Liputan6.com, New Delhi - Perdana Menteri India Narendra Modi tengah mendapat tudingan luas atas penyalahgunaan aplikasi ponsel yang dibesutnya. Ia diduga secara diam-diam mengirimkan data pribadi penggunanya ke pihak ketiga.
Dilansir dari BBC pada Senin (26/3/2018), seorang peneliti keamanan telah mengunggah kicauan di Twitter, mengatakan bahwa aplikasi itu mengirim data pribadi penggunanya ke domain pihak ketiga, yang setelah dilacak, diketahui berada di tangan sebuah perusahaan asal Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
Partai Bharatiya Janata pimpinan Modi (BJP) membantah tuduhan itu, dan berdalih data hanya digunakan untuk proses analitk demi menciptkan konten paling kontekstual untuk penggunanya.
Peneliti keamanan, yang menggunakan akun samaran Elliot Alderson, mengunggah serangkaian kicauan terkait pada Sabtu, 24 Maret 2018. Disebutkan bahwa aplikasi besutan tim PM Modi, telah menunjukkan aktivitas mencurigakan, mengirim data ke pihak ketiga yang tidak dikenal di luar India.
Rahul Gandhi, kepala partai oposisi utama, Partai Kongres, turut angkat suara ke Twitter pada hari Minggu, 25 Maret 2018, untuk mengkritik PM Modi.
Ia menuding Perdana Menteri India ke-14 itu sengaja mendistribusikan data pribadi tersebut, untuk dikelola menjadi dukungan suara yang mengamankan posisi dirinya, dan Partai Bharatiya Janata di perta perpolitikan India.
BJP menanggapi dengan cepat, mengatakan bahwa Gandhi berusaha mengalihkan perhatian.
Simak video tentang detik-detik gajah betina di India 'merokok' arang kayu berikut:
Dugaan Keterlibatan India pada Skandal Cambridge Analytica
Sementara itu, pada minggu lalu, Menteri Kebijakan Teknollogi Informasi India, Ravi Shankar Prasad, mengatakan telah muncul beberapa laporan, yang menduga adanya keterkaitan Partai Kongres terhadap skandal Cambridge Analytica.
Ia mendesak pimpinan partai tersebut, Rahul Gandhi, untuk menjelaskan tudingan tersebut, sekaligus menantang pembuktian dalihnya.
Partai oposisi membantah tuduhan itu, dan mengatakan data dari aplikasi PM Modi sedang digunakan untuk analisis.
Peneliti keamanan kemudian mengunggah tweet baru pada hari Minggu, mengatakan aplikasi besutan PM Modi itu telah 'diam-diam' memperbarui kebijakan privasinya.
Narendra Modi meluncurkan aplikasi resminya pada tahun 2015, menambahkan platform lain ke pengaruh besarnya di media sosial.
Dia adalah salah satu dari lima politisi paling populer di jagat maya, dengan 41,4 juta pengikut di Twitter.
Advertisement