LAPAN: Satelit Tiangong-1 Diperkirakan Tidak Jadi Jatuh Melewati Wilayah Indonesia

Pantau terakhir LAPAN menyebut satelit Tiangong-1 tidak jadi jatuh melewati wilayah Indonesia. Berikut penjelasan lengkapnya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 01 Apr 2018, 12:22 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2018, 12:22 WIB
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar. (CMSE)

Liputan6.com, Jakarta - Orbit Satelit LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) baru saja menyiarkan konfirmasi sementara, yaitu bekas satelit komunikasi milik China, Tiangong-1, akan jatuh ke Bumi pada 2 April 2018, waktu dini hari.

 

 

Menurut pengamatan intensif Orbit Satelit LAPAN yang dilakukan pada akhir pekan ini, satelit Tiangong-1 diketahui tidak jadi jatuh melewati wilayah Indonesia.

Adapun konfirmasi selanjutnya akan disampaikan sekitar pukul 21.00 WIB, di situs dan akun media sosial resmi LAPAN.

Sebelumnya dikabarkan berdasarkan orbit, Tiangong-1 akan jatuh di suatu tempat di Bumi, di antara garis 43 derajat Lintang Utara dan 43 derajat Lintang Selatan. Demikian seperti dikutip dari news.com.au pada Kamis, 29 Maret 2018. Rentang perkiraan wilayah tersebut mencakup Amerika Selatan, Australia, sebagian wilayah pulau Papua, dan sebagian wilayah Pulau Utara di Selandia Baru.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menegaskan, sebagaimana dikutip dari CNN pada Kamis, 28 Maret 2018, wahana antariksa berbobot 8,5 ton itu tidak mungkin menyentuh tanah di Bumi. Pasalnya, ketika menyentuh atmosfer, "Istana Langit" tersebut sudah terbakar habis.

Sedangkan untuk mengetahui perkembangan selanjutnya, pemerintah China menyatakan akan bertanggung jawab dengan terus memantau pergerakan Tiangong-1, termasuk berkoordinasi dengan PBB.

Berbicara saat melakukan jumpa pers, Juru Bicara Kemenlu China, Lu Kang, menyampaikan bahwa pemerintah secara berkelanjutan terus memberi informasi kepada badan antariksa PBB mengenai informasi terkini Tiangong-1.

Menurut Lu, China siap mengambil sikap dan berlaku transparan terhadap potensi jatuhnya satelit Tiangong-1. 

"Jika dijumpai kasus demikian, maka kami akan langsung mengontak negara yang bersangkutan," demikian kata Lu, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Jumat 30 Maret 2018.

"Mengenai pemberitaan yang saya dengar, untuk saat ini, fragmen yang jatuh ke tanah tidak terlalu besar, kemungkinannya sangat kecil," imbuhnya.

 

 

Simak video tentang Satelit Pemantau Polisi yang diluncurkan oleh Badan Antariksa Eropa berikut: 

 

 

Bagian dari Program Ruang Angkasa China yang Ambisius

Tiangong-1
Perkiraan lintasan Tiangong-1 pada 1 April 2018 pukul 07:22 hingga 08:22 WIB. Titik kuning menunjukkan perkiraan lokasi benda saat ketinggiannya 10 km dari permukaan bumi. (Sumber data: Space-track/LAPAN)

Satelit Tiangong-1 merupakan laboratorium ruang angkasa pertama China, yang berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter.

Diluncurkan ke orbit pada 29 September 2011, Tiangong-1 yang memiliki diameter 3,4 meter itu dilengkapi bentangan panel surya. Benda tersebut mengorbit pada ketinggian 350 kilometer.

Peluncuran Tiangong-1 disebut-sebut menjadi bagian dari program ruang angkasa China yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.

Memajukan program angkasa luar, bagi China, adalah prioritas utama Presiden Xi Jinping. Ia berulang kali berupaya agar Beijing memiliki "taring" dalam hal antariksa di ranah global.

Pada periode 2012-2013, Tiangong-1 pernah ditempati dua astronot Tiongkok, termasuk astronot wanita pertama China. Kru terakhir berangkat pada 2013 dan kontak dengan Tiangong-1 hilang pada 2016.

Sejak itulah, Tiangong-1 berjalan sendiri tanpa kendali China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya