Habibie: Mendiang Kanselir Jerman Ramalkan RI Jadi Negara Besar

Di mata Habibie, mendiang pemersatu Jerman mantan Kanselir Kohl punya jasa besar bagi Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 20 Jun 2017, 13:04 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2017, 13:04 WIB
Presiden Ke-Tiga B.J. Habibie Sampaikan Bela Sungkawa atas Wafatnya Mantan Kanselir Jerman
Presiden Ke-Tiga B.J. Habibie Sampaikan Bela Sungkawa atas Wafatnya Mantan Kanselir Jerman (Foto:Andreas Gerry/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Duka melanda Jerman. Orang yang berjasa menyatukan Timur dan Barat menjadi satu negara berdaulat, Helmut Kohl, meninggal dunia di usia ke-87.

Kohl merupakan Kanselir Jerman Barat, saat negara tersebut bersatu dengan saudaranya Jerman Timur pada awal era 1990-an.

Kepergian Kohl dirasakan oleh Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie. Pagi hari, tanggal 20 Juni 2017, diantar oleh anaknya, Ilham  Habibie, ia menuju Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia.

Di tempat tersebut Habibie disambut oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Michael von Ungern-Sternberg. Setelah sedikit berbincang, Bapak Teknologi RI ini langsung mengisi buku bela sungkawa yang sudah disediakan.

Dia menyebut, Kohl punya jasa besar bagi Indonesia. Menurut Habibie, ia adalah orang yang menaruh fondasi kuat hubungan antar dua negara.

"Beliau, Helmet Kohl, jasanya banyak sekali untuk kerja sama Indonesia dengan Jerman," ucap Habibie, Selasa (20/6/2017).

Ada satu pikirian Kohl yang sampai sekarang tidak bisa dilupakan Habibie. Buah gagasan tersebut adalah keyakinan Kohl bahwa kedua negara akan menjadi besar dan masuk ke kelompok elite dunia.

Habibie menegaskan, prediksi Kohl ternyata benar. Indonesia dan Jerman berada dalam satu organisasi ekonomi G20.

"Dia memiliki wawasan keyakinan bahwa menguntungkan dunia jika kerja sama ASEAN dan Eropa dilaksanakan dan dia menyarankan bahwa jembatan dan elemen yang kuat adalah kerja sama Jerman dan Indonesia," sebut Habibie.

"Itu ternyata (terwujud) di G20, waktu (Kohl sampaikan) itu, G20 belum ada. Sekarang ternyata dua-dua di G20," kata dia.

Saat menyampaikan dukacita di buku belasungkawa, Habibie menceritakan ia menuliskan ungkapan duka dalam bahasa Jerman. Ada alasan khusus di balik hal itu.

"Saya datang ke mari kata-kata yang saya tulis di situ bisa Anda baca dan terjemahkan. Saya tulis dalam bahasa Jerman, kalau tulis dengan bahasa Inggris berarti tidak tahu diri, kalau saya tulis bahasa Indonesia wajar, tapi tidak tepat," ucap dia.

Selain itu, untuk menghormati Kohl, saat Habibie saat datang ke Kedutaan Jerman memilih mengenakan setelan pakaian sipil lengkap jas hitam dan dasi, bukan batik yang kerap dia pakai sehari-hari.

"Adalah bijak saya datang bukan batik karena ini cara menghormati orang meninggal yang merupakan orang besar, kawan saya, makanya saya pakai pakaian hitam, itu wajar," kata dia.

Kedatangan Presiden ke-3 RI ke kantornya, menurut Dubes Ungern-Sternberg adalah bentuk penghormatan Habibie secara pribadi yang mewakili bangsa dan negara Indonesia atas jasa-jasa Kohl.

"Kami tersentuh dengan kedatangan Pak Habibie, yang pertama mencatatkan diri dalam buku dukacita. Ini menggarisbawahi hubungan baiknya dan Kanselir Kohl, juga hubungan dua negara," ujar Ungern-Sternberg.

"Kami berterima kasih bahwa beliau mau membangun sangat pagi untuk ke sini. Kanselir Kohl negarawan yang sangat hebat dia, kanselir saat dua Jerman bersatu. Dia lebih dari itu, ia seorang Eropa yang hebat."

Sewaktu remaja, BJ Habibie pernah tinggal dan berkuliah di Jerman. Tujuannya studi di Negeri Bavaria agar bisa membuat pesawat terbang sebagai moda transportasi yang akan menghubungkan satu daerah dengan daerah lain di Indonesia.

Saat tinggal di Jerman, karier Habibie cemerlang. Dia pernah menduduki posisi penting pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh. Lulusan Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen itu pernah menjabat Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh hingga Wakil Presiden dan Direktur Teknologi Gmbh, serta penasihat senior perusahaan itu.

Pada 2015, Habibie diberikan penghargaan bintang penghargaan "Das Grosse Verdenstkreuz Mit Stern und Schulterband" dan "Das Grosse Verdienstkreuz" oleh pemerintah Jerman.

"Penghargaan ini kami berikan atas jasa-jasa beliau kepada pemerintahan Jerman," ujar Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Witschel saat menyerahkan penghargaan tersebut di kediaman Habibie, Jakarta, Rabu (21/1/2015).

Ia menjelaskan, penghargaan yang setara dengan penghargaan Mahaputra dan Bintang Republik di Indonesia itu diberikan kepada orang yang sangat berjasa pada pemerintahan Jerman, baik dalam bidang politik, sosial, maupun teknologi.

"Dua bintang penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi untuk orang yang berjasa pada kemajuan Jerman," tutur Witschel.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya