Seperti Ini Peliputan yang Bikin Korut Berang dan Usir Jurnalis

Liputan media Inggris BBC dianggap telah menyinggung perasaan Korea Utara

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 12 Mei 2016, 13:13 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 13:13 WIB
Ini Liputan 'Sederhana' yang Buat Berang Korut- Usir Wartawan BBC
Ini Liputan 'Sederhana' yang Buat Berang Korut- Usir Wartawan BBC (Independent)

Liputan6.com, London - Korea Utara memiliki hubungan aneh dengan media asing. Seperti, baru-baru ini, negeri yang mengurung diri itu mengundang wartawan asing, termasuk dari Washington Post untuk meliput kongres langka yang terjadi sekali dalam satu generasi.

Lucunya, para awak media itu diberi sejumlah peraturan yang membatasi peliputan mereka. Bahkan dijauhkan dari tempat kongres berlangsung. Lebih konyol lagi, mereka dipaksa mengikuti sejumlah perjalanan yang diatur oleh pemerintah Korut seperti...meliput pabrik kabel nasional.

 

Pada Senin 9 Mei lalu, Pyongyang mengumumkan kalau mereka mengusir 3 wartawan BBC. Alasannya, liputan media Inggris itu telah menyinggung perasaan Korea Utara.

Menurut BBC, koresponden Rupert Wingfield-Hayes dihentikan saat berada di bandara. Padahal ia berencana meninggalkan negara itu pada Jumat mendatang.

Dua kru Rupert termasuk produser dan kameramen menolak untuk pulang dengan pesawat berbeda. Setelah berargumentasi, akhirnya mereka satu penerbangan dan kini sudah aman di Beijing. Demikian dilansir dari The Independent, Kamis (12/5/2016)

Liputan Rupert sebenarnya sederhana. Hanya memperlihatkan kehidupan di kampus Kim Il-sung dan mengkritik para pemimpinnya. Namun, ada satu kalimat dalam rekaman berdurasi 3 menit, "Korut, negara yang mudah tersinggung."

Narasi Rupert juga mengatakan Kim Jong-un 'diktator'-- yang mana itu benar-- dan negaranya sungguh komikal.

Berikut rekaman liputan Rupert.


Setelah pengusiran itu, tak semua orang mendukung langkah Rupert untuk mengkritik Korut. Ahli Korea Utara bertanya-tanya apakah Rupert melakukan hal yang benar.

Ada kemungkinan liputan itu justru menyakitkan hati rakyat Korut.

Sementara veteran jurnalis dari Washington Post--yang juga diundang rezim datang ke Korut -- Anna Fifield, mendukung Rupert.

"Media asing yang datang ke Korut harus bersikukuh dan berjuang atas apa yang mereka liput. Namun, apapun yang mereka lakukan, itu tanggung jawab mereka sendiri," kata Fifield.

"Lagi pula, saya berurusan dengan bisnis informasi, bukan bisnis isolasi," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya