Perkuat Tali Diplomasi, Menlu RI Terima Kunjungan Menlu Maladewa

Menlu RI Retno Marsudi menerima kunjungan Menlu Maladewa Mohamed Asim, membahas perdagangan hingga krisis Teluk.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Jun 2017, 12:34 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2017, 12:34 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menyambut Menteri Luar Negeri Maladewa Mohamed Asim di Gedung Pancasila, Kemlu RI, Jakarta (21/6/2017) (Kementerian Luar Negeri RI)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menyambut Menteri Luar Negeri Maladewa Mohamed Asim di Gedung Pancasila, Kemlu RI, Jakarta (21/6/2017) (Kementerian Luar Negeri RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menerima kunjungan kenegaraan Menteri Luar Negeri Repubik Maladewa Mohamed Asim pada Rabu 21 Juni 2017. Pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Pancasila Kemlu RI di Jakarta.

Pertemuan yang ditujukan untuk meningkatkan dialog diplomasi bilateral antara Indonesia dengan Maladewa itu membahas sejumlah isu. Mulai dari kerjasama perdagangan, sektor ketenagakerjaan, kepemerintahan, isu lingkungan, hingga krisis Teluk.

Kerjasama perdagangan yang paling ditekankan dalam pertemuan itu adalah dalam sektor industri pariwisata. Mengingat, kedua negara aktif dalam industri tersebut.

"Pada pertemuan itu, kami membahas soal kerjasama perdagangan di bidang pariwisata. Indonesia dan Maladewa sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam bidang pariwisata dan juga saling bertukar pengalaman tentang hal tersebut," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam konferensi pers usai menjamu Menlu Maladewa di Gedung Pancasila Kemlu, Jakarta, pada Rabu (21/6/2017).

Tingginya potensi pariwisata di Maladewa dinilai sebagai peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara dengan Ibu Kota Male itu.

Komoditas ekspor utama Indonesia yang rutin dikirim berupa bahan konstruksi, barang pecah belah, produk kerajinan, dan makanan, yang seluruhnya diolah atau dimanfaatkan untuk sektor pariwisata di Maladewa.

Selain itu, pertukaran people-to-people antara kedua negara dalam konteks pariwisata mencapai angka yang cukup tinggi. Setidaknya sekitar 1.400 WNI bekerja di Maladewa dalam sektor pariwisata.

Tak hanya itu, wisatawan Tanah Air yang melancong ke negara di kawasan Asia Selatan tersebut mencapai 3.500 pada 2015. Sebaliknya, turis Maladewa yang berkunjung ke Tanah Air mencapai 1.900 pada 2015.

Kerjasama perdagangan di sektor lain turut direncanakan akan dibangun oleh kedua negara. Sektor potensial yang dapat digarap oleh Indonesia dan Maladewa adalah industri perikanan dan hasil olahan ikan.

Bahkan kedua sektor itu merupakan komoditas impor andalan negara yang dipimpin oleh Presiden Abdulla Yameen yang rutin dikirim ke Indonesia.

"Selepas dari Kemlu RI, Menlu Asim juga akan berencana bertemu dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membicarakan soal kemaritiman dan perikanan," tambah Menlu Retno.

Pertemuan di Gedung Pancasila itu juga membahas potensi perdagangan di bidang industri produksi moda transportasi. Menlu RI menawarkan produk perkapalan dan kedirgantaraan yang diproduksi BUMN Indonesia ke Maladewa.

"Indonesia tawarkan produk moda transportasi yang dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia dan PT Industri Kapal Indonesia ke mereka. Bahkan selepas dari sini, Menlu Asim berencana akan bertemu dengan PT Dirgantara," jelas sang Menlu RI.

Melalui opsi diplomasi, Kemlu RI giat untuk meningkatkan nilai perdagangan antara Indonesia dengan Maladewa. Karena, Kemlu menilai bahwa pendekatan yang dilakukan Tanah Air kepada negara dengan Ibu Kota Male itu masih minim. Pada tahun 2016 misalnya, nilai perdagangan kedua negara hanya mencapai US$ 39 juta dan sebagian besar surplus untuk Indonesia.

"Peningkatan perdagangan hanya mencapai 9,08 persen di 2016. Dan jika kita bagi rata dalam 5 tahun ini, pertumbuhan perdagangan antara kedua negara mencapai rata-rata 12 persen. Kita akan berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan, khususnya sektor pariwisata," jelas perempuan berusia 54 tahun itu.

Dalam sektor pemerintahan, Indonesia juga berniat untuk memberikan bantuan, bahkan hingga ke tataran kooperasi teknis. Bantuan itu akan meliputi sejumlah sub-sektor, seperti manajemen bencana, perikanan, demokrasi dan good governance, serta pertelevisian.

Pembahasan mengenai krisis diplomasi Qatar di Teluk dan Timur Tengah juga tak luput dalam pertemuan kedua Menlu. Terlebih lagi mengingat Maladewa merupakan salah satu negara --bersama dengan Arab Saudi-- yang memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.

"Kami melakukan tukar pikiran dengan isu tersebut. Saya mengingatkan kembali kepada Maladewa tentang posisi Indonesia dalam krisis itu. Maladewa sendiri, meski memutus hubungan diplomatik denan Qatar, tetap melaksanakan kerjasama di bidang ekonomi."

"Beberapa sektor, seperti perdagangan dan moda transportasi komersial, tetap dilaksanakan. Penerbangan Qatar Airways hingga ke Maladewa masih terus berlangsung. Negara itu juga mendorong agar dialog segera dilakukan," jelas alumni Universitas Gadjah Mada tersebut.

Menlu RI juga menyebut bahwa Indonesia dan Maladewa saat ini tengah berkompetisi untuk memperebutkan posisi menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Dan Retno menegaskan bahwa persaingan itu tidak akan mempengaruhi hubungan diplomasi kedua negara.

"Kompetisi itu adalah hal biasa dan tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral kita dengan Maladewa," tutup Retno.

 

Saksikan juga video berikut

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya