Mahathir Mohamad Sah Jadi Perdana Menteri ke-7 Malaysia

Mahathir membacakan sumpah jabatan sebagai perdana menteri Malaysia di hadapan Raja Muhammad V.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Mei 2018, 21:04 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 21:04 WIB
Mahathir Mohamad
Mahathir Mohamad pada hari Rabu, 9 Mei 2018, saat mendeklarasikan kemenangan oposisi yang dipimpinnya atas koalisi Barisan Nasional yang dinakhodai Najib Razak (AP Photo/Adrian Hoe)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Bertempat di Istana Negara, Mahathir Mohamad, resmi diambil sumpahnya oleh Raja Malaysia Muhammad V sebagai perdana menteri ke-7 Malaysia menggantikan Najib Razak. Ia berjaya setelah oposisi Pakatan Harapan yang dipimpinnya memenangkan pemilu dengan perolehan 112 kursi dari 222 kursi parlemen yang diperebutkan.

Seperti dilansir South China Morning Post, Kamis (10/5/2018), Mahathir yang menumpangi mobil Proton --merek mobil nasional yang digagasnya-- berpelat "Proton 2020" tiba di Istana Negara sekitar pukul 16.40 waktu setempat.

Ketika menjabat sebagai perdana menteri, Mahathir pernah menjanjikan akan mengembangkan status Malaysia pada 2020.

Mahathir membacakan sumpahnya di hadapan Raja Muhammad V, dan segera setelahnya ia menandatangani pengesahannya sebagai perdana menteri Malaysia. Demikian seperti disiarkan televisi pemerintah Malaysia, Bernama.

Kabar awal yang beredar menyebutkan, pelantikan Mahathir dijadwalkan akan dimulai pukul 17.00. Namun, baru pada sekitar pukul 22.00 waktu setempat, ia resmi diambil sumpahnya. Tidak dijelaskan mengapa terjadi penundaan yang cukup lama.

Mahathir mengenakan busana tradisional Melayu berwarna hitam lengkap dengan peci senada saat pelantikannya. Sang istri, Siti Hasmah Mohamad Ali, pun memakai baju warna serupa.

Terpilih sebagai perdana menteri di usianya ke-92 tahun, menjadikan Mahathir sebagai pemimpin tertua di dunia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tinggalkan UMNO, Dirikan Partai Baru

Mahathir pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun sebelum akhirnya pensiun pada 2003. Ia memutuskan kembali "turun gunung" setelah Najib tersangkut skandal korupsi 1MDB.

1MDB adalah lembaga investasi yang didirikan pemerintah Negeri Jiran untuk memberikan manfaat pada rakyatnya. Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.

Namun, dalam praktiknya, organisasi ini dituduh telah menyedot dana negara ke rekening pribadi PM Najib dan orang-orang dekatnya.

Kini, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya tengah menyelidiki dugaan penggelapan dan pencucian uang lintas batas terkait 1MDB.

Pada 2016, Mahathir meninggalkan United Malays National Organisation (UMNO), kendaraan politik yang lama menaunginya sekaligus partai utama di koalisi Barisan Nasional. Kala itu, ia mengatakan, "Malu dikaitkan dengan partai yang mendukung korupsi -- merujuk pada skandal 1MDB."

Sejak saat itu, ia mendirikan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) dan mengatakan akan kembali mencalonkan diri lewat koalisi Pakatan Harapan yang dibangunnya bersama mantan musuhnya, Anwar Ibrahim, dan dua partai lainnya.

Di bawah kepemimpinan Mahathir, Malaysia menjadi salah satu macan Asia. Itu merupakan sebutan bagi sejumlah negara yang perekonomiannya berkembang pesat pada 1990-an.

Namun, di lain sisi, Mahathir dicap sebagai sosok otoriter yang menggunakan undang-undang keamanan kontroversial untuk membungkam lawan-lawan politiknya.

Salah satu contoh kasus paling mengemuka adalah pemecatan mantan Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim, yang kemudian diikuti dengan tuduhan korupsi dan sodomi setelah ia menyerukan reformasi ekonomi dan politik pada tahun 1998.

Terkait usianya yang sudah mendekati seabad, Mahathir mengatakan, ia hanya akan memerintah selama dua tahun sebelum akhirnya mengundurkan diri. Ia berjanji akan mendapatkan pengampunan bagi Anwar Ibrahim, yang saat ini masih ditahan akibat tudingan sodomi, hingga memungkinkan bagi mantan wakil perdana menteri tersebut mengambil alih kursi perdana menteri.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya