Pemilu Malaysia 2018, Politikus Dihantui Teror Telepon Berantai

Sejumlah politikus mengklaim menjadi korban peretasan saat pemungutan suara pemilu Malaysia 2018 berlangsung.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 09 Mei 2018, 16:14 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 16:14 WIB
Pemilu Malaysia
Warga Malaysia mengantre untuk menggunakan hak pilih mereka di tempat pemungutan suara (TPS) Kuala Lumpur, Rabu (9/5). Pemilihan umum Malaysia ini untuk menentukan Perdana Menteri. (AP Photo/Sadiq Asyraf)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sejumlah politikus Malaysia mengklaim menjadi korban peretasan saat pemungutan suara pemilu 2018 berlangsung pada Rabu, 9 Mei 2018.

Para politikus dari partai Barisan Nasional (BN) misalnya, mengaku, ponsel yang mereka gunakan menerima telepon berantai dari nomor yang tidak dikenal (spam call) sejak pagi hari.

Mereka menduga, sambungan telepon berantai tersebut adalah bentuk peretasan yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menyulitkan rajut komunikasi dengan sesama rekan politikus koalisi.

"Serangan terjadi sejak pagi," kata Direktur Komunikasi Barisan Nasional, Datuk Seri Rahman Dahlan seperti dikutip dari The Straits Times, Rabu (9/5/2018).

"Telepon berantai datang setiap detik. Tampaknya, hal itu ditujukan untuk mencegah kami berkomunikasi dengan rekan-rekan," kata Dahlan yang juga merupakan kandidat anggota parlemen mewakili BN dari Sepanggar.

Ketua garda pemuda Barisan Nasional, Khairy Jamaluddin, yang merupakan petahana anggota parlemen dari Rembau juga mengutarakan hal senada.

Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, yang merupakan anggota BN, mengutuk serangan spam itu.

Najib juga mengatakan bahwa banyak situs koalisi partainya tidak dapat diakses.

"Saya telah memerintahkan agar tindakan segera diambil," kata perdana menteri di Twitter.

Kelompok hak-hak sipil Malaysia, Suaram mengatakan bahwa panggilan-panggilan spam, yang juga telah memengaruhi para pemimpin kelompok masyarakat sipil, adalah "upaya yang jelas untuk menghalangi kerja para pembela hak asasi manusia dan politisi pada titik penting hari pemungutan suara."

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Kelompok Oposisi Juga Terdampak

Banjir Bendera Parpol Jelang Pemilu Malaysia
Seorang pria berjalan di antara bendera partai politik dekat Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (7/5). PM Malaysia Najib Razak akan bersaing dengan mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad. (AP Photo/Andy Wong)

Sementara itu, para pemimpin kelompok oposisi, Pakatan Harapan (PH), mengaku telah mematikan ponsel mereka setelah menerima panggilan otomatis hampir setiap menit yang kebanyakan berasal dari daerah yang tidak diketahui, sejak sebelum pemungutan suara digelar. Demikian seperti dikutip dari Antara.

"Itu merupakan serangan kotor terhadap kami, kami lumpuh. Kami tak bisa berbicara kepada siapa pun," kata Lim Guan Eng.

"Mereka juga tampak mencoba menyabotase sistem elektoral untuk menggagalkan kemenangan PH," lanjutnya,

Berbagai laporan menyebut, nomor telepon tak dikenal itu memiliki kode are dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Malaysia.

Di sisi lain, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) belum merespons rangkaian insiden tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya