Liputan6.com, Abidjan - Awal tahun ini, kota Cape Town di Afrika Selatan menjadi sorotan dunia lantaran kabar mengenai ancaman kehilangan pasokan air bersih.
Mimpi buruk tersebut telah mulai membayangi Cape Town sejak tiga tahun lalu, dan kemungkinan besar akan benar-benar kehilangan pasokan air bersih sebelum akhir 2018.
Dikutip dari The Straits Times pada Kamis (26/4/2018), ada wilayah lain di benua Afrika yang mengalami masalah serupa, dan diperkirakan tidak lagi memiliki pasokan air bersih dalam jangka waktu 1-2 tahun ke depan.
Advertisement
Berjarak ribuan kilometer dari Cape Town, kota terbesar kedua di Pantai Gading, Bouake, disebut-sebut tinggal menunggu waktu hingga air bersih berhenti menetes.
"Situasinya sangat mengkhawatirkan," kata seorang karyawan Sodeci, perusahaan distribusi air yang dikelola pemerintah setempat.
Baca Juga
Berlokasi di area padang rumput yang berjarak sekitar 400 kilometer dari ibu kota Abidjan, kota Bouake dihuni oleh hampir dua juta jiwa.
Area tersebut telah dihantam oleh whammy -- musim kering akut -- dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya, sehingga membuat Danau Loka -- waduk terdekat -- hampir kering total.
Menurut direktur lembaga pengairan setempat, Seydou Coulibaly, ancaman kekeringan juga turut disebabkan oleh aktivitas tambang pasir liar, yang mengubah jalur air menuju waduk.
Dalam upaya untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah kota terpaksa melakukan pengebosan sumur dalam untuk mendapat pasokan air bersih, meski jumlahnya juga tidak bisa dibilang cukup.
Direncanakan sebanyak 10 sumur akan dibangun di seantero kota, yang nantinya diangkut melalui jaringan pipa ke menara air Sodeci.
Kesepuluh sumur bor tersebut diharapkan dapat memproduksi air bersih hingga dua juta liter per harinya.
Menurut Hassane Cousteau Cissoko, direktur perusahaan pengeboran Foraci -- yang memenangkan tender -- pengeboran tersebut tidak mampu menyamai pasokan air bersih dari Danau Loka dalam keadaan normal.
Â
Simak video pilihan berikut:
Mengandalkan Truk Tanki Air Bersih
Sementara itu, beberapa fasilitas publik di Kota Bouake, seperti rumah sakit dan kampus universitas, mengandalkan truk tanki untuk menyuplai kebutuhan air bersihnya.
Sedikit kabar baik terjadi minggu lalu, ketika hujan yang cukup deras terjadi hampir setengah malam lamanya.
"Kami mengumpulkan cukup banyak air malam itu. Namun, kami tidak tahu bagaimana nasib selanjutnya, apakah akan kembali turun hujan atau dilanda musim kering berkepanjangan," ujar Awa Coulibaly, salah seorang tokoh di Distrik Belle Ville 1.
Di waktu yang berdekatan, seorang pemilik jasa cuci mobil di distrik Sokoura mengaku bisa menjual 20 jeriken air bersih seharga US$ 93 sen (sekitar Rp 13.000) per satuannya.
Selain mengeluarkan dana lebih untuk membeli air bersih, beberapa komunitas setempat juga ada yang berinisiatif melakukan pengeboran mandiri, yang mayoritas digunakan untuk menyirami lahan pertanian.
Adapun pemerintah pusat, dikabarkan belum banyak upaya untuk menanggulangi masalah ini, kecuali memberi bantuan pasokan air bersih via truk tanki secara berkala.
Advertisement