Liputan6.com, Lima - Kesurupan massal kembali terjadi, kali ini di sekolah Elsa Parea Flores di Peru. Kejadian itu bermula ketika 20 murid sekolah tersebut tiba-tiba menjadi hilang kendali dan mengamuk.
Murid-murid itu menunjukkan gejala mengerikan yang sama, yakni kejang otot, sesak nafas, pingsan, muntah-muntah, bahkan beberapa mengeluarkan busa dari mulutnya.
Baca Juga
Dikutip dari News.com, Jumat (20/5/2016), para murid yang diduga kerasukan roh jahat itu, rata-rata berusia antara 11 hingga 14 tahun. Mereka semua mengaku melihat dan merasa dikejar oleh sosok misterius, yaitu seorang pria jangkung berpakaian hitam lengkap dengan janggut yang mencoba membunuh mereka.
Advertisement
Kejadian itu menyerang 80 hingga 100 murid sekolah itu. Para guru di sekolah itu menduga murid-murid mereka terkena kerasukan massal.
Dalam sebuah video rekaman digambarkan sejumlah siswa dan siswi berteriak-teriak dan berguling-guling di lantai ruangan kelas mereka.
Para guru dan murid lainnya terlihat sibuk mencoba menenangkan dan bergantian mengangkat korban kerasukan. Beberapa siswa yang kesurupan berusaha dibawa menuju sebuah mobil yang sudah disediakan di halaman sekolah.
"Aku merasa terganggu memikirkannya. Aku merasa seperti seseorang mengejarku. Pria jangkung berjanggut berpakaian serba hitam, mencoba mencekikku. Teman-temanku mengatakan aku berteriak kencang, tapi aku tak ingat," kata seorang korban kesurupan setelah sadar.
Seorang gadis berumur 13 tahun yang namanya tak ingin disebutkan, mengatakan dia merasa mual dan kemudian muntah. Ia mengaku, mendengar suara-suara dan melihat seorang pria hitam berusaha mendekati dan menyentuhnya.
"Kata teman-temanku aku kesulitan bernafas dan terus memegangi leherku seakan-akan sedang dicekik. Mereka juga berkata aku berteriak 'keluarkan'," kata siswi itu.
Menurut laporan, kesurupan massal tersebut terjadi setelah para murid bermain papan ouija, memanggil arwah penasaran dan roh untuk menghantui sekolah mereka. Sekolah itu pernah digunakan sebagai kuburan massal oleh mafia.
Menanggapi kejadian tersebut, pihak sekolah telah mengupayakan berbagai cara untuk menolong siswanya termasuk mendatangkan paranormal, dukun, pengusir setan, dan orang suci.
Beberapa korban kesurupan telah dibawa pulang oleh orangtua mereka untuk telah ditangani oleh pastur Katolik. Namun belum ada kemajuan sama sekali.
"Kami tidak yakin kenapa hal ini terjadi dan terus berlanjut. Kami hanya tahu kesurupan massal ini dimulai dari tanggal 29 April 2016," kata Dr Antony Choy.
Kesurupan Massal di Malaysia dan New York
Kejadian yang sama juga terjadi di Malaysia dan New York.
SMK (Sekolah Menengah Kebangsaan) Pengkalan Chepa 2 di Kota Bharu, Malaysia, terpaksa diliburkan karena peristiwa kesurupan massal. Sejumlah korban mengaku melihat sosok hitam misterius sebelum mengalami kerasukan.
Penampakan tersebut terus berlanjut selama dua hari setelah kejadian. Sekitar 100 siswa dan guru dikabarkan mengalami kesurupan massal.
"Siswa kami kerasukan dan diganggu (oleh makhluk halus). Kami tak tahu pasti mengapa hal itu terjadi dan apa yang menyebabkan peristiwa itu," ujar pegawai senior sekolah
Seorang guru, Norlailawati Ramli, mengaku bahwa ia merupakan salah satu korban.
"Ketika aku sedang memegang salah satu siswa (yang kesurupan), tanganku terasa sangat berat. Aku membaca istighfar. Peristiwa itu benar-benar di luar kendali," ujarnya kepada media lokal Astro Awani.
Tak lama setelah sadar, mereka mengaku melihat sosok hitam mengikuti dan mencoba menyentuh mereka.
Kejadian yang sama juga menghantui sebuah sekolah di New York, pada tahun 2011 dan 2012.
Seluruh siswi di sekolah tinggi Leroy High School di New York tiba-tiba mulai menunjukkan gejala Sindrom Tourette -- penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan spontan tanpa bisa mengontrolnya.
Gerakan spontan mereka menjadi semakin mengerikan, hingga menyebabkan orangtua para siswi tersebut menduga anak mereka keracunan lingkungan.
Namun, hasil penelitian kesehatan lingkungan saat itu, menunjukkan tidak ada yang salah dengan udara dan air.
Akhirnya, seorang ahli saraf New York, Laszlo Mechtler, menyimpulkan gadis-gadis itu menderita gangguan konversi, semacam histeria yang menghasilkan gejala nyata tetapi penyebabnya tidak diketahui.
Advertisement