Liputan6.com, Jakarta - Keberuntungan dan kegagalan datang silih berganti dalam hidup manusia. Namun, ada sejumlah orang yang cenderung lebih beruntung dari lainnya. Keberadaan mereka bahkan membuat sebagian dari kita berpikir, "hidup memang tak adil".
Nyatanya, keberuntungan itu tak datang tiba-tiba, melainkan terkait dengan pola pikir: cara pandang yang menerima nasib buruk sebagai hal yang terelakkan, namun memandang keberuntungan sebagai sesuatu yang bisa diciptakan dengan kerja keras, keberanian, dan optimisme.
Seperti yang pernah dikatakan Bapak Pendiri Amerika, Thomas Jefferson.
Advertisement
"Saya sangat percaya pada keberuntungan. Saya juga menemukan, makin keras saya bekerja, semakin saya memilikinya (keberuntungan)," kata dia, seperti dikutip dari Forbes, Sabtu (27/1/2018).
Baca Juga
Martin Seligman, pencetus psikologi positif (positive psychology), pernah menulis ini dalam bukunya, "Mereka yang optimistis bertahan di tengah badai kehidupan, sama halnya dengan para pesimistis. Namun, mereka melaluinya dengan lebih baik dan yang terbaik muncul dari mereka."
Begitu juga dengan keberuntungan. Kita tak bisa mengendalikan apapun: kondisi ekonomi, cuaca, harga saham, apalagi alam semesta.
Namun, hasil penelitian menunjukkan, kita bisa menciptakan nasib baik kita sendiri. Memang tak mudah dan butuh waktu lama, namun sebanding dengan hasil yang akan didapat.
Orang-orang beruntung melalui badai kehidupan dengan melihat peluang tersembunyi yang ada di tengah kemelut, mempercayai diri sendiri, dan ambil keputusan berani.
Ketika masalah muncul, mereka mengandalkan rekan-rekan yang mendukung. Mungkin, dengan meniru cara mereka, kita bisa mengubah keberuntungan dalam hidup.
Berikut 6 pola pikir mereka yang beruntung, yang tak dimiliki orang-orang biasa, seperti diuraikan Margie Warrell, kontributor Forbes:
1. Percaya pada Intuisi
Kita terlalu sering mengandalkan otak kiri yang mengedepankan logika.
Jika Anda sering membuat sejumlah keputusan yang ternyata keliru, mungkin sudah saatnya kita mengikuti intuisi, dengan bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini benar?"
Jangan salah menduga, ini bukan berarti kita menyingkirkan logika sama sekali. Melainkan dengan memanfaatkan 'indra keenam' kita, daripada mengabaikannya sama sekali.
Hasil penelitian mengungkap, saat harus memutuskan hal besar yang mempengaruhi hidup kita, melakukan analisis secara berlebihan justru dapat menurunkan peluang untuk membuat keputusan terbaik.
Studi telah menemukan bahwa kita bisa mengenali pola halus dan kompleks yang melampaui pemahaman sadar (conscious).
Wawasan tak terbaca tersebut dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik.
"Seperti yang saya tulis dalam buku Brave, butuh nyali untuk mempercayai nyali Anda sendiri. Dan semakin sering melakukannya, hal itu akan makin membimbing Anda," kata dia.
"Jangan abaikan firasat atau membungkam peringatan dari dalam diri hanya karena kita tidak dapat menjelaskannya secara logika. Orang-orang beruntung justru bertindak berdasarkan naluri tersebut."
Advertisement
2. Berani Ambil Risiko
Orang yang dianggap 'beruntung hampir' nyaris selalu mendapatkan keberuntungan mereka lewat aksi berani: mengambil risiko.
Apa yang mereka dapat bukanlah keberuntungan semata, melainkan hasil dari tindakan berani, melawan sifat bawaan kita yang enggan mengambil risiko -- yang terkait dengan DNA.
Kita 'diprogram' untuk lebih fokus pada apa yang akan hilang daripada apa yang bakal kita dapatkan. Itu menjelaskan mengapa begitu banyak orang bertahan dengan situasi yang sejatinya membuat mereka menderita, daripada meninggalkan 'zona nyaman' untuk pindah ke tempat baru yang tak dikenal demi menjajal peluang lain.
Tentu saja, bukan berarti kita mengabaikan potensi risiko. Namun, terlalu fokus pada risiko justru dapat membuat kita tidak bisa melihat peluang.
3. Berharap Hal Baik Akan Terjadi
Sejumlah orang yakin, dengan mengharapkan hal baik terjadi, akan membuat kebaikan kian mendekat pada mereka.
Dianggap terlalu berfikip positif? Mungkin. Namun, ada banyak penjelasan ilmiah soal 'law of attraction'.
Margie Warrell mengisahkan pengalaman hidupnya. Saat hamil 19 bulan, ia menjadi korban perampokan dengan senjata. Sepuluh hari kemudian, perempuan itu harus mengadapi prahara tak terperi dalam hidupnya: anak pertamanya meninggal dalam kandungan.
"Duniaku serasa jungkir balik, apalagi saya tak pernah membayangkan hal-hal buruk seperti itu bakal terjadi dalam hidupku. Tapi, itulah faktanya," kata dia.
Namun, beberapa bulan berikutnya, Margie membuat keputusan sadar untuk tidak terjebak dalam perasaan sebagai korban.
"Saya memang mengalami dua hal yang sangat tidak beruntung, namun saya bertekad, keduanya tak akan mendefinisikan atau menentukan masa depan saya."
Apa yang Anda harapkan sering kali terjadi -- lebih baik atau lebih buruk. Apa yang Anda yakini tentang masa depan, entah bagaimana, bisa menemukan cara untuk terwujud.
Advertisement
4. Mereka Melihat Gelas yang Setengah Penuh
Kemunduran bagi seseorang bisa dilihat sebagai sebuah kesempatan bagus bagi orang lain.
Ini bukan tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi bagaimana Anda menafsirkannya dan menemukan kesempatan di dalamnya.
Motivator asal Amerika Serikat, Napoleon Hill pernah menulis, "Dalam setiap kemalangan ada benih keberuntungan yang sama atau bahkan lebih besar."
Jika Anda memilih untuk mencari peluang di tengah kesulitan yang dihadapi, suatu saat Anda akan menemukannya. Jika belum ketemu juga, upayakan dengan lebih keras.
Kita tidak akan menemukan keberuntungan jika hanya fokus melihat apa yang salah atau apa yang tidak kita miliki.
5. Menerima Kegagalan sebagai Hal yang Tak Terelakkan
Tak ada satu pun manusia yang selalu beruntung. Kita semua pernah mengalami kemunduran. Pernah gagal. Memiliki kekecewaan dalam hidup. Tak jarang, rencana-rencana yang kita miliki tidak terwujud.
Itulah hidup.
Namun, orang beruntung tidak membiarkan nasib buruk menghentikan mereka dari mencoba menciptakan lebih banyak keberuntungan.
"Ekspektasi tinggi orang-orang beruntung memotivasi mereka untuk bertahan, bahkan ketika mereka tidak berhasil," kata ahli psikologi Richard Wiseman, penulis The Luck Factor.
Advertisement
6. Bergaul dengan Orang yang Positif
Teman bergaul akan berdampak para cara pandang kita terhadap kehidupan.
Jadi, jika bergaul dengan orang yang suka merengek, mengeluh, orang-orang yang tak merasa beruntung, hal itu akan memengaruhi Anda.
Emosi bisa menular: optimisme, pesimisme, ketakutan, keyakinan, ambisi, kepasrahan.
Jika ingin jadi orang beruntung, mungkin ini saatnya bagi Anda untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang berpikiran positif, daripada sebaliknya.
Anda juga bisa menjadi sosok positif bagi orang lain. Caranya, dengan membiasakan diri menonjolkan sisi yang lebih terang dari sesuatu. Jadilah ceria. Bagikan kata-kata yang menggugah. Tawarkan bantuan untuk membuat orang lain merasa beruntung.
Berdirilah tegak, pasang senyum di wajah, sehingga orang berpikir Anda sedang bahagia ... terlepas dari apa yang terjadi di sekitar Anda!