untuk meningkatkan keamanan di bandara, pelabuhan, dan berbatasan negara, mengatakan bahwa Fly-Bag pantas dipertimbangkan untuk mengurangi bahaya peledak di pesawat.

"Saya rasa Fly-Bag memiliki kapasitas mengubah cara kita melihat barang bawaan. Kita menghabiskan banyak waktu berpikir mengenai rekonsiliasi penumpang dan barang bawaan mereka sejak Bencana Lockerbie tahun 1988. Itu menjadi fokus besar di industri penerbangan. Fly-Bag melihat situasi di mana mungkin ada bahan peledak di penerbangan, dan bagaimana kita mencegahnya. Ini perkembangan yang menarik, dan saya ingin melihatnya dikerahkan lebih luas lagi," ungkapnya.

Fly-Bag kini dikembangkan oleh berbagai asosiasi bisnis di penjuru Eropa, termasuk Blastech, perusahaan dari University of Sheffield, juga mitra kerja dari Yunani, Spanyol, Italia, Swedia, dan Belanda. (*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya