Liputan6.com, Pyeongchang - Kelompok pemandu sorak Korea Utara berdecak kagum ketika melihat sosok pemimpin mereka, Kim Jong-un, tiba-tiba muncul saat pertandingan hoki es Olimpiade Musim Dingin.
Diktaktor tersebut hadir di tengah ratusan penonton yang memadati stadium pertandingan di Pyeongchang, Korea Selatan. Ia tersenyum dan melambaikan tangan kepada orang banyak yang sedang asyik menyaksikan tim kesatuan Korea melawan Jepang.
Baca Juga
Akan tetapi, momen kekaguman mereka hanya berlangsung beberapa saat, lantaran sebagian pemandu sorak telah mengetahui siapa sebenarnya laki-laki itu.
Advertisement
Mereka terkikik, lalu mengalihkan pandangan darinya. Ternyata, ia bukanlah Kim Jong-un asli. Mukanya memang mirip, tapi kemudian diketahui namanya adalah Howard.
"Mereka bertanding dengan bagus, mereka mencetak satu gol. Sebagai presiden, hanya itu yang bisa saya sampaikan," kata Howard, seperti dilansir The Guardian, Rabu, 14 Februari 2018.
Malang, tak lama setelah ia berkomentar kepada beberapa awak media yang menghampirinya, sejumlah petugas keamanan National Counterterrorism Centre dari Korea Selatan memindahkannya agar menjauh dari bangku pemandu sorak.
Howard, yang dilaporkan Fairfax berasal dari Australia dan memiliki darah keturunan Tionghoa, pernah memicu keributan serupa saat upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018, Jumat, 9 Februari 2018.
Waktu itu, ia dan seorang pria tak dikenal -- yang berpakaian mirip Presiden Amerika Serikat Donald Trump -- berupaya mengesankan hadirin di stadion. Keisengan keduanya dengan cepat diketahui oleh petugas keamanan yang membawa mereka keluar dari arena pertandingan.
Howard kesal karena ia merasa tidak melakukan kejahatan apa pun. Ia hanya mengikuti gaya Kim Jong-un dan berniat memberikan semangat untuk tim hoki gabungan dua negara itu.
"Ini gila. Menurut Anda, apa yang telah saya lakukan? Saya bahkan tidak melakukan kekerasan apa pun," gerutunya kepada para petugas dan wartawan.
"Saya hanya ingin menonton pertandingan hoki, jadi apa masalahnya? Saya hampir kehilangan waktu untuk menonton," tambahnya.
Howard mengaku, ia ditahan sebentar di kantor polisi setempat selama pertandingan hoki es berlangsung. Dengan sopan santun, ia meminta untuk dibebaskan. Akhirnya, petugas pun mengabulkan permohonannya.
"Wajah saya terlalu politis. Saya lahir dengan wajah ini, maka saya harus bersyukur atasnya," ungkap Howard yang kesal.
Di Korea Utara, siapa pun yang meniru anggota keluarga Kim Jong-un akan dianggap sebagai penghujat.
Sahabat Sekaligus Musuh
Meskipun begitu, kehadiran Howard adalah sesuatu yang sangat spektakuler sehingga membuat pemandu sorak Korea Utara -- yang berjumlah 230 orang -- berjuang keras untuk menahan tawanya, sementara mereka sedang serius meneriakkan yel: "Kami adalah satu!" dan "Menyatukan tanah air!"
"Ini menunjukkan bahwa kita adalah manusia biasa. Tidak penting dari mana asal mereka, Selatan atau Utara, selera humor dan sedikit satire politik selalu dibutuhkan," ucap Howard kepada tim pemandu sorak.
Suka tidak suka, Korea Utara tetap akan menjadi bagian besar dari penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin 2018 di PyeongChang.
Sebagaimana dilansir dari laman CNN pada Minggu, 11 februari 2018, Korea Utara disebut akan terus diperbincangkan di seantero Korea Selatan.
Ada tiga hal utama yang memicu pembahasan luas tersebut, yakni menunjukkan kemampuan andal para atlet taekwondo, mengibarkan bendera mereka di perkampungan atlet -- yang sebenarnya dilarang di Negeri Ginseng, dan menampilkan pertunjukan budaya pada seremoni pembukaan Olmipade Musim Dingin.
Meskipun begitu, kemana pun para delegasi Korea Utara berada di Korsel, mereka kerap diikuti oleh beberapa kelompok kecil pendemo -- yang jelas menunjukkan konflik di antara kedua negara.
Akan tetapi, di sisi lain, masih ada sekerumunan kecil orang yang berbangga hati mengibarkan bendera putih dan biru, bendera yang melambangkan harapan reunifikasi Korut dan Korsel. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang menyanyikan lagu-lagu sambutan kepada para delegasi Korut.
Salah satu momen dramatis yang terekam media adalah pasca-tampilnya Samjiyon Orchestra -- kelompok orkestra Korea Utara yang berisikan 140 orang anggota -- di salah satu agenda pesta pembukaan Olmipade 2018 di Kota Gangneung di wilayah PyeongChang.
"Saya tidak bisa menahan haru, hasil jepretan kamera saya banyak yang kabur karena bergetar selama pertunjukan musik tadi," ujar Jang Ok, seorang pekerja kereta api Korsel berusia 52 tahun.
"Saya berharap Oimpiade ini dapat memberi peluang lebih besar terhadap negosiasi dan reunifikasi," lanjutnya.
Meski Korea Utara dan Korea Selatan telah dipisahkan oleh Zona Demiliterisasi selama lebih dari 60 tahun, masyarakat di kedua negara masih berbagi kesamaan dalam bahasa, etnisitas, budaya, dan bahkan dalam banyak kasus, sejarah keturunan keluarga.
Saksikan aksi pemandu sorak Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin 2018 di PyeongChang dalam video berikut ini:
Advertisement