Liputan6.com, Tokyo - Disiplin, kerja keras, komitmen terhadap pekerjaan adalah prinsip yang berlaku bagi orang Jepang. Semangat itu juga yang membuat negeri yang babak belur di penghujung Perang Dunia II itu bisa bangkit dan menjelma menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Namun, sebuah survei yang baru-baru ini digelar di Negeri Sakura menguak hal negatif di balik kebiasaan kerja yang kelewat keras itu.
Seperlima dari para pegawai Jepang menghadapi risiko kematian akibat kerja berlebihan, demikian menurut survei yang dilakukan pemerintah.
Ratusan kematian dikaitkan dengan kerja berlebihan -- stroke, serangan jantung, juga bunuh diri -- dilaporkan terjadi tiap tahunnya di Jepang. bersamaan dengan sejumlah masalah kesehatan serius, yang memicu gugatan hukum juga tuntutan untuk menangani masalah itu.
Survei tersebut menjadi bagian dari 'buku putih' pertama tentang karoshi atau kematian akibat kerja berlebih yang didukung oleh kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe.
Meski citra para pekerja Jepang, yang bekerja berjam-jam di kantor dan pulang dengan kereta terakhir, mulai berubah. Namun, banyak pegawai menghabiskan jam kerja lebih banyak daripada sesamanya yang ada di negara maju lainnya.
Seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (8/10/2016), menurut buku putih tersebut, 22,7 persen perusahaan yang disurvei antara Desember 2015 dan Januari 2016 mengatakan, sejumlah pegawai mencatatkan waktu kerja lebih dari 80 jam lembur tiap bulannya -- ambang resmi di mana potensi kematian akibat pekerjaan menjadi serius.
Laporan tersebut juga mengungkap, sekitar 21,3 persen pekerja di Jepang bekerja 49 jam atau lebih tiap minggunya -- lebih tinggi dari di AS (16,4 persen), Inggris (12,5 persen), dan Prancis (10,4 persen).
Survei itu menyimpulkan bahwa karyawan Jepang juga mengaku memiliki tingkat stres tinggi terkait pekerjaannya. Fakta mendorong pemerintah meminta pihak perusahaan untuk memperbaiki kondisi kerja.
Sebelumnya, Perdana Menteri Shinzo Abe berpendapat, ada yang keliru soal etos kerja orang Jepang. Yakni, "Budaya salah yang menekankan pada waktu kerja yang lama." Bukan produktivitas dan kualitas.
Jepang: 1 dari 5 Pegawai Terancam Mati Akibat Kerja Terlalu Keras
Ratusan kematian terkait kerja berlebihan -- stroke, serangan jantung, juga bunuh diri -- dilaporkan terjadi tiap tahunnya di Jepang.
diperbarui 08 Okt 2016, 16:00 WIBDiterbitkan 08 Okt 2016, 16:00 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hasto Kristiyanto Belum Ditahan Meski Sudah Tersangka, Ini Penjelasan KPK
Gaya Mentereng Iriana Jokowi Makan ke Warung Ayam Goreng Bareng Cucu, Tenteng Tas Branded
6 Potret Detik-Detik Nikita Willy Melahirkan Pakai Metode Water Birth, Tenang Banget
Hasil BRI Liga 1 Malut United vs Persija Jakarta: Gol Maciej Gajos Lesatkan Macan Kemayoran ke Peringkat 3
Meski Populer di Timnas Indonesia, Media Wales Prediksi Nasib Nathan Tjoe-A-On di Swansea City Terancam
Awas Macet Parah di Gadog, 16 Ribu Kendaraan Padati Jalur Puncak Bogor
Jelang Perayaan Natal Nasional 2024, Jemaat Sudah Memadati GBK
Sederet Kampiun WorldSBK Jatuh Bangun di MotoGP, Toprak Razgatlioglu OTW Patahkan Kutukan?
Tragis, Petugas Parkir di Garut Tewas Tersengat Listrik Benang Layangan Kawat
Klaim Balas Serangan Israel ke Bandara Yaman, Houthi Tembakkan Rudal ke Bandara Ben Gurion
Ladies, Waspadai Tanda-Tanda Kanker Ovarium yang Muncul Saat Makan
Repdem Siapkan 100 Advokat untuk Dampingi Hasto Kristiyanto