Video Gim Horor RI Curi Perhatian di Festival Industri Kreatif AS

Dread Eye menjadi video gim Indonesia pertama yang masuk dalam nominasi favorit pilihan pengunjung dalam festival industri kreatif SXSW 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2018, 09:36 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2018, 09:36 WIB
Ilustrasi Game konsol
Ilustrasi Game dan video game (iStockPhoto)

Liputan6.com, Austin - Indonesia mencuri perhatian di SXSW 2018 yang baru-baru ini diselenggarakan di kota Austin, Texas.

Dread Eye, gim Virtual Reality (VR) ber-genre horor menjadi produksi Indonesia pertama yang masuk dalam nominasi favorit pilihan pengunjung SXSW 2018.

SXSW atau South By South West adalah konferensi, pameran, dan festival yang dimulai sejak tahun 1987, yang awalnya merupakan sebuah forum diskusi entertaintment dan media.

Kini, perhelatan itu dikenal sebagai salah satu festival industri kreatif dan teknologi masa depan terbesar dunia yang mempertemukan puluhan ribu seniman, musisi, desainer fashion, filmmaker, penulis, produser, perusahaan start-up hingga para penata grafik dan pembuat gim online.

Hantu Indonesia

Selama dua hari pameran, puluhan pengunjung mengantri untuk mendapatkan giliran mencoba permainan VR di stand pameran DreadEye.

Permainan itu dinilai unik.

Kalau biasanya para gamers memainkan gim dengan hantu-hantu dari dunia barat seperti Freddy Krueger, Vampire, Warewolf, The Omen, Casper hingga Zombies, kali ini mereka harus bermain dengan hantu-hantu dari Indonesia seperti Pocong, Tuyul, Kuntilanak, mati anak dan Gendruwo.

"Ini adalah gim ketiga dari Digital Happiness," kata Adi Dharma, Community Manager dari PT Digital Semantika Indonesia.

Digital Happiness, sebuah perusahaan start-up digital gim dan animasi dari Bandung, yang dikelola oleh PT Digital Semantika Indonesia, mulai membuat gim sejak tahun 2013.

"Dalam DreadEye, seorang player akan bermain menjadi seorang dukun, dan harus mengikuti ritual dan resep tertentu. Kalau sudah menyelesaikan misi, maka dia bisa masuk ke gerbang dunia lain, dan bertemu dengan hantu-hantu lokal Indonesia," lanjut Adi.

Asing Namun Familiar

Ilustrasi Game konsol
Ilustrasi Game konsol (iStockPhoto)

Sebelum Dreadeye, umumnya para gamers di SXSW sudah lebih dulu mengenal hantu dan setan ala Indonesia lewat Dreadout -- game yang dikembangkan Digital Hapiness yang telah lebih dulu menembus pasar Amerika Serikat.

Jadi, karakter supernatural ala Indonesia, meski asing bagi yang lain, sudah cukup familiar bagi langganan game produksi Digital Hapiness.

"Lima puluh persen pembeli game pertama kita, Dreadout, datang dari pasar AS. Jadi para players secara tidak langsung sudah mengenal hantu-hantu lokal dari Dreadout," kata Adi Dharma, Community Manager dari PT Digital Semantika Indonesia.

Dreadeye sangat unik karena membawa cerita dari Indonesia, konten lokal yang dipresentasikan dan dipahami oleh konsumer Global.

"Sehingga bisa menjadi inspirasi bagi para game developer kita untuk membawa konten lokal ke tingkat global," kata Joshua P.M Simanjuntak, Deputi Pemasaran dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf).

Bekraf memberikan dukungan penuh kepada DreadEye dalam ajang SXSW itu.

Beberapa pengunjung lain sempat terdengar berteriak histeris karena kaget atau takut memainkan Dreadeye.

"Saya sangat terkejut bermain game ini, rasanya seperti ditusuk ke badan saya. Saya berusaha terus membuka mata saya. Saya sudah mencoba berbagai VR gim di pameran ini, game ini paling menakutkan", kata Poloma, dari Austin, Texas.

Sementara Ashley, player lain yang juga berasal dari Texas mengatakan, "Gim ini sangat bagus, desain dan soundnya sangat fantastis dan menakutkan. Dibandingkan dengan game-gim lain, saya pikir ini adalah VR game horor terbaik yang pernah saya mainkan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya