Penata Kostum Pemenang Oscar Terinspirasi Penari Bali

Desainer yang kembali masuk dalam nominasi Oscar ini ternyata mengagumi tekstur dari baju-baju tradisional Indonesia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Feb 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2017, 20:00 WIB
Penata kostum pemenang Oscar Colleen Atwood dan hasil karyanya. (VOA/Zulfian Bakar)
Penata kostum pemenang Oscar Colleen Atwood dan hasil karyanya. (VOA/Zulfian Bakar)

Liputan6.com, Los Angeles - Pemenang tiga kali Piala Oscar untuk penata kostum terbaik, Colleen Atwood ternyata mendapatkan salah satu inspirasi untuk merancang kostum dari desain pakaian tradisional Indonesia.

Atwood, yang kali ini kembali masuk nominasi sebagai penata kostum terbaik lewat film "Fantastic Beasts and Where to Find Them", mengaku sangat mengagumi tekstur dari baju-baju tradisional Indonesia.

Atwood yang pernah masuk 11 kali nominasi Oscar dan menang lewat karya di films "Chicago" (2002), "Memoirs of a Geisha" (2005) dan "Alice in Wonderland" (2010), mengungkapkan bahwa ide untuk pembuatan kostum peran Alice dalam "Alice in Wonderland", diinspirasi oleh kostum penari Bali.

"Kostum ini disesuaikan dengan cerita di mana Alice sudah kembali dari negeri China. Seluruhnya buatan tangan, saya mulai dengan ide dari desain bunga. Lalu saya tambahkan sedikit elemen seperti topi, supaya sesuai dengan gaya Alice," jelas Atwood kepada VOA News yang dikutip Senin (27/2/2017), sambil menunjukkan pola desainnya yang dipajang di Fashion Institute of Design and Merchandising, di Los Angeles, California.

"Warna dasar saya ambil dari warna-warna dasar (kain) Indonesia. Untuk ornamen-ornamen dan pernak-pernik kecil saya ambil dari kostum penari Indonesia yang saya punya di rumah," tambahnya.

Sebagai penata kostum film, Atwood yang berasal dari kota kecil Yakima, Washington ini, dikenal dengan karya-karya artistik desain yang menggabungkan imajinasi, tradisi dan adibusana.

Untuk "Fantastic Beasts", Atwood dan timnya mempersiapkan lebih dari 4.000 kostum untuk mendandani semua orang yang tampil dalam film itu.

"Selain itu kami juga membuat 1.200 kostum lain. Jadi kami menjahit, melakukan pengepasan dan mendesain sepanjang jalannya syuting karena produksinya sangat besar," ujar Atwood.

Karya-karya Atwood yang spektakuler pertama kali mendapatkan perhatian publik lewat film "Edward Scissorhands" (1990), "The Silence of the Lambs" (1991), "Planet of the Apes" (2001) dan "Mission Impossible III" (2006). Sementara untuk layar televisi, ia menciptakan kostum untuk para pahlawan super untuk serial "Arrow" (2012) dan "Flash" (2014).

"Saya pernah ke Indonesia beberapa tahun lalu untuk proyek "Black Hat". Saya beli banyak sekali perhiasan Indonesia. Saya suka sekali bahannya, sangat indah. Perhiasan-perhiasan untuk seremoni (tradisional) juga sangat indah."

"Lalu saya pergi ke pasar dan saya beli banyak (perhiasan) untuk koleksi saya... saya tidak menyangka koleksi ini menjadi bagian dari inspirasi desain-desain saya sekarang," kata Atwood seraya mengutarakan dirinya senang dengan kota Jakarta, Pulau Bali dan Lombok.

"Coba lihat, desain ini seperti penari Bali yang saya kombinasikan dengan ide dari China, dan saya membuat versi baru. Teman dari bagian efek visual sangat menyukainya".

Atwood juga melihat perkembangan industri film dan televisi Indonesia sangat maju pesat.

"Anda harus berkolaborasi dengan industri film di China, mereka sangat maju," tambahnya lagi.

Saat ditanya mengenai tips untuk para desainer Indonesia, Atwood mengatakan: "Kalau Anda orang Indonesia dan ingin menjadi desainer, Anda berada di tambang emas keindahan tekstil (mode) dari negara Anda. Seluruh desain tradisional dapat diterjemahkan untuk inspirasi fashion. This is a gift for you."

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya