Liputan6.com, Havana - 'Duet maut' yang mewarnai sejarah dunia untuk sementara bersatu kembali pada Rabu 30 November. Ketika itu abu Fidel Castro tiba di sebuah makam yang berisi kerangka sesama pejuang revolusioner, Ernesto "Che" Guevara.
Castro dikremasi setelah ia meninggal pada Jumat usia 90. Abunya sedang diarak oleh anggota militer dari Santiago de Cuba ke Havana. Itu adalah rute bersejarah, di mana pada tahun 1959, El-comandante bersama tentaranya berhasil melawan dan melengserkan presiden Kuba yang didukung AS.
Beberapa ribu pelayat berkumpul untuk menyambut karavan berisi abu sang revolusioner di luar makam Santa Clara. Kawasan itu adalah pusat kota di mana kereta lapis baja Guevara tergelincir kala melawan tentara Presiden Fulgencio Batista.
Advertisement
Sebuah papan besar bergambar Fidel Castro berdiri di samping patung 7 meter Che Guevara. Di papan itu bertuliskan, "Sampai Menang, Selalu!", sebuah frase yang ditulis Guevara saat berpisah dengan Fidel.
Di panggung, sekelompok musisi dan pertunjukan teatrikal berlangsung.
"Ini adalah tempat keramat bagi kami, kerana Che beristirahat di sini. Dan sekarang, Fidel akan bermalam bersama kawan seperjuangannya," kata Pedro Pineda, seorang pekerja di pabrik makanan seperti dilansir Reuters, Kamis (1/12/2016). Abu jenazah Castro sengaja diinapkan semalam di samping makam Che sebagai penghormatan terakhir el-comandante kepada sahabatnya itu.
Che tewas dieksekusi CIA setelah ditangkap oleh tentara Bolivia pada 1967. Jasadnya dikirim ke Kuba, sebagai sahabat sejati Castro. Di pemakaman pada tahun 1997 di Santa Clara, Castro menyebut dokter Argentina itu sebagai 'nabi'.
Sebelumnya, kerumunan itu berbaris di jalanan sambil berteriak, "Fidel!" dan melambaikan bendera kecil Kuba bagi pria yang telah memimpin Negeri Cerutu itu selama 49 tahun yang diwarnai dengan kharisma dan tangan besi.
Pemerintahan model komunis yang dipimpin Castro berada di depan pintu gerbang AS dan ia pun menjadi figur terkenal selama Perang Dingin.
Semalaman abu jenasahnya bersemayam bersama tulang belulang Che sebelum akhirnya menuju Santiago de Coba di mana pertama kalinya Castro melakukan pemberontakan kepada Presiden Batista pada 1953.
Di sanalah, abu Castro akan dikuburkan di pemakaman bersamaan dengan pahlawan Abad ke-19 Jose Marti dan musikus fenomenal Compay Segundo.
Kendati Castro dan Guevara dibenci oleh para musuhnya karena mereka merugikan ekonomi dengan pemikiran sosialismenya, keduanya tetap dicintai kaum anti-imperialis terutama di Amerika Latin dan Afrika.
"Mereka dua raksasa dalam sejarah kita. Mereka berperang demi tanah air dan kebebasan kita semua," tutur seorang mahasiswa, Eduardo Jose Manresa.