Bertemu Presiden Meksiko, Nyali Donald Trump 'Menciut'?

Donald Trump yang selama ini berkoar-koar menyebut Meksiko sebagai musuh AS kini meralat pernyataannya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Sep 2016, 07:36 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 07:36 WIB
Capres AS asal Partai Republik, Donald Trump dan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto
Capres AS asal Partai Republik, Donald Trump dan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto (AFP)

Liputan6.com, Mexico City - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Republik, Donald Trump akhirnya bertemu dengan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto. Pertemuan keduanya menyita banyak perhatian mengingat Trump kerap melontarkan pernyataan kontroversial terkait negara yang dipimpin Pena Nieto.

Seperti dilansir CNN, Kamis (1/9/2016) taipan properti itu mengaku dalam pertemuannya dengan Pena Nieto, keduanya membahas pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.

"Siapa yang akan membiayai pembangunan? Kami tidak mendiskusikannya. Kami membahas tentang pembangunan tembok perbatasan. Namun tidak soal pembiayaan. Itu akan dibicarakan kemudian hari," ujar Trump dalam konferensi pers usai bertemu dengan Pena Nieto di Mexico City pada Rabu 31 Agustus waktu setempat.

Dalam kampanyenya, Trump berkali-kali menegaskan jika kelak terpilih ia akan membangun tembok perbatasan AS-Meksiko. Ini demi mencegah masuknya imigran Meksiko yang disebutnya telah menjadi pelaku kriminal dan pemerkosa di AS.

Namun sejak awal ide ini mencuat, Presiden Pena Nieto pun telah menekankan pihaknya tidak akan memikul beban pembiayaan pembangunan tembok perbatasan tersebut.

Kendati demikian, Pena Nieto yang pernah menyandingkan Trump dengan Adolf Hitler menyambut baik kedatangan pesaing Hillary Clinton dalam pemilu presiden mendatang itu.

Ia menyapa Trump dengan sopan dan mengatakan akan bekerja sama dengan siapapun presiden terpilih AS. Dalam pertemuan keduanya, Pena Nieto pun sempat bermanuver.

Jika Trump 'menyerang'nya dengan isu imigran maka Pena Nieto memainkan isu senjata api. Presiden Meksiko itu mengeluhkan 'aliran deras' senjata api yang melintasi perbatasan kedua negara dan memperburuk perang narkoba di Meksiko.

Pena Nieto mengawali sambutannya terhadap Trump dengan mengatakan bahwa keduanya harus saling bertukar pikiran yang konstruktif meski 'tidak semuanya dapat mereka sepakati'. Presiden ke-57 Meksiko itu pun menjabarkan cukup rinci sektor perdagangan antar kedua negara (NAFTA) berikut keuntungannya.

Menurut Pena Nieto, baik AS maupun Meksiko mendapat manfaat dari NAFTA. Suami dari Melania Trump itu pernah menyoroti NAFTA yang ditandatangani pada era Presiden Bill Clinton di mana menurutnya perjanjian tersebut merugikan AS.

"Saya tidak berpikir bahwa perdagangan harus didasarkan pada zero sum game, sehingga yang satu menang dan yang lainnya kalah," ujar Presiden Pena Nieto.

Presiden Meksiko itu pun tegas mengatakan bahwa rakyatnya layak dihormati di manapun mereka berada. Ini diduga mengacu pada retorika Trump terkait imigran tanpa dokumen.

Wajah Muram dan Penolakan

Trump digambarkan menampilkan wajah muram ketika mendengar penjelasan Pena Nieto, sementara tak jauh dari sisinya berdiri seorang perempuan yang berprofesi sebagai penerjemah.

Miliarder AS itu sebelumnya menuding migran Meksiko adalah 'pemerkosa' dan 'pembunuh', sementara di hadapan Pena Nieto ia mengatakan rakyat Meksiko 'menakjubkan' dan 'spektakuler'.

Tak hanya itu, dalam satu kesempatan Trump menyebut Meksiko sebagai musuh AS, namun dalam kunjungannya ia mengatakan bahwa Presiden Pena Nieto adalah temannya.

"Saya memiliki perasaan luar biasa untuk rakyat Meksiko. Mereka orang-orang yang menakjubkan," ujarnya seperti dikutip dari BBC.

Pena Nieto mengakui ia dan rakyatnya terluka dengan pernyataan pedas yang pernah dilontarkan Trump, namun menghormati niat capres AS itu untuk membangun hubungan.

Terdapat lima poin utama dalam pembicaraan Trump dengan Pena Nieto, mulai dari imigrasi ilegal, pengamanan perbatasan, membongkar kartel narkoba dan menghentikan aliran senjata ke perbatasan, meningkatkan kerjasama dalam bingkai NAFTA, serta upaya untuk menjaga kekayaan manufaktur di belahan bumi Amerika.

Kunjungan Trump ke Meksiko berdasarkan undangan langsung dari Pena Nieto. Tak hanya mengundang miliarder 'kontroversial' itu, namun sang presiden juga turut membuka pintu bagi Hillary meski belum dikonfirmasi apakah mantan ibu negara tersebut juga akan melakukan lawatan serupa.

Meski disambut baik oleh kepala negara Meksiko, sejumlah pihak terang-terangan menolak kehadiran Trump termasuk di antaranya mantan presiden Vicente Fox dan mantan ibu negara Margarita Zavala. Bahkan dua demonstrasi digelar sebagai aksi protes kunjungan miliarder itu.

"Kami tidak menyukainya. Kami tidak ingin dia. Kami menolak kunjungannya," tegas mantan presiden, Vicente Fox.

Setelah mengunjungi Meksiko, capres AS itu akan terbang ke Phoenix, Arizona. Di sana ia akan menyampaikan pidato kunci terkait penanganan imigrasi ilegal.

Jajak pendapat menunjukkan, popularitas Trump merosot pasca-konvensi nasional Partai Republik bulan lalu. Baik pada level nasional maupun di sejumlah negara-negara kunci, Trump mengekori Hillary yang menikmati dukungan kuat dari kalangan minoritas.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya