Dituduh Penyihir, Bocah Asal Papua Nugini Disiksa Warga

Gadis itu diyakini sebagai putri dari Kepari Leniata yang dibakar hidup-hidup di Gunung Hagen pada tahun 2013.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Nov 2017, 08:42 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 08:42 WIB
Ilustrasi penyihir (iStock)
Ilustrasi penyihir (iStock)

Liputan6.com, Enga - Seorang gadis muda disiksa secara brutal di Papua Nugini setelah secara keliru dituduh mempraktikkan ilmu sihir.

Gadis yang diyakini berusia sekitar enam tahun itu, saat ini, tengah dirawat di rumah sakit karena luka parah dan luka bakar setelah warga setempat menyiksanya dengan pisau panas.

Dilansir dari laman ABC Australia Indonesia, Selasa (21/11/2017), misionaris Lutheran bernama Anton Lutz berada di wilayah tersebut dan menyelamatkan seorang gadis dari desa terpencil di dekat Sirunki, provinsi Enga.

"Ini pertama kalinya saya harus berurusan dengan apapun yang berkaitan dengan anak kecil terutama dalam situasi yang begitu sulit," kata Anton Lutz.

Gadis itu diyakini sebagai putri dari Kepari Leniata yang dibakar hidup-hidup di Gunung Hagen pada tahun 2013. Ia juga dituduh telah mempraktikkan sihir, atau sanguma -- sebutan yang lazim di bagi masyarakat setempat.

Kematiannya yang begitu brutal menjadi berita utama di seluruh dunia dan membuat para pemimpin Papua Nugini untuk memerangi apa yang disebut sebagai pembunuhan isu karena sihir.

Anton Lutz mengatakan penyiksaan terhadap gadis tersebut berkaitan langsung dengan tuduhan yang ditujukan terhadap ibunya.

"Dari semua bocah yang berada di desa, anak perempuan yang satu ini dikucilkan karena silsilah keluarganya. Mereka juga percaya bahwa dia bertanggung jawab atas hal-hal buruk yang terjadi di desa tersebut," ujar Anto Lutz.

Kemarahan Perdana Menteri

Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill telah menyampaikan kemarahannya atas penyiksaan terhadap gadis itu. Ia menyebut, para penyiksa adalah individu yang sesat.

"Mari kita tegaskan, keyakinan terhadap sanguma adalah mutlak omong kosong," kata Peter O'Neill dalam sebuah pernyataan.

"Di zaman modern seperti sekarang ini sanguma bukanlah praktik budaya yang nyata, ini adalah kepercayaan yang salah dan melibatkan penganiayaan dan penyiksaan terhadap wanita dan anak perempuan oleh individu yang menyedihkan dan sesat," tambahnya.

PM Peter O'Neill mengatakan, polisi telah dikirim untuk menyelidiki insiden tersebut dan menyebut siapa pun yang mencoba menghalangi penyelidikan yang sah akan ditangkap.

 

 

Gubernur Menyerukan Diakhirinya Tuduhan Sihir

Gubernur provinsi Enga, Peter Ipatas, telah meminta masyarakat untuk membantu membasmi praktik menuduh orang-orang melakukan sihir dan menyiksa serta membunuh orang-orang yang tidak bersalah.

Melalui sebuah pernyataan, Peter Ipatas mengatakan bahwa dalam sepekan terakhir saja, ada dua insiden tuduhan sihir di Enga. Tak hanya itu, dalam sebulan terakhir sudah 20 wanita menjadi korban kekerasan terkait sihir.

"Kepercayaan pada sanguma ini bukan bagian dari hukum kita, iman kita atau budaya kita," ujar Peter Ipatas.

"Kita cukup pintar untuk menyadari bahwa ini adalah kepercayaan yang diimpor dan salah yang hanya merugikan orang dan masyarakat kita," tambahnya.

Akademisi dari Universitas Divine Word, Lembaga Penelitian Nasional Papua Nugini, dan Universitas Nasional Australia (ANU), menemukan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, rata-rata terjadi 72 insiden penyiksaan, dan 30 kematian yang dilaporkan di surat kabar lokal setiap tahunnya.

Tapi salah seorang peneliti Miranda Forsyth dari ANU, mengatakan bahwa polisi hanya menahan dan menuduh sebagian kecil saja dari pelaku.

"Kami menemukan bahwa hanya sekitar 15 persen kasus yang dilaporkan di surat kabar yang berakhir dengan persidangan terhadap setidaknya satu orang tersangka," katanya.

"Melihat semua kasus-kasus tersebut, setidaknya melibatkan sekitar 15 ribu orang pelaku dan hanya 115 orang saja yang dijatuhkan sanksi hukum," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya