Liputan6.com, Jakarta Setelah melahirkan buah hati, sebagian besar para ibu akan menghabiskan waktu mereka di rumah. Namun, tak demikian dengan Karen Edwards dan si kecil Esme.
Di usia putrinya yang masih 10 minggu, Karen bersama pasangannya, Shaun Bayes, dan Esme telah berkeliling dunia!
Keluarga kecil ini beranjak dari London saat Karen masih cuti melahirkan. Selama 10 bulan, mereka sudah mengelilingi Asia, Australia, dan New Zealand.
Advertisement
Mereka hanya membawa satu tas ransel, menjual mobil, dan menyewakan rumah mereka di London. Sedangkan, Shaun berhenti dari pekerjaannya sebagai ahli perkebunan.
Kisah si kecil Esme yang merupakan traveler termuda pun menarik perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global, edisi Rabu (10/2/2016).
Selain itu, dua kisah yang menjadi perhatian adalah tentang rumah bagi kelinci raksasa dan kisah pelindung badak dari benua hitam.
1. Sejak Umur 10 Minggu, Si Kecil Esme Sudah Keliling Dunia
Karen, bekerja sebagai suster dan besar di Irlandia. Ia disebut 'gila' oleh keluarganya setelah mengungkapkan rencana besarnya itu. Ia mengaku sampai menyimpan losion dan peralatan mandi mereka di tas bayi untuk menghemat ruang tas ransel.
Mereka sudah mengunjungi berbagai negara, dari Irlandia, Singapura, Australia, Malaysia, Vietnam, Taiwan, Hongkong, dan Indonesia. Semua saat Karen masih harus menyusui Esme. Tidak lupa, si kecil juga telah divaksin sebelum mereka meninggalkan Inggris.
2. Rumah Istimewa untuk si Kelinci Raksasa
Seperti kelinci pada umumnya, Atlas suka makan wortel dan berlompatan ke sana ke mari. Namun, tidak seperti kelinci pada umumnya yang berukuran tak lebih besar dari kucing, panjang Atlas lebih dari 1 meter!
Kini si kelinci raksasa menjadi terlalu besar untuk diurus oleh pemiliknya. Staf di Scottish Society for the Prevention of Cruelty to Animals (SPCA) sedang mencarikan pemilik yang mau menampung si kelinci jenis continental giant usia tujuh bulan yang panjangnya mencapai 1,2 meter ini. Dengan panjang ini, Altas seukuran anjing besar.
3. Kisah Sang Pelindung Badak, Penembak Jitu dari Benua Hitam
Kegiatan berburu badak di Kenya, Afrika Timur tercatat meningkat tajam beberapa tahun belakangan ini. Untuk itu langkah-langkah drastis belum lama ini dilakukan cagar alam Borana di Kenya untuk melindungi hewan langka tersebut dari para pemburu.
Untuk melindungi spesies ini cagar alam Borana di Kenya membentuk sebuah unit pasukan khusus yang sengaja dilatih oleh Special Air Service (SAS) Inggris yang bertugas menembak mati para pemburu yang ingin membunuh hewan itu untuk diambil tanduknya, lalu dijual ke pasar gelap.