Tiga Tahun Horor Charlie Hebdo, Kengerian Selimuti Jurnalisnya

Korban selamat Charlie Hebdo mengungkapkan kengerian dalam menjalani hidup meski tiga tahun sudah terlewati.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Jan 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2018, 19:00 WIB
Charlie Hebdo
Peringatan tiga tahun tragedi Charlie Hebdo. (AP Photo/ Christian Hartmann)

Liputan6.com, Paris - Horor tragedi Charlie Hebdo telah berlalu tiga tahun silam. Kala itu, pada 7 Januari 2015 sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Rue Nicolas-Appert, Paris, Prancis dihebohkan oleh serangan teror.

Tiga pria menggunakan masker -- yang diketahui sebagai kelompok Al Qaeda -- menyerang kantor pusat majalah satire mingguan Charlie Hebdo. Dua belas orang dinyatakan tewas dan 10 orang dilaporkan terluka.

Pascainsiden, seluruh jurnalis yang selamat terus dirundung kengerian. Mereka mengungkapkan rasa traumanya dan meminta perlindungan kepada pemerintah Prancis.

Dilansir Irish Times, Senin (8/1/2018), "Three years in a tin can" menjadi judul edisi pertama Charlie Hebdo tahun 2018. Karikatur sampul depan majalah digambar oleh Riss, yang menggantikan Charb, pemimpin redaksi Charlie Hebdo yang terbunuh.

Dalam karikatur itu, Riss menggambarkan sesosok wajah ketakutan yang sedang mengintip melalui sebilah kotak di pintu baja yang ditutup.

Karakter itu juga disisipi kalimat berbunyi: "Kalender Negara Islam?", mengacu pada tradisi Prancis yang menjual kalender tahun baru dari pintu ke pintu, "Kami sudah memberinya."

Cover majalah satir Charlie Hebdo terbitan pertama tahun 2018.

Riss bukanlah orang baru di majalah ini, ia juga korban penyerangan. Saat kejadian, Riss tertembak di bagian bahu, dengan peluru yang dimuntahkan dari senjata jenis kalashnikov.

Sampai sekarang, Riss selalu menulis sebuah artikel dalam kolom editorial dengan judul: "Kebebasan berpendapat, berapa biayanya?" (Freedom of expression, how much does it cost?).

Akan tetapi, hingga kini, pihak Charlie Hebdo tidak pernah memublikasikan kondisi ruangan kerja pascaserangan.

"7 Januari 2015 adalah hari pertumpahan darah di antara dua kehidupan yang berbeda," tulis jurnalis Fabrice Nicolino, yang mendeskripsikan hidupnya dalam ketakutan.

Nicolino tertembak di kedua kaki, paha, dan bahunya. Dia mengingat peristiwa mengerikan waktu itu sebagai mimpi terburuknya. Setelah insiden nahas tersebut, ia harus menjalani serangkaian operasi dan pengawalan ketat polisi saat melakukan terapi fisik.

Upacara Penghormatan

Emmanuel Macron
Emmanuel Macron memimpin jalannya upacara peringatan tiga tahun tragedi Charlie Hebdo. (AP)

Untuk menghormati para mendiang tragedi Charlie Hebdo, sebuah upacara penghormatan diselenggarakan pada hari Minggu, 7 Desember 2017. Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin langsung jalannya upacara itu.

Selain Macron, hadir pula Wali Kota Paris Anne Hidalgo dan pemimpin redaksi sekaligus kartunis Charlie Hebdo Laurent Sourisseau.

Mereka meletakkan karangan bunga dan melakukan hening cipta di halaman bekas kantor surat kabar tersebut. Selain itu, penghormatan juga dilaksanakan di supermarket Hyper Cacher di Paris.

Emmanuel Macron memimpin jalannya upacara peringatan tiga tahun tragedi Charlie Hebdo. (AP)

Pada 7 Januari 2015, tersangka bernama Cherif dan Said Kouachi membunuh 11 staf editorial Charlie Hebdo dan seorang polisi di sebuah jalan yang berada di dekatnya.

Pelaku kejahatan -- yang mengatasnamakan militan Al Qaeda berbasis di Semenanjung Arab -- mengaku marah setelah melihat karikatur Nabi Muhammad dipasang di sampul depan surat kabar.

Satu hari setelahnya, rekan kedua pelaku, Amedy Coulibaly, membunuh seorang polisi wanita di luar kota Paris dan empat orang yang disandera di supermarket Hyper Cacher.

Meski demikian, polisi langsung menembak mati ketiga tersangka dalam baku tembak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya