Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah penanggalan tradisional bangsa-bangsa di dunia mengkaitkan waktu kelahiran seseorang dengan nasib baik, perjodohan, dan peruntungan. Tanggal kelahiran itu kemudian dikaitkan dengan tanda-tanda astronomis lain, semisal keberadaan komet atau yang sejenisnya.
Walau terdengar kurang ilmiah, ternyata ada penelitian yang mengkaitkan waktu kelahiran seseorang dengan suatu aspek orang tersebut, yaitu sifat kepemimpinan. Paparan ilmiah ini menjadi pusat perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global untuk Selasa (16/8/2016) pagi.Â
Namun demikian, perlu dicatat bahwa waktu kelahiran yang dimaksud dalam penelitian mengacu kepada bulan kelahiran seseorang dan kaitannya dengan kalender akademik di sekolah, mulai dari sekolah dasar. Jadi, bukan sekedar sudut datang matahari atau yang sejenis itu.
Advertisement
Kemudian, para pembaca terlarut membaca kisah perjuangan 3 orang wanita di India yang mendapatkan nafkah dengan menyewakan rahim mereka kepada pasangan-pasangan yang memerlukan tempat membesarkan anak mereka di luar rahim ibu sendiri karena berbagai alasan. Walau terdengar memberatkan, kaum wanita penyedia jasa penyewaan rahim itu kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan tidak memiliki terlalu banyak pilihan.
Terakhir, terkait dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI, kisah tentang pembelotan seorang tentara Jepang menjadi perhatian pembaca. Menurut data Dari data yag terbit pada tahun 2000-an, sekitar 243 orang meninggal dalam perang, 288 hilang, dan 45 orang kembali ke Jepang. Sisanya, 324 memilih untuk tetap tinggal di Indonesia dan menjadi WNI, misalnya Rahmat Shigeru Ono. Seperti apa kisahnya?
Berikut adalah Top 3
Â
1. Orang yang Lahir Pada Bulan Ini Berpotensi Jadi Pemimpin Besar
Jika ingin menjadi orang nomor satu di perusahaan, ternyata faktor seperti pendidikan, pengalaman, atau kepiawaian tidak melulu menjadi faktor utama. Ada hal-hal yang disebut keberuntungan sekaligus perhitungan secara sains bahwa bulan kelahiran seseorang menjadi salah dampak penting bagi seseorang untuk menjadi bos.
"Terdengar seperti absurd, di mana bulan Anda lahir mempengaruhi kehidupan, seperti sampai kapan Anda hidup, setinggi apa, sebaik apa di sekolah, jadi apa kelak, pantaskah jadi pemimpin. Namun, itu semua bisa ditelisik lewat sains," kata Russel Foster, peneliti dari Oxford University.
Dilansir dari Time, penulis buku best seller, Malcolm Gladwell, Outliers: The Story of Success menyampaikan hal senada.
Secara perhitungan sains, ada suatu bulan dalam 1 tahun memungkinkan seseorang bisa menjadi bos atau justru gagal.
Perlu diketahui dalam sains ada namanya istilah 'efek usia relatif', 'efek tanggal kelahiran', 'bias kelahiran bulan' atau bahkan 'bias musim pada kelahiran'.
Â
2. Kisah Pilu 3 Perempuan Tukang 'Sewa Rahim' di India
India dikenal sebagai "pusat penyewa rahim" di dunia, tujuan bagi pasangan yang mengalami infertilitas atau tidak mampu menghasilkan keturunan. Dalam beberapa tahun terakhir, praktik tersebut meningkat di Chennai, bagian selatan negara itu.
Lebih dari 12 rumah sakit siap melaksanakan prosedur "sewa rahim" terhadap 150 perempuan. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga miskin yang rela menggandung "bayi orang lain" demi mendapat bayaran.
Meski demikian tak sedikit dari para perempuan itu mengaku memiliki ikatan emosional dengan bayi yang mereka kandung. Seperti dilansir BBC, Senin 15 Agustus 2016, berikut kisah tiga perempuan "penyewa rahim" yang menuturkan pahitnya kenyataan ketika harus menyerahkan bayi yang telah mereka kandung selama sembilan bulan.
Â
3. Kisah Rahmat Shigeru Ono, Tentara Jepang yang 'Membelot' ke NKRI
Ketika Jepang kalah melawan sekutu pada Perang Dunia II, banyak tentaranya di Indonesia bingung; kembali ke negerinya atau bertahan. Banyak di antara mereka yang melakukan harakiri (bunuh diri demi kehormatan) dan ternyata banyak juga yang masih bertahan.
Menurut data Yayasan Warga Persahabatan (YWP) di Jakarta, setelah Perang Dunia II usai, tercatat sebanyak 903 bekas tentara Jepang ikut perang kemerdekaan Indonesia. Data selanjutnya yang dirilis sekitar tahun 2000-an, sekitar 243 orang meninggal dalam perang, 288 hilang, dan 45 orang kembali ke Jepang. Sisanya, 324 memilih untuk tetap tinggal di Indonesia dan menjadi WNI.
Salah satunya yang memutuskan untuk tinggal dan berjuang bagi kemerdekaan Indonesia, menjadi WNI hingga akhir hayatnya adalah Shigeru Ono yang kemudian menambahkan nama depan menjadi Rahmat Shigeru Ono.