Liputan6.com, Jakarta Seks. Banyak hal dilekatkan dengan kata yang satu itu. Mulai dari hal terkait moral dan kelakuan, ritual dewa-dewi, kesuburan panen, debat G-spot, hingga misteri lain yang masih belum terkuak seluruhnya.
Ketika seseorang yang berani nekat menyerempet bahaya kehilangan keperawanan atau keperjakaan, mungkin akan muncul tudingan bermacam-macam. Ternyata, ada faktor genetik yang mempengaruhi keputusan demikian.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Oddee pada Jumat (3/3/2017) berikut ini adalah 10 hal tentang seks yang sebelumnya jarang disadari:
1. Faktor Genetik dan Seks Pertama Kali
Setiap orang membuat keputusan masing-masing tentang saatnya melakukan seks untuk pertama kali, tapi suatu penelitian terkini mengungkapkan bahwa genetik dapat memainkan peran terkait seberapa cepat seseorang membuat keputusan tersebut.
Kenyataannya, penelitian pada pasangan-pasangan kembar yang terpisah sejak lahir mengungkapkan bahwa ada kaitan kuat secara genetik tentang usia seseorang melepaskan keperjakaan atau keperawanan.
Nancy Segal, seorang ahli psikologi California State University di Fullerton yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan, "Tapi itu bukan berarti ada gen khusus untuk melakukan seks pada suatu kencan tertentu."
Maksudnya, ada sejumlah ciri turunan yang berdampak kepada keputusan itu, misalnya keadaan impulsif (impulsiveness) seseorang. Tapi, dampak genetik itu kurang konsisten pada pasangan kembar yang lahir sebelum 1948 dibandingkan dengan mereka yang lahir setelah 1960.
Advertisement
2. Rahasia Klitoris
Di masa sekarang, kebanyakan orang mengetahui tentang klitoris dan letaknya. Tapi, itu hanyalah ujung kecil organ tersebut. Tonjolan mungil yang dapat menjadi tempat merangsang wanita itu hanyalah sebagian kecil.
Kenyataannya, mayoritas klitoris terletak di dalam panggul dan, ketika mengembang, organ itu melingkupi seputar vagina sehingga vagina dan seks menjadi lebih nikmat bagi pasangan karena sang wanita lebih terangsang.
Jadi kenapa hampir semua orang mengira klitoris hanya tonjolan mungil di bagian luar? Yang jelas, sebagai bagian yang terlihat, tentu saja bagian itu lebih dikenal. Alasan lain adalah karena para peneliti belum mengetahui besarnya organ itu sebelum penggunaan mesin MRI di tahun 90-an.
Barulah pada 2009 dunia diperkenalkan dengan gambar sonogram 3D organ itu. Tentu saja tonjolan kecil itu tetap penting. Faktanya, di titik itu ada lebih dari 8.000 serat syaraf, lebih dari dua kali jumlah yang ada di kepala penis.
3. Sperma Bergizi Tinggi
Untuk satu takaran senilai 15 kalori, sperma mengandung jumlah protein yang sama dengan putih telur berukuran besar, vitamin C, kalsium, magnesium, potasium, vitamin B12 dan seng.
Memang mungkin tidak sama sehatnya dengan multivitamin, tapi tidak banyak vitamin yang tersaji dengan dampak demikian nikmatnya.
Advertisement
4. Seks Membantu Menjaga Kesehatan
Melakukan hubungan seks 1 atau 2 kali seminggu sesungguhnya meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang karena meningkatkan kadar immunoglobulin A dalam tubuh.
Immunoglobulin A adalah zat antibodi dalam ludah dan selaput lendir yang membantu menghentikan flu sebelum mulai dengan cara memerangi virus sebelum melewati hidung atau mulut.
5. Seks Membuat Wanita Tampak Lebih Menarik
Ketika kaum wanita melakukan seks, kadar estrogen dalam tubuhnya meningkat dua kali lipat, sehingga rambutnya lebih berkilau dan kulitnya lebih lembut.
Kata Patti Britton, PhD, seorang ahli seksologi klinis, "Estrogen diduga menjadi rahasia awet muda bagi kaum wanita."
Bukan hanya itu, peningkatan aliran darah karena orgasme membuat pipi lebih merona dan bibir lebih merah. Jadi, kalau seorang wanita ingin tampil lebih cantik, raihlah suasana ranjang yang panas, bukan ke salon kecantikan.
Advertisement
6. Aktif Secara Seksual dan Kemungkinan Tertular Penyakit
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa lebih dari 80 pesen kaum dewasa yang aktif secara seksual pada suatu saat akan tertular penyakit menular seksual (PMS) walau tidak menyadarinya.
Hal itu bisa terjadi karena 80 persen orang yang tertular salah satu dari 25 PMS tidak menunjukkan gejala apapun atau sadar telah mengidapnya. Kenyatannya, perkiraan American Social Health Association menyebutkan bahwa 80 persen yang aktif secara seksual tertular Human Papillomavirus (HPV) di suatu saat dalam kehidupan mereka.
Statistik itu memang diambil sebelum diterbitkannya vaksin HPV. Padahal, vaksin itu hanya mencegah 2 jenis HPV yang paling ganas. Artinya, orang yang mendapat vaksin masih bisa tertular virus jenis lain.
Walaupun angka itu menakutkan, kebanyakan orang yang mengidap PMS tidak menderit dampak negatif akibatnya.
