Liputan6.com, New Delhi - Pesawat militer Amerika Serikat (AS) yang membawa 104 imigran ilegal India yang dideportasi tiba di Amritsar, India utara, pada Rabu (5/2/2025). Ini menandai penerbangan deportasi pertama ke India sebagai bagian dari kebijakan imigrasi Donald Trump.
Para imigran ilegal telah memasuki AS selama bertahun-tahun dan berasal dari berbagai negara bagian di India.
Advertisement
Baca Juga
Penerbangan deportasi pertama ini dilakukan menjelang kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Washington, yang dijadwalkan minggu depan.
Advertisement
Trump dan Modi membahas isu imigrasi dalam percakapan telepon minggu lalu. Dalam kesempatan yang sama, Trump dilaporkan juga menekankan pentingnya India membeli lebih banyak peralatan keamanan buatan AS dan perdagangan bilateral yang adil.
India telah bekerja sama dengan AS dan mengatakan siap menerima deportasi warga negaranya setelah dilakukan verifikasi.
Pemerintah India menyatakan menentang imigrasi ilegal, terutama karena berkaitan dengan berbagai bentuk kejahatan terorganisir, dan tidak keberatan dengan deportasi warga negaranya oleh AS.
"Bagi India, tidak hanya di AS tetapi di mana pun di dunia, kami akan menerima kembali warga negara India yang tinggal lebih lama atau berada di negara lain tanpa dokumentasi yang tepat, asalkan dokumen yang diperlukan diberikan untuk memverifikasi kewarganegaraan mereka," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal bulan lalu seperti dikutip dari AP, Kamis (6/2).
"Jika itu memang terjadi maka kami akan melanjutkan prosesnya. Kami akan memfasilitasi kepulangan mereka ke India."
Fenomena Baru Era Trump
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio sebelumnya mengatakan bahwa penerbangan deportasi ini adalah cara yang efektif untuk menanggulangi imigran ilegal, yang menurutnya bersifat merusak dan mengganggu stabilitas.
Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan bahwa deportasi semacam ini mengirimkan pesan pencegahan kepada mereka yang mempertimbangkan untuk bermigrasi secara ilegal.
Penggunaan militer AS untuk mengembalikan orang ke negara asal mereka adalah fenomena yang relatif baru dan dimulai di bawah pemerintahan Trump.
Sebuah laporan dari Pew Research Center menyebutkan bahwa pada 2022, India menempati peringkat ketiga setelah Meksiko dan El Salvador dalam daftar negara dengan jumlah imigran ilegal terbesar di AS, yakni sebanyak 725.000.
Tahun-tahun terakhir juga menunjukkan lonjakan jumlah warga India yang mencoba memasuki negara itu melalui perbatasan AS-Kanada. Dalam setahun hingga 30 September lalu, Patroli Perbatasan AS menangkap lebih dari 14.000 warga India di perbatasan Kanada, yang mencakup 60 persen dari seluruh penangkapan di sana. Jumlah itu lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Laporan media menunjukkan bahwa warga India yang tinggal di AS tanpa dokumen sebagian besar berasal dari Negara Bagian Punjab dan Gujarat. Disebutkan pula bahwa warga India menyumbang sekitar 3 persen dari seluruh penyeberangan perbatasan ilegal di AS pada 2024.
Surat kabar Indian Express melaporkan bahwa terdapat 20.407 orang India tanpa dokumen pada November tahun lalu yang sedang menghadapi perintah pengusiran akhir atau saat ini berada di pusat penahanan Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)