Liputan6.com, Pyongyang- Dengan modal hanya satu kamera dan tekad yang bulat, seorang pria berkebangsaan Prancis, Eric Lafforgue ingin menunjukkan sisi lain Korea Utara kepada masyarakat dunia.
Baca Juga
Eric sudah memimpikan dirinya berkeliling dunia sejak usia dini. Cita-citanya pun tercapai dengan dirinya pernah menginjakan kaki di sejumlah wilayah di bumi ini seperti Ethiopia, Yaman, Djibouti, Papua Nugini, Vanuatu dan Benin.
Di sana ia mengambil foto-foto kehidupan masyarakat setempat yang masih asing bagi mereka di bagian dunia lain, terutama di negara-negara Barat.
Advertisement
Hasil karyanya dipuji tidak hanya oleh masyarakat umum saja, namun juga oleh sejumlah publikasi berskala internasional seperti National Geographic dan Lonely Planet.
Akan tetapi, sorotan publik terbanyak yang pernah ia dapatkan hingga sekarang adalah atas keberhasilan untuk mengambil sejumlah foto di Korea Utara.
Pria yang sudah 6 kali berkunjung ke Korut dalam kurun waktu 8 tahun ini tidak hanya disorot publik namun juga pemerintah negara yang tertutup itu.
Sejak pertama kali ia berada di Korut, Eric menyadari setiap tindakan yang ia perbuat dimonitor oleh pihak berwenang yang tersebar di hampir semua lokasi yang ada di negara itu.
Beberapa peraturan yang ada di Korut menjelaskan bahwa turis hanya boleh mengambil gambar sesuai yang ditentukan oleh pihak berwenang. Turis disarankan bertanya terlebih dahulu kepada pemandu tur apa yang boleh difoto dan yang tidak.
Peraturan ini dibuat agar ke depannya tidak ada gambar terkait Korut yang mengilustrasikan negara tersebut secara negatif.
Terlihat Bahagia
Gambar-gambar yang diambil oleh Eric dianggap tidak sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh negara Korut. Oleh karena itu, kerap kali ia diminta untuk menghapus foto-foto di dalam kameranya.
Ia pun menuruti perintah tersebut, namun dengan perasaan tenang karena dirinya telah menyimpan salinannya di memory card.
“Mereka menegaskan pada saya bahwa mengambil gambar yang ada kaitannya dengan militer Korut sama sekali tidak diperbolehkan,” kata Eric kepada Daily Mail.
“Lalu mereka juga melarang saya mengambil gambar yang mengilustrasikan adanya kemiskinan di negara ini,” lanjutnya.
Eric berkesempatan untuk mengunjungi beberapa kota di Korut dalam 6 kali kunjungannya. Ibukota Korut Pyongyang tentunya yang paling sering ia kunjungi, dengan beberapa area lainnya di pinggiran kota.
Ke mana pun ia bergerak dan mengambil gambar, ia mengaku ia selalu ditemani seseorang yang bertindak sebagai sosok yang memonitornya.
Advertisement
Tonjolkan Sisi Positif
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak dari gambar yang ia ambil dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Korut.
Beberapa foto yang menjadi bahan keluhan adalah gambar anak di bawah umur sedang bekerja keras, seseorang yang sedang tertidur dan tentara yang sedang mengenakan pakaian biasa saat tidak bertugas.
Menurut pemerintah Korut, foto anak di bawah umur bisa salah diinterpretasi sebagai tenaga kerja paksa, lalu foto orang tertidur bisa melambangkan kematian dan tentara memakai pakaian biasa dianggap merendahkan kekuatan militer Korut.
“Saya tidak pernah berniat untuk menunjukan Korut secara negatif atau dari sisi tersebut. Justru saya mengambil gambar-gambar yang mengilustrasikan Korut sebenarnya; bahwa warganya tersenyum bahagia dan menjalani keseharian mereka layaknya orang lain di dunia. Oleh karena itu saya mengambil sisi bahagia mereka,” Eric menjelaskan saat diwawancarai oleh Business Insider.
Namun, pada tahun 2012 lalu, Eric menerima sebuah surat dari pemerintah Korut yang disertai dengan bukti pengambilan gambar sejumlah foto yang tidak disetujui oleh negara tersebut.
Ia pun akhirnya dilarang untuk masuk lagi ke wilayah Korut sebagai konsekuensi dari pengambilan gambar-gambar yang kini menjadi hasil karya terbaik dipuji sedunia.