7. Keluarga Berencana dan Pergeseran Selera
Pil pencegah kemilan (pil keluarga berencana, KB) mungkin baik bagi perasaan merdeka pada kaum wanita, tapi diduga bisa juga mengganggu kehidupan seks mereka.
Suatu penelitian terkini mengungkapkan bahwa kaum wanita yang menelan pil KB mendapatkan pasangan yang menurut mereka kurang menarik dan lebih buruk diranjang, karena pria-pria seperti itu memberikan kesempatan yang lebih untuk hubungan jangka panjang.
Walaupun kaum wanita mungkin tidak terlalu puas secara seksual, secara rata-rata mereka lebih berbahagia dengan aspek-aspek non-seksual dalam hubungan mereka.
Bukan hanya itu, kaum wanita pengguna pil KB bertahan dalam hubungan selama rata-rata 2 tahun atau bahkan lebih ketika dibandingkan dengan mereka yang tidak menelan pil KB.
Para peneliti menduga bahwa hal itu disebabkan oleh dampak pil KB pada susunan kimia dalam otak kaum wanita sehingga mereka lebih tertarik meraih hubungan jangka panjang daripada mencari seseorang yang secara seksual lebih sepadan dengan mereka.
Advertisement
8. Diet Mengubah Rasa Cairan Mani
Wahai kaum pria, jika ingin agar pasangan lebih puas secara oral, cobalah berpikir mengganti jenis makanan agar pasangan terpuaskan. Ternyata, buah manis seperti kiwi, semangka, dan nanas membuat cairanmeni terasa ringan.
Bir dan kopi memberikan rasa yang kuat cenderung pahit. Daging dan ikan membuat rasa berminyak sedangkan buah masam seperti kranberi, plum, dan minuman campuran alkohol memberi rasa manis.
Tapi, sebisa mungkin menghindari produk susu karena air mani bisa terasa basi yang diakibatkan oleh tingginya kadar bakteri.
9. Misteri Besar Seksualitas Wanita
Begini, hingga sekarang pun belum ada kesepakatan ilmiah tentang keberadaan G-spot ataupun ejakulasi kaum wanita. Pihak yang kritis terhadap G-spot fokus pada argumen mereka pada fakta bahwa begitu banyak wanita yang tidak mengalami orgasme vagina sehingga G-spot dianggap tidak ada.
Lebih daripada itu, mereka menegaskan tidak ada daerah di dalam vagina yang memiliki ujung-ujung syaraf lebih banyak daripada daerah-daerah lain.
Mereka juga menggunakan temuan yang menyebutkan klitoris sebagai bagian organ internal dan mengutarakan bahwa orgasme vaginal disebabkan oleh organ yang sama, bukan kawasan rangsangan yang terpisah.
Sebaliknya, pendukung G-spot berpendapat bahwa vagina memang memiliki kawasan rangsangan yang membesar ketika terangsang dan daerah itulah yang memberikan pelumas tambahan ketika wanita sedang terangsang secara seksual.
Mereka juga menunjukkan bahwa penelitian suara ultra memperlihatkan perubahan di daerah itu pada saat melakukan seks. Debat tentang ejakulasi wanita kerap dikaitkan dengan argumen tentang G-spot dan para pendukung G-spot berpendapat bahwa ejakulasi terkait dengan perangsangan pada G-spot.
Cukup luas diterima bahwa ada beberapa wanita yang diketahui menyemburkan cairan ketika orgasme, sehingga debat yang ada kebanyakan berkutat pada bahan pembuat cairan itu.
Banyak yang berpendapat bahwa cairan itu adalah urine. Beberapa pendukung berpendapa bahwa itu adalah zat yang berbeda, bukan sekedar urin. Tapi urine berisi sekumpulan zat unik yang membuatnya layak disebut ejakulasi secara seksual, tanpa mengkaitkan hubungannya dengan kantung kemih.
Advertisement
10. Organ Seks Wanita Semakin Dipelajari
Ada beberapa alasan mengapa sedikit sekali yang diketahui tentang seksualitas wanita. Klitoris, G-spot, dan ejakulasi wanita, semuanya tidak berkaitan dengan reproduksi dan hanya berkaitan dengan kenikmatan. Bahkan, klitoris adalah satu-satunya organ tubuh yang keberadaanya hanya untuk kenikmatan.
Dengan demikian, para ilmuwan mengangap bahwa organ-organ itu kurang menarik dibandingkan dengan sel telur, vagina, penis, ataupun testes.
Tentu saja, dengan semakin bertambahnya pengertian tentang organ-organ seks itu, para ilmuwan bisa memulai menambah pengertian tentang peran non-repoduktif yang lebih kompleks.
Demikian juga dengan jangka waktunya. Jika diamati, kebanyakan penelitian organ seks wanita untuk aspek kenikmatan baru dilakukan dalam 20 tahun belakangan.
Dalam kurun waktu itu, terjadi dua perubahan bear. Sekarang in jauh lebih banyak wanita yang menjadi dokter dan ilmuwan. Teknologi juga memungkinkan cara pandang baru tentang tubuh manusia.
Secara alamiah, kaum wanita menunjukan ketertarikan lebih yang lebih tentang apa yang membuat tubuh wanita menikmati seks. Tanpa perangkat seperti MRI, tidak mungkin kita menguak tentang keberadaan klitoris internal, misalnya.
Dengan perubahan-perubahan itu, kemungkinan besar pengertian seksualitas wanita akan sangat bertambah dalam beberapa dekade ke depan.