Liputan6.com, Wellington - Sekelompok penduduk yang tinggal di wilayah Selandia Baru, terbangun dari tidur mereka akibat adanya suara 'letusan' di Danau Rotorua, yang menyemprotkan air setinggi 20 hingga 30 meter.
Lani Kereopa, seorang warga di Ohinemutu, terjaga dari tidurnya pada pukul 04.00 pagi waktu setempat, oleh suara gemuruh yang terdengar seperti suara gebukan keras, diikuti oleh bunyi terjangan air.
Baca Juga
Kereopa mengatakan di daerah tempat tinggalnya itu memang sering terjadi aktivitas panas bumi (geothermal), namun tak pernah sebelumnya yang seperti itu terjadi.
Advertisement
"25 meter dari rumahku air mancur panas atau geiser menyembur dari dalam danau. Aku berdiri dan melihat melalui jendela, sangat gelap dan aku pikir tidak ada yang berbeda walaupun kelam. Lalu 'letusan' kedua terjadi, aku melihat air menyembur ke udara," ujar Kereopa, seperti dikutip dari News.com.au, Senin (28/11/2016).
"Aku panik dan berlari ke bawah untuk membangunkan keluargaku dan keluar dari rumah, desaku 'erupsi'," ujar perempuan itu.
Mereka kemudian berkendara ke bukit terdekat dan menerangi danau, untuk melihat apa yang akan terjadi. Kereopa mengatakan dia tak tahu apa yang harus dilakukan atau haruskah membangunkan warga desa lainnya.
"Kejadiannya terlihat seperti Pohutu Geyser, tapi dengan lebih banyak air," ucap Kereopa.
Menurut keterangan dari institusi penelitian GNS, bersama dengan seorang vulkanologis, Brad Scott, fenomena letusan hidrotermal tersebut merupakan sesuatu yang tidak biasa.
Letusan seperti itu tidak pernah lagi terlihat sejak letusan uap di Rotorua, sekitar 15 tahun yang lalu, pada 2000 atau 2001.
Para peneliti tidak yakin, apa yang menjadi penyebab letusan tak lazim tersebut terjadi kembali.
Menurut keterangan Scott dari GNS mengatakan bahwa dia mendapatkan laporan dari penduduk di sekitar telu, mengatakan mereka terjaga dari tidur mereka akibat suara 'letusan'.
Scott kemudian menuju Ohinemutu untuk meneliti kejadian tersebut. Sayangnya ia tak berhasil menemukan situs letusan dan mengatakan kondisi air tidak memungkinkan mereka untuk menggunakan perahu.
"Banyak warga yang menyadari yang tengah terjadi," ujar Scott.
Scott juga mengatakan bahwa letusan hidrotermal umum terjadi saat sistem panas bumi dieksploitasi dengan kuat. Tapi kejadian yang satu itu lebih terlihat seperti 'peristiwa alam'.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Peter Brownbridge, inspektur Rotorua Lakes Council, mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, walaupun terjadi suara gemuruh dan geiser akibat dari efek letusan.
"Tentunya sangat besar sehingga bisa menyemburkan air dengan volume besar keluar dari danau. Tapi tidak ada yang harus dikhawatirkan penduduk," ujar Peter.
"Letusan hidrotermal terjadi secara teratur di daerah danau tersebut, tapi biasanya lebih membuat gelembung di permukaan air dan mengeluarkan lumpur. Bukan 'meletus' seperti ini," tambah Peter.
Pria itu juga mengatakan letusan yang terjadi pada Senin pagi waktu setempat itu sering terjadi sekitar 8 tahun yang lalu.
"Semburan air terlihat seperti gelas kecil yang diletakkan pada ujung botol minuman bersoda," jelas Peter.
"Letusan terjadi ketika tekanan ke atas melebih yang dapat ditahan oleh 'tutupnya', sehingga terjadilah 'letusan' seperti pagi ini," kata Peter.
Letusan tersebut kemudian dilaporkan kepada Bay of Plenty Regional Council, dan diisukan sebagai 'rutinitas'.
"Tidak ada yang dapat kita lakukan selain mengawasi situasi dan warga dapat mengontak kami jika mereka khawatir," kata Peter yang juga merupakan anggota Bay of Plenty Council.
Sementara itu Kingi Biddle mengatakan dia langsung menuju Ohinemutu, setelah menyaksikan laporan tersebut di media sosial.
"Aku menuju Ohinemutu untuk memastikan semuanya OK dan 'Karakia' (ucapan syukur), semuanya baik-baik saja," ujar Biddle yang sampai dilokasi sebelum pukul 06.00 pagi.
Saat tiba di Ohinemutu Biddle dapat melihat adanya lapisan yang diduga terbentuk akibat letusan.
"Tampaknya ada sekitar 7 atau 8 letusan, tapi saat aku sampai sudah terlihat seperti biasa. Itik-itik sudah kembali bermain di danau," ujar pria tersebut.
Biddle juga mengatakan bahwa kejadian itu terjadi tak jauh dari Ariariterangi St, yang merupakan lokasi dengan peningkatan aktivitas geotermal dalam beberapa tahun.
"Di area ini aktivitas geotermal normal terjadi," ujar Biddle.