Liputan6.com, Mumbai - Kabut asap kuning keabu-abuan terlihat menggantung di langit Mumbai. Para pengemudi berjuang mengendalikan mobil dalam jarak pandang yang terbatas.
Kondisi kian parah di Deonar, area yang menjadi lokasi pembuangan sampah bagi 21 juta jiwa penduduk Mumbai.Â
Puncaknya pada 28 Januari 2016, saat kebakaran hebat melanda lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
Baca Juga
Area itu diselimuti asap tebal hitam. Saking pekatnya, sinar matahari tak mampu menembus. Akibatnya, asap bikin manusia merana.Â
Advertisement
Baca Juga
Asap mencekik jalur napas, membikin mata merah, sehingga menghirup oksigen pun sulit dilakukan.
Dampak kebakaran tersebut juga terpantau satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Satelit ini merekam kepulan asap dari jarak yang amat jauh dari permukaan Bumi.
"Kebakaran di tempat pembuangan sampah sulit untuk dipadamkan karena menjalar melalui gas metana, plastik, dan barang-barang mudah terbakar lainnya," demikian kata NASA dalam situsnya.
Sebanyak 14 truk pemadam kebakaran dan buldozer dikerahkan untuk memadamkan amuk api selama empat hari empat malam. Kebakaran tersebut adalah salah satu yang terparah di Mumbai dalam beberapa tahun.
Seperti dikutip dari CNN, Sabtu (6/2/2016), penyebab kebakaran tersebut masih diselidiki. Namun, aparat menyebut kebakaran bisa saja dipicu oleh gas yang mudah terbakar, yang terbentuk dari gundukan sampah.
Tiap harinya, 4.000 sampah dikirim ke Deonar, demikian diungkapkan pejabat Municipal Corporation of Greater Mumbai (MCGM). Selama bertahun-tahun, buangan itu menggunung, menjadi gundukan yang luar biasa tinggi.Â
Mohamed Sedaj, 12 tahun, tinggal selemparan batu dari lokasi TPA. Saat kejadian, ia sedang bermain layang-layang bersama temannya. Tiba-tiba langit gelap. Ia yang ketakutan langsung berlari pulang.
Akibat kebakaran, sekolah-sekolah ditutup. Bahkan permukiman kelas atas di Mumbai, yang jauh dari lokasi TPA, merasakan dampaknya.