Ucapkan Selamat pada Trump, Duterte Mengaku 'Tobat'

Duterte sekarang ingin berhenti bertengkar dengan AS sebagai sekutunya, mengingat kemarahannya pada pemerintahan Obama hanya sebatas kritik.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Nov 2016, 06:15 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 06:15 WIB
20160630- Presiden Filipina Rodrigo Duterte-Reuters
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte memberikan pidato usai dilantik di Istana Malacanang di Manila, Filipina, Kamis (30/6). Rodrigo mengatakan akan menerima mandat rakyat itu dengan kerendahan hati. (REUTERS/Erik De Castro)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengucapkan selamat kepada Donald Trump atas kemenangan miliarder kontroversial itu dalam Pilpres 2016 dan segera melenggang ke Gedung Putih sebagai Presiden ke-45 AS.

Setelah Trump menang, Duterte mengaku ingin berhenti bertengkar dengan Amerika Serikat. Ia berdalih, kemarahannya pada pemerintahan Obama hanya sebatas kritik.

Pemimpin yang dijuluki "Trump dari Timur" kerap kali berkata kasar dan sesekali berkomentar cabul.

Duterte telah berulang kali mengecam Washington dalam beberapa bulan terakhir, mengancam untuk menghentikan pakta pertahanan dan mengakhiri latihan militer bersama.

"Saya ingin mengucapkan selamat kepada Donald Trump. Jayalah selalu dan panjang umur," kata Duterte dalam pidato kepada masyarakat Filipina saat berkunjung ke Malaysia seperti dikutip Reuters pada Kamis (10/11/2016)

"Kami berdua sama-sama hobi mengutuk. Bahkan untuk hal-hal sepele sekalipun. Saya harus berhenti karena Trump sudah jadi presiden AS. Saya tidak ingin bertengkar lagi, karena Trump telah menang."

Duterte memenangkan pemilu Mei dengan margin besar dan sering diperbandingkam dengan Trump.

Kampanye Duterte yang anti-kemapanan merebut hati rakyat kebanyakan di Filipina.

Selain perang brutal melawan narkoba yang ia lancarkan, hal lain yang mengejutkan dari pemerintahan Duterte adalah sikap permusuhannya dengan Amerika Serikat.

Dengan dalih sikap Washington yang kerap mengkritik perang lawan narkoba yang ia lancarkan, Duterte kerap mengecam AS.

Dia juga mengancam berulang kali membubarkan aliansi militer yang telah menjadi elemen kunci dari 'poros' Washington untuk Asia.

Duterte mengaku marah pada Washington karena mengancam akan menghentikan bantuan. Ia juga menilai, AS  telah memperlakukan rakyat Filipina seperti 'anjing diikat pada sebuah tiang'.

"Mereka berbicara seolah-olah kita masih koloninya," kata Duterte.

"Anda tak harus memberikan kami bantuan, sialan! Pergi sana ke neraka," kata Duterte yang mengatakan komentar itu ditujukan kepada Obama.

Teddy Locsin Jr, Dubes Filipina untuk PBB mengatakan, ada kesamaan antara Trump dan Duterte.

"Saya ingat, saat Trump tengah berkampanye, ia mengatakan, 'saya tidak akan berbicara kasar kalau jadi presiden. Well, itu mengingatkan saya akan seseorang yang berkata senada."

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya