Minuman Beralkohol Bisa Bersihkan Otak Tikus, Kalau Manusia?

Riset itu memberikan celah potensi bahwa minuman alkohol, dalam kadar terukur, dapat mengurangi risiko segelintir kondisi medis

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Feb 2018, 23:11 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2018, 23:11 WIB
Ilustrasi Bir (AFP)
Ilustrasi Bir dan minuman beralkohol (AFP)

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan berhasil menemukan bahwa minuman beralkohol mampu 'membersihkan' otak tikus laboratorium yang menjadi subjek penelitian mereka.

Tim riset University of Copenhagen of Basic and Translational Neuroscience juga menyatakan bahwa khasiat miras mampu mengurangi risiko demensia pada tikus lab tersebut. Demikian seperti dikutip dari Live Science (6/2/2018).

Riset itu memberikan celah baru mengenai potensi minuman beralkohol yang -- dalam kadar tertentu -- dapat digunakan untuk mengurangi risiko segelintir kondisi medis syaraf.

Tapi jangan senang dulu wahai manusia penggemar miras.

Karena, riset itu belum mampu membuktikan apakah efek serupa mampu berdampak pada Homo sapiens -- mengingat metabolisme manusia berbeda dengan tikus laboratorium subjek penelitian tersebut.

"Riset ini belum bisa dipandang sebagai rekomendasi pedoman konsumsi alkohol manusia," tulis Maiken Nedergaard, ketua tim riset dalam laporan penelitian yang dirilis di Journal of Scientific Reports vol.8.

Terlepas dari hal itu, lantas, bagaimana cara minuman beralkohol dapat membersihkan otak dan mengurangi risiko demensia pada tikus lab?

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Paradoks

Daur ulang zat tubuh manusia (4)
Ilustrasi minuman bir. (Sumber National Institute of Health/ranah publik)

Sebelumnya, patut diingat bahwa riset Lembaga Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah membuktikan bahwa konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan kondisi medis mulai dari kanker, jantung, hingga demensia pada manusia.

Namun, sejumlah studi lain telah membuktikan bahwa konsumsi minuman beralkhol dalam takaran wajar dan terkontrol -- sekitar 5 ons/hari -- mampu menurunkan risiko kondisi medis serupa pada anusia.

Berangkat dari hal itu, Nedergaard,dkk meriset mengenai efek minuman beralkohol pada Cerebral Spinal Fluid (CSF) atau sistem glimfatik tikus lab.

Sistem glimfatik adalah sub-organ otak -- yang juga ditemui pada manusia -- yang berfungsi untuk mengekskresikan zat limbah pada otak. Zat limbah yang diekskresikan salah satunya dapat berupa protein amyloid beta.

Nedergaard,dkk memberikan takaran dosis rendah, sedang, dan tinggi pada tikus lab.

Dosis rendah setara dengan 2,6 gelas anggur merah dengan kadar alkohol 12 persen. Dosis sedang setara dengan 7,9 gelas dan dosis tinggi setara dengan 21 gelas -- dengan takaran yang sama.

Meskipun temuan tersebut tidak mudah diterjemahkan ke orang awam, riset itu secara sederhan menjelaskan bahwa alkohol dalam dosis kecil justru memiliki khasiat positif pada tikus lab tersebut.

Mereka menemukan bahwa setelah seekor tikus diberikan satu dosis rendah alkohol, fungsi CSF/sistem glimfatik mengalami peningkatan sebesar 40 persen -- itu berarti kinerja sub-organ tersebut dalam mengeluarkan zat limbah pada otak tikus lab meningkat dari kondisi normal.

Dosis menengah sebaliknya, menurunkan aliran CSF sekitar 30 persen. Penurunan ini bisa terjadi karena kadar alkohol yang lebih tinggi menurunkan jumlah aliran darah yang dipompa ke area sub-organ tersebut -- karena, aliran darah membantu kinerja CSF, para peneliti menulis.

Sementara pada dosis tinggi, sejumlah tikus lab diketahui tewas dalam proses percobaan.

Mengurangi Risiko Demensia

Sekelompok pria minum bir selama festival di Korea Utara. Mereka merayakan janji Kim Jong Un untuk memperbaiki standar hidup dan membangun bangsa (AP)
Sekelompok pria minum bir selama festival di Korea Utara. Mereka merayakan janji Kim Jong Un untuk memperbaiki standar hidup dan membangun bangsa (AP)

Dalam tes behavioral, riset menunjukkan bahwa tikus yang diberikan dosis rendah tak mengalami gangguan memori dan ingatan, serta menunjukkan sedikit pembengkakan -- jika dibandingkan dengan tikus yang tak dipapar alkohol sama sekali.

Temuan itu bisa menjelaskan bahwa alkohol tampak melindungi risiko demensia dalam jumlah kecil, karena mampu memperbaiki sistem pembersihan diri otak, para peneliti menulis.

Dalam hal ini, temuan tersebut memberikan jalan baru untuk penelitian yang dapat membantu menjelaskan mengapa alkohol memiliki dampak kesehatan.

Tapi satu penelitian terhadap hewan tidak cukup untuk mengubah rekomendasi pada manusia -- mengingat metabolisme antara tikus lab dan manusia sangat jauh berbeda.

Kendati demikian, menurut riset Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) dan Pedoman Diet untuk Warga Amerika dari Kementerian Pertanian AS (UDSA) menyatakan, satu gelas minuman beralkohol sehari untuk wanita dan dua minuman sehari untuk pria dapat menjadi bagian dari pola diet yang menyehatkan.

Namun, panduan tersebut memperingatkan, banyak minuman dan varietas bir mengandung lebih banyak alkohol daripada standar yang digunakan dalam penelitian kesehatan masyarakat, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian yang sangat untuk menjadikan minuman beralkohol menjadi bagian pola diet menyehatkan Anda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya