Misteri Nasib 'Kamar Maut' 32135 dalam Penembakan Las Vegas

Sejumlah orang bertanya-tanya bagaimana nasib kamar 32135 tempat Stephen Paddock memuntahkan peluru yang menewaskan 58 orang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Okt 2017, 17:01 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 17:01 WIB
Lokasi Penembakan Berdarah di Las Vegas
Sebuah jendela di lantai 32 Mandalay Bay Hotel and Casino pecah usai penembakan brutal di Las Vegas, Senin (2/10). Dari investigasi awal, pelaku bernama Stephen Paddock (64) tidak terkait milisi atau kelompok ekstrem mana pun. (AP/Chris Carlson)

Liputan6.com, Las Vegas - Kamar 32135 di Hotel Mandalay Bay Las Vegas adalah suite berukuran luas. Ruangan itu memiliki jendela lebar, yang membuat penghuninya bisa melihat pemandangan ke segala penjuru.

Namun, kamar itu kini punya reputasi mengerikan. Dari sana, Stephen Paddoc memuntahkan peluru ke kerumunan penonton festival musik country Route 91 Harvest pada Minggu malam 1 Oktober 2017. Aksi sadisnya, yang menyudahi nyawa 58 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya, adalah penembakan massal paling mematikan dalam sejarah AS di era modern.

Entah apa motivasi yang melatarbelakanginya, Paddoc melakukan perbuatannya setelah tiga hari menginap di suite seharga US$ 644 atau Rp 8,6 juta per malam. Lubang besar di jendela kamar di lantai 32 itu menjadi saksi bisu kekejamannya. 

Belakangan, pelaku yang berusia 64 tahun ditemukan tewas di lantai kamar. Ia diduga bunuh diri.

Pertanyaan soal nasib kamar bernomor 32135 itu kemudian mengemuka. Seperti dilansir News.com.au yang mengutip laporan Fox News pada Selasa (10/10/2017), Perusahaan induk Mandala Bay, MGM Resorts hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan. Pihak pengelola hanya mengatakan, keamanan hotel ini diperketat.

"Keamanan hotel kami akan makin diperketat. Itu sudah menjadi prioritas seluruh properti milik MGM Resorts. Tim keamanan kami bekerja keras untuk melindungi tamu-tamu dan seluruh fasilitas," kata juru bicara perusahaan, Debra DeShong.

"MGM Resorts kini meningkatkan keamanan demi kenyamanan bagi semua orang, termasuk tamu dan staf," lanjutnya.

DeShong menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan penegak hukum lokal maupun federal yang sedang menginvestigasi kasus tersebut. 

Meski belum ada pernyataan resmi, sejumlah spekulasi mengemuka terkait masa depan 'kamar maut' itu.

"Dari pendapat saya, ruangan itu akan lenyap," kata Anthony Melchiorri, pembawa acara serial televisi Hotel Impossible, kepada Business Insider.

Melchiorri menambahkan, jika dia pemilik hotel itu, ruangan tempat penembakan massal Las Vegas tak boleh lagi digunakan. Dia menyarankan agar hotel menutup kamar itu dan tidak pernah dibuka kembali.

Yang lain menyarankan agar suite tersebut direnovasi sepenuhnya, seperti yang dilakukan hotel lainnya saat ada tamu meninggal di dalam kamar.

Sunil Atreya, seorang profesor di College of Hospitality Management di Johnson and Wales University, yang pernah jadi manajer untuk hotel Marriott dan Holiday Inn di AS, mengemukakan pendapat bahwa renovasi adalah jalan terbaik.

Dia mengatakan, ruangan bisa dimusnahkan, diperbaharui dan dinomori ulang, atau diubah menjadi sesuatu yang lain sama sekali, seperti ruang penyimpanan atau ruang rapat.

Atreya bahkan berpikir, seluruh lantai 32 sebaiknya direnovasi.

"Agar orang bisa melanjutkan hidup mereka, entah itu korban selamat, keluarga korban atau karyawan. Memang telah terjadi sesuatu di situ, tapi ruangan itu jangan sampai jadi pengingat akan tindakan keji yang terjadi," kata Atreya kepada Yahoo News.

Terlepas dari apa yang terjadi pada ruangan itu di masa depan, Atreya mengatakan bahwa jendela-jendela yang rusak di suite Paddock perlu segera diperbaiki agar tidak menghantui siapa pun yang melihatnya.

Lubang tersebut, kata dia, membangkitkan horor penembakan massal Las Vegas.

 

23 Senjata dan Ribuan Amunisi

Dari kamar 32135 horor itu berlangsung. Hujan peluru yang dilepaskan Stephen Paddock menghujani para penonton konser, yang sempat mengiranya sebagai kembang api.

Tatkala tim SWAT tiba di lokasi, mereka mengklaim, Paddock telah tewas bunuh diri. Tak hanya jasad pelaku, aparat menemukan puluhan pucuk senjata hingga ribuan amunisi. 

Polisi yakin, Paddock membawa sekitar 10 koper untuk mengangkut 23 senjata dan amunisi. Dari kamar itu juga ditemukan bipod, semacam alat penyangga berkaki dua. Bipod ini diyakini digunakan untuk memasang senjata dan mempermudah Paddock menghujani para pengunjung festival dengan peluru.

Di dalam kamar hotel Paddock ditemukan setidaknya 23 senjata, termasuk AK47, tiga senapan FN-15, Colt AR-15, sebuah pistol, palu untuk menghancurkan jendela, dan bipod.

Pria berusia 64 tahun itu diyakini menggunakan magazen yang berukuran lebih besar dibanding ukuran normal, yang memungkinkan dia menembakkan lebih banyak peluru.

Ia juga menggunakan perangkat bump stock agar dapat menembak lebih cepat. Senjata semi otomatis berubah menjadi senjata full otomatis, bak senjata serbu. 

Sherrif Lombardo mengatakan, Paddock check-in ke hotel tersebut pada 28 September 2017. Menurut laporan National Public Radio, ia membawa sendiri senjata itu ke hotel.

Namun, polisi tidak mengetahui apa yang ia lakukan dalam beberapa hari sebelum melakukan pembantaian. Stephen Paddock sudah tamat, membawa misteri motif penembakan Las Vegas ke alam kubur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